Di tengah kenaikan volume dan nilai transaksi uang elektronik, jumlah volume dan nilai transaksi menggunakan kartu tetap tinggi. Bahkan, sudah melebihi kondisi sebelum pandemi tahun 2019.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penyelesaian transaksi pembayaran menggunakan kartu debit ataupun kartu kredit masih tetap diminati di tengah makin meluasnya sistem pembayaran digital yang tanpa gunakan kartu. Jumlah frekuensi ataupun volume transaksinya menggunakan kartu saat ini bahkan sudah melampaui seperti sebelum pandemi pada 2019.
Mengutip data Bank Indonesia (BI), volume transaksi dari kartu debet dan ATM pada 2022 mencapai 7,55 miliar kali bertumbuh dari 2021 yang sebanyak 7,24 miliar kali. Angka ini sudah melebihi volume transaksi prapandemi Covid-19 pada 2019 yang sebanyak 7,02 miliar kali. Pada 2020, volume transaksi dari kartu debet dan ATM sempat merosot jadi sebanyak 6,65 miliar kali.
Nilai transaksi kartu debit dan ATM pada 2022 mencapai Rp 7.921 triliun, meningkat dibandingkan dengan tahun 2021 yang sebesar Rp 7.241 triliun. Seperti halnya volume transaksi, nilai transaksi kartu debit dan ATM pada 2022 sudah melebihi prapandemi tahun 2019 yang sebesar Rp 7.474 triliun. Adapun pada 2020, nilai transaksi dari kartu debet dan ATM juga turun menjadi Rp 6.917 triliun.
Hal serupa tercatat pada kartu kredit. Volume transaksi dari kartu kredit pada 2022 mencapai 342,76 juta kali, meningkat dari 2021 yang sebesar 281,90 juta kali. Angka ini nyaris menyamai volume transaksi kartu kredit prapandemi 2019 yang sebesar 349,21 juta kali. Volume transaksi kartu kredit juga sempat jeblok pada 2020, yakni hanya sebesar 274,68 juta kali.
Sementara nilai transaksi kartu kredit pada 2022 mencapai Rp 323,60 triliun, meningkat dari tahun 2021 yang sebesar Rp 244,51 trilun dan 2020 yang sebesar Rp 238,90 triliun. Nilai transaksi kartu kredit 2022 hampir menyamai level prapandemi 2019 yang sebesar Rp 342,68 triliun.
Di sisi lain, volume transaksi uang elektronik 2022 mencapai 12,3 miliar kali transaksi meningkat dibandingkan dengan tahun 2021 yang sebesar 8,26 miliar kali. Namun, angka tersebut belum bisa menandingi volume transaksi uang elektronik 2020 yang sebesar 15,04 miliar kali.
Adapun nilai transaksi uang elektronik 2022 mencapai Rp 1.177 triliun, meningkat dibandingkan dengan tahun 2021 yang sebesar Rp 786 triliun. Volume transaksi uang elektronik pada 2020 memang besar, tetapi nilai transaksinya lebih kecil dari 2021 dan 2022, yakni hanya sebesar Rp 504 triliun.
Terus berinovasi
Dalam diskusi bertajuk ”The Future of Cards: Innovation and Their Role In A New Fintech Paradigm”, Jakarta, Rabu (21/6/2023), Executive Vice President BCA Ketut Wijaya mengatakan, kondisi bisnis kartu kredit saat ini sudah kembali normal, bahkan kondisinya lebih kurang lebih sudah seperti sebelum pandemi. Seiring dengan aktivitas ekonomi yang kembali, metode pembayaran dengan kartu kembali meningkat.
Kendati demikian, pihak perbankan dan penyedia kartu pembayaran perlu terus berinovasi agar penggunaan kartu tetap relevan bagi konsumen. Apalagi saat ini kian marak berbagai metode pembayaran digital, bahkan pinjaman secara daring.
”Pada awal kehadirannya di tahun 1980-an, kehadiran kartu kredit ini menciptakan perubahan besar cara masyarakat bertransaksi. Kondisinya saat ini lebih kurang sama pada era digitalisasi ini. Kartu ini harus terus berinovasi agar bisa tetap bertahan,” ujar Ketut.
Senior Executive Vice President Digital Business BNI Rian Kaslan mengatakan, saat ini masyarakat dimudahkan