Perkuat Pasokan ”Wood Chip”, PT Mentari Biru Energi Bangun Pabrik di Bangka
Salah satu upaya untuk mengejar target dari transisi energi adalah dengan melakukan campuran biomassa dengan batubara untuk pembangkit listrik.
Oleh
Agustinus Yoga Primantoro
·4 menit baca
PT Mentari Biru Energi, anak perusahaan PT Maharaksa Biru Energi Tbk, baru saja meresmikan pembangunan pabrik potongan kayu atau wood chip. Pabrik tersebutsecara khusus akan memenuhi kebutuhan biomassa campuran batubara atau co-firing pembangkit listrik tenaga uap atau PLTU Air Anyir di Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Berjarak sekitar 11 kilometer dari pusat Kota Pangkalpinang, lokasi pabrik itu berada di Desa Air Duren, Kecamatan Mendobarat, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Di atas lahan seluas 6.800 meter persegi, pabrik tersebut diperkirakan dapat mulai beroperasi pada awal November 2023 dengan kapasitas produksi 3.000 ton per bulan dan akan meningkat hingga 12.000 ton per bulan.
Direktur Utama PT Maharaksa Biru Energi Tbk Bobby Gafur Umar menyampaikan, wood chip yang diproduksi oleh pabrik tersebut akan memasok kebutuhan untuk co-firing PLTU Air Anyir. Saat ini, bauran biomassa PLTU berkapasitas 2 x 30 megawatt (MW) tersebut telah mencapai lebih dari 5 persen.
wood chip
wood chip
Dalam acara tersebut hadir pula, antara lain, Bupati Kabupaten Bangka Mulkan, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bangka Iskandar, Project Director PT Mentari Biru Energi Widi Pancono, dan Dewan Pengawas Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia Fauzi Imron, serta jajaran pemerintah daerah setempat.
Selain pabrik wood chip, PT Maharaksa Biru Energi Tbk juga berencana untuk mengembangkan produksi biomassa lainnya berupa wood pellet. Nilai investasi yang digelontorkan untuk kedua proyek tersebut diperkirakan mencapai lebih dari Rp 200 miliar.
Secara khusus, produksi wood chip diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan PLTU Air Anyir, sedangkan wood pellet direncanakan dieskpor ke sejumlah negara, seperti Jepang, Korea Selatan, dan China. Hal ini tidak lepas dari besarnya potensi di Pulau Bangka, termasuk akses berupa pelabuhan skala internasional, yakni Pelabuhan Tanjung Ular, Kabupaten Bangka Barat.
Investasi diharapkan memberikan dampak domino yang positif bagi masyarakat. Meski tidak banyak, penciptaan lapangan kerja, seperti tenaga kasar, mekanik, dan petugas keamanan, akan mengutamakan warga sekitar. Bukan hanya itu, program tanggung jawab sosial perusahaan (”corporate social responsibility”/CSR) juga bisa berdampak luas bagi masyarakat.
Bahan baku yang digunakan untuk produksi wood chip ini diambil dari hutan tanaman rakyat (HTR). Menurut Bobby, sebagian besar HTR di Pulau Bangka cenderung dibiarkan begitu saja sehingga kurang produktif.
”Tidak hanya sekadar mengambil kayu, kami juga mengedepankan keberlanjutan lingkungan dengan menanam pohon-pohon. Kayu yang bisa digunakan hanya kayu berkalori tinggi, seperti tanaman Akasia, tanaman Kaliandra, dan tanaman Kanef,” ujarnya.
Selain berdampak bagi rantai pasok PLTU, pabrik wood chip diharapkan juga dapat memberikan dampak perekonomian bagi masyarakat sekitar. Salah satunya perihal ketenagakerjaan yang direncanakan semua karyawan pabrik berasal dari Kabupaten Bangka yang mayoritas berasal dari Desa Air Duren.
”Terdapat 30 karyawan pabrik langsung dan lebih dari 100 karyawan tidak langsung,” ujar Widi.
Di sisi lain, Pemerintah Kabupaten Bangka membuka pintu terhadap investasi yang mengedepankan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan itu dapat tercapai baik melalui penyerapan tenaga kerja maupun penetapan harga pasokan yang menguntungkan masyarakat dan investor.
”Investasi diharapkan memberikan dampak domino yang positif bagi masyarakat. Meski tidak banyak, penciptaan lapangan kerja, seperti tenaga kasar, mekanik, dan petugas keamanan, akan mengutamakan warga sekitar. Bukan hanya itu, program tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR) juga bisa berdampak luas bagi masyarakat,” kata Mulkan.
Selain itu, Pemerintah Kabupaten Bangka juga berkomitmen mempermudah investasi, sebagaimana telah dilakukan oleh pemerintah pusat dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Bukan hanya regulasi, kepastian hukum dalam menjalankan usaha juga akan dijamin agar investasi dapat terus berlanjut dan berkembang.
Iskandar menambahkan, pembangunan pabrik wood chip tersebut dapat menjadi peluang baru bagi masyarakat untuk meningkatkan perekonomian. Sebab, selama ini, masyarakat di Pulau Bangka telanjur bergantung pada tambang dan belum memanfaatkan hutan produksi secara optimal.
Seperti diketahui, Indonesia memiliki komitmen dalam Perjanjian Paris untuk mencapai emisi nol bersih (net zero emission/NZE) pada 2060. Biomassa menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi tingkat ketergantungan terhadap energi yang dihasilkan oleh batubara.
Dewan Pengawas Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia Fauzi Imron menjelaskan, saat ini rata-rata co-firing PLTU di Indonesia baru mencapai 3 persen. Pabrik wood chip PT Mentari Biru Energi yang memasok produksinya ke PLTU Air Anyir akan menjadi percontohan bagi PLTU lainnya sekaligus menjadi pabrik wood chip terbesar di Indonesia.
”Kami mengapresiasi upaya dari perusahaan karena mendukung target dari progam transisi energi. Dengan adanya pabrik itu, co-firing mungkin bisa mencapai 10 persen atau lebih,” katanya saat ditemui di Pangkalpinang, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Data PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN menyebut, implementasi co-firing biomassa per Juni 2023 telah dilakukan di 37 PLTU dengan berbasis ekonomi kerakyatan. Penurunan emisi diperkirakan telah mencapai 1,2 juta ton karbondioksida (CO2) dengan biomassa yang digunakan mencapai 1,5 juta ton.
Assistant Manager Operasi dan Pemeliharaan Pembangkitan PLN Unit Pelaksana Pembangkitan (UPK) Bangka Belitung, R Arif Nurruddin, menjelaskan, biomassa yang dibutuhkan oleh PLTU Air Anyir mencapai sekitar 60 ton per hari atau 1.500 ton sampai 1.800 ton per bulan. Jumlah tersebut setara dengan 5 persen sebagai pengganti dari batubara.
”Target ke depan, co-firing bisa mencapai 15 persen, tergantung pasokan. Kemarin sudah diuji coba sampai 15 persen pakai wood chip dan tidak ada masalah pada mesin atau sejauh ini masih normal,” ujarnya saat ditemui di kawasan PLTU Air Anyir.