Meski transisi energi tidak terelakkan lagi, sektor hulu minyak dan gas bumi memiliki peran kunci untuk mencapai ketahanan energi. Namun, hal ini perlu didukung dengan investasi agar produktivitasnya meningkat.
Oleh
Agustinus Yoga Primantoro
·4 menit baca
KOMPAS/AGUSTINUS YOGA PRIMANTORO
Vice President Indonesian Petroleum Association (IPA) Ronald Gunawan (tengah) memberikan penjelasan dalam konferensi pers Road to IPA Convention and Exhibition (Convex) 2023, di Jakarta, Kamis (20/7/2023).
JAKARTA, KOMPAS – Sektor hulu minyak dan gas bumi atau migas menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam transisi energi, terutama pada program ketahanan energi. Oleh sebab itu, investasi hulu migas perlu digalakkan agar produksi dapat mencapai target yang dibutuhkan selama transisi energi berlangsung.
Hal ini mengemuka dalam konferensi pers Road to Indonesian Petroleum Association (IPA) Convention and Exhibition (Convex) 2023, di Jakarta, Kamis (20/7/2023). Dengan mengusung tema ”Enabling Oil & Gas Investment and Energy Transition for Energy Security”, acara tersebut akan berlangsung di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, pada 25-27 Juli 2023.
Vice President IPA Ronald Gunawan mengatakan, transisi energi adalah suatu keniscayaan dan tidak terhindarkan. Dalam proses peralihan itu, migas masih dibutuhkan sembari pemerintah mengembangkan energi baru dan terbarukan.
”Ketahanan energi atau energy security adalah hal utama dalam transisi energi. Transisi dari energi fosil ke energi bersih memerlukan waktu. Di situlah peran migas, meski nantinya gas yang akan berperan penting untuk transisi energi, minyak akan tetap dipakai,” tuturnya.
KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA
Suasana di sekitar tangki spherical liquified petroleum gas (LPG) di area Onshore Processing Facility (OPF) Saka Indonesia Pangkah Limited di Manyar, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Kamis (13/7/2023).
Berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional, kebutuhan minyak pada 2050 mencapai 3,97 juta barel per hari atau meningkat 250 persen dibandingkan dengan konsumsi saat ini. Oleh karena itu, pemerintah melalui Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan produksi 1 juta barel minyak per hari dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari pada 2030 dalam rangka mencapai ketahanan energi.
Namun, SKK Migas mencatat, realisasi produksi siap jual atau lifting minyak pada semester I-2023 sebesar 615.500 barel per hari atau di bawah target yang 618.700 barel per hari. Lalu, realisasi salur gas sebesar 5.308 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau di bawah target yang 5.322 MMSCFD.
Selain ketahanan energi, upaya untuk mengurangi emisi sebagai bagian dari transisi energi juga dilakukan dengan menerapkan teknologi carbon capture storage/carbon capture utilization and storage (CCS/CCUS). Teknologi ini digunakan untuk menangkap karbon dioksida, sekaligus meningkatkan produksi migas dengan menyuntikkan karbon dioksida ke dalam reservoir.
Investasi dibutuhkan untuk mencapai ketahanan energi sembari Indonesia menyiapkan energi baru. Di sisi lain, sekarang kita masih impor dan tentu memberatkan negara sehingga kita harus menambah produksi migas.
Menurut Ronald, CCS bukanlah hal yang baru dalam industri hulu migas. Di sisi lain, pemerintah juga telah mengeluarkan Peraturan Menteri (Permen) Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 2 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan CCS dan CCUS pada Kegiatan Usaha Hulu Migas.
”Permen tersebut menjadi dasar hukum bagi pelaku industri untuk melakukan CCS/CCUS. Sekarang memang masih sebatas karbon dioksida yang diinjeksikan itu berasal dari source dalam migas di area itu sendiri. Tapi, pemerintah kini tengah membuat regulasi agar karbon dioksida bisa diambil dari tempat lain,” ujarnya.
Direktur Eksekutif IPA Marjolijn Wajong menyebutkan, CCS/CCUS dapat menjadi peluang bisnis baru mengingat Indonesia memiliki banyak reservoir. Hal ini turut menjadi usulan dalam bentuk dokumen kajian (white paper) dari para pemangku kepentingan dalam diskusi IPA Convex 2023.
