Ke depan, perlu ada keseimbangan antara motor pertumbuhan ekonomi yang bersifat konsumtif dan produktif. Dengan demikian, Indonesia dapat mempertahankan tingkat produktivitas usaha atau malah meningkatkannya.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·1 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pertumbuhan industri unggulan Indonesia, yakni makanan dan minuman, pada triwulan II-2023 tercatat 4,62 persen secara tahunan. Pertumbuhan itu lebih rendah dibandingkan triwulan I-2023 yang sebesar 5,33 persen. Momentum Ramadhan dan Lebaran tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan di sektor makanan dan minuman.
”Saat menjelang Lebaran, masih ada pertumbuhan (permintaan), tetapi sedikit lambat. Berdasarkan hasil survei kami, terdapat pergeseran pola pengeluaran konsumen yang mengurangi makanan yang tergolong sekunder untuk belanja pengalaman, seperti travelling,” tutur Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia Adhi S Lukman saat dihubungi, Senin (7/8/2023), di Jakarta.
Tak hanya industri makanan dan minuman yang tumbuh melambat saat Ramadhan-Lebaran, industri tekstil dan pakaian jadi justru terkontraksi lebih dalam pada triwulan II-2023, yakni minus 1,7 persen. Kondisi tersebut lebih buruk dibandingkan triwulan I-2023 yang tumbuh minus 0,07 persen.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, percepatan penyelesaian Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Eropa (IEU-CEPA) menjadi cara menguatkan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) industri manufaktur nonkomoditas lewat peningkatan ekspor. Saat ini ekspor Indonesia ke Uni Eropa dikenai biaya masuk 10-17 persen.
”Padahal, negara yang sudah memiliki perjanjian dagang dengan UE, seperti Vietnam, tidak dikenai bea masuk,” katanya dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.
Dia optimistis, perundingan IEU-CEPA dapat selesai di akhir 2023 sehingga Indonesia memiliki ruang ekspor lebih besar di tahun depan. Selain itu, industri manufaktur Indonesia dapat menguat dengan terlibat dalam rantai pasok yang menyertakan Amerika Serikat. Indonesia mendapat sentimen mampu mempertahankan posisinya dalam rantai pasok selama pandemi Covid-19. Hal itu berbeda dengan sejumlah negara yang menerapkan kebijakan karantina wilayah sehingga mengganggu rantai pasok.
Di sisi lain, Airlangga menggarisbawahi kinerja positif industri otomotif pada semester I-2023. Penjualan produk otomotif mencapai 502.536 unit atau tumbuh 8 persen secara tahunan. Ekspor juga naik 25 persen menjadi 248.000 unit. Ekspor komponen otomotif melesat 33 persen menjadi 81,1 juta unit.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Shinta W Kamdani berpendapat, kinerja pertumbuhan PDB pada triwulan II-2023 sarat dengan pemulihan usaha jasa perjalanan, transportasi, dan pariwisata karena adanya libur panjang, seperti di masa Lebaran.
”Kita tak bisa terus-menerus bergantung pada masa-masa liburan untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi lantaran sifatnya konsumtif dan tidak berkelanjutan. Ke depan, perlu ada keseimbangan yang baik antara motor pertumbuhan yang bersifat konsumtif dan produktif,” ujarnya.