Studi Accenture: AI Menginspirasi Visi dan Strategi Perusahaan
Pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (AI) berkembang di sejumlah perusahaan di Indonesia. Sebanyak 95 persen eksekutif Indonesia yang disurvei menyatakan sangat terinspirasi oleh kemampuan yang ditawarkan oleh AI.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Para eksekutif perusahaan di Indonesia, menurut riset Accenture, perusahaan multinasional di bidang konsultasi manajemen, cenderung bersikap terbuka dengan kehadiran teknologi kecerdasan buatan atau AI dan robot. Kedua teknologi ini menginspirasi visi dan strategi jangka panjang organisasi perusahaan.
”Saat ekonomi serba tidak pasti, para eksekutif perusahaan Indonesia, sesuai survei kami bertajuk Techvision 2023, berharap investasi kecerdasan buatan akan membantu meningkatkan efektivitas operasional. Sebanyak 98 persen dari total eksekutif Indonesia sepakat bahwa berinvestasi pada teknologi yang sedang berkembang akan membantu organisasi perusahaan tetap tangguh di panggung global,” ujar Country Managing Director for Indonesia Jayant Bhargava, dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (13/7/2023).
Laporan Techvision 2023 dikerjakan oleh Accenture kepada 4.777 jajaran eksekutif di 34 negara dan 25 industri. Salah satu negara yang disurvei adalah Indonesia dengan total 80 direksi. Accenture menyurvei mereka pada rentang waktu Desember 2022 dan Januari 2023.
Dalam laporan yang sama, para eksekutif di Indonesia yang disurvei menyatakan mereka bersedia meningkatkan sumber daya, baik modal maupun tenaga kerja manusia, yang didedikasikan khusus untuk adopsi kecerdasan buatan dan intelligence digital twins (model virtual dari obyek fisik) dalam 3 hingga 5 tahun ke depan. Mereka juga telah menyadari pentingnya mengelola penggunaan teknologi baru secara bertanggung jawab dan etis.
Dari kiri ke kanan Country Managing Director For Indonesia Jayant Bhargava, Managing Director Technology Lead For Indonesia Retno Kusumawati, dan Managing Director Applied Intelligence Lead For Indonesia Budiono.
Managing Director Technology Lead for Indonesia Retno Kusumawati mengatakan, sejak sepuluh tahun lalu, Accenture sudah memprediksi bahwa semua bisnis pada akhirnya adalah bisnis digital. Dengan kata lain, semua perusahaan mau tidak mau harus mengadopsi teknologi digital.
”Semua sektor industri pasti bisa mengadopsi kecerdasan buatan untuk transformasi organisasi mereka. Kalaupun ada industri yang tidak atau belum menerapkan, kami rasa hal itu dipengaruhi oleh permasalahan kultur perusahaan tertentu,” ujarnya.
Managing Director Applied Intelligence Lead for Indonesia Budiono menyampaikan, teknologi kecerdasan buatan bukan hal baru. Hanya saja, teknologi kecerdasan yang sekarang populer, seperti jenis generatif (generative artificial intelligence), lebih berdampak pada kehidupan sehari-hari. Sebanyak 95 persen para eksekutif Indonesia yang disurvei menyatakan mereka sangat terinspirasi oleh kemampuan yang ditawarkan oleh kecerdasan buatan. Ada dua manfaat utama kecerdasan buatan yang mereka harapkan, yakni percepatan inovasi dan pengalaman pelanggan yang lebih baik.
Sebanyak 95 persen para eksekutif Indonesia yang disurvei menyatakan mereka sangat terinspirasi oleh kemampuan yang ditawarkan oleh kecerdasan buatan.
”Faktanya, sejumlah organisasi perusahaan di Indonesia merencanakan berbagai eksperimen aktivitas bisnis dengan menggunakan model fondasi yang dimiliki oleh kecerdasan buatan dalam kurun waktu 3–5 tahun mendatang. Aktivitas bisnis yang dimaksud mencakup customer support, otomasi proses operasional, hingga riset saintifik,” ujar Budiono.
Kendati para eksekutif yang disurvei antusias mengadopsi kecerdasan buatan, lanjut Budiono, banyak di antara mereka menaruh perhatian pada risiko yang mungkin ditimbulkan dari kecerdasan buatan. Tiga risiko teratas yang dikhawatirkan adalah penyalahgunaan penerapan teknologi kecerdasan buatan, daya tahan jenis fondasi model kecerdasan buatan dengan data terkini, dan ongkos modal yang dikeluarkan perusahaan jadi meningkat.
Sementara itu, berdasarkan survei Populix bertajuk ”Unveiling the Tech Revolution: How Technology Reshapes the Future of Work”(Juni 2023), sebanyak 45 persen dari 1.014 orang responden berusia 17–55 tahun di Indonesia sudah menggunakan platform berbasis kecerdasan buatan untuk menunjang efektivitas pekerjaan, seperti ChatGPT (52 persen) dan Copy.ai (29 persen). Platform tersebut dipakai karena terdapat tools untuk membantu bekerja, mencari ide, dan diwajibkan oleh institusi tempat bekerja/bersekolah.
”Mayoritas warga Indonesia saat ini bekerja dengan mengggunakan bantuan platform yang dapat membantu karyawan untuk saling terhubung satu sama lain dan produktivitas mereka. Kehadiran platform kecerdasan buatan juga membantu karyawan dalam meningkatkan kreativitas,” ujar Co-Founder dan CEO Populix Timothy Astandu, dalam siaran pers.
Sebanyak 8 dari 10 warga, dalam survei Populix itu, menyatakan tertarik untuk mengikuti kegiatan yang dapat mendukung pengembangan keahlian, seperti public speaking (46 persen), kewirausahaan (45 persen), pemasaran digital (44 persen), analisis data (42 persen), dan kemampuan komunikasi (40 persen).