KOMPAS/AGUSTINUS YOGA PRIMANTORO
Direktur Eksekutif IPA Marjolijn Wajong memberikan keterangan kepada wartawan seusai konferensi pers Road to IPA Convention and Exhibition (Convex) 2023, di Jakarta, Kamis (20/7/2023).
Selain mendorong transisi energi, dokumen kajian tersebut juga diharapkan dapat mengembangkan investasi sektor hulu migas. Sebab, untuk meningkatkan produksi migas dibutuhkan investasi yang tidak sedikit.
”White paper bertumpu pada dua isu, yakni transisi energi dan investasi migas. Investasi dibutuhkan untuk mencapai ketahanan energi sembari Indonesia menyiapkan energi baru. Di sisi lain, sekarang kita masih impor dan tentu memberatkan negara sehingga kita harus menambah produksi migas,” tuturnya.
Marjolijn menambahkan, dokumen kajian tersebut juga diharapkan dapat menjadi bahan pemikiran bagi para pemangku kepentingan dalam rangka merevisi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (UU Migas). Hal ini berkaitan dengan relevansi kebutuhan sektor hulu migas di tengah masa energi transisi dan kebutuhan akan investasi.
Secara terpisah, anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Mulyanto, menjelaskan, revisi UU Migas telah sampai di tahap pembahasan Badan Legislasi DPR. Salah satu hal yang dibahas adalah usulan terkait pembentukan badan khusus migas yang berwenang dalam aspek pengaturan dan pengawasan hulu migas.
Wakil Ketua Komisi VII DPR Eddy Soeparno memaparkan, revisi UU Migas juga dilakukan untuk meningkatkan iklim investasi di sektor hulu migas. Dengan demikian, kebutuhan investasi sektor hulu migas dapat terpenuhi.
”Kedua, topik yang juga ditekankan adalah soal status, peran, dan fungsi SKK Migas yang nantinya akan digantikan oleh badan usaha khusus. Harapannya, akan ada kejelasan terkait badan usaha khusus karena SKK Migas telah dinyatakan tidak sah oleh Mahkamah Konstitusi. Melalui revisi tersebut, kami akan memberi kepastian hukum terhadap badan sehingga dapat menyelesaikan masalah hulu migas di Indonesia,” ungkapnya saat dihubungi dari Jakarta.
Sebelumnya, SKK Migas melaporkan, realisasi investasi pada semester I-2023 belum mencapai target. Target investasi yang telah ditetapkan sebesar 7,4 miliar dollar AS, sedangkan realisasinya mencapai 5,7 miliar dollar AS.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, beberapa hal menjadi catatan penting terkait realisasi semester I-2023, antara lain kecelakaan kerja dan kebocoran di blok Offshore Southeast Sumatera (OSES) serta Offshore North West Java (ONWJ) (Kompas.id, 19/7/2023).
Ronald menjelaskan, realisasi investasi yang tidak sesuai target terjadi akibat dampak dari pandemi Covid-19. Situasi pandemi mengakibatkan kegiatan pengeboran menurun drastis sehingga banyak anjungan pengeboran (rig), baik di darat maupun laut, disimpan kembali (cold stake) ke pelabuhan, galangan kapal, atau area yang ditentukan.
”Waktu itu, kan, harga minyak terkontraksi (crash) sehingga banyak perusahaan yang berhenti mengebor dan rig jarang dirawat (maintenance). Saat pengeboran kembali marak pada 2021-2022, rig tidak dapat langsung beroperasi, melainkan perlu waktu persiapan sekitar lebih dari satu bulan untuk memesan materialnya. Akibatnya, terjadi permasalahan permintaan dan penawaran (supply-demandproblem),” ucapnya.
Permintaan yang tidak sebanding ketersediaan rig, lanjut Arnold, berimbas pada kenaikan harga sewa rig. Di sisi lain, keterbatasan rig, khususnya rig lepas pantai, terjadi akibat negara Arab Saudi dan Uni Emirat Arab sedang membutuhkan banyak rig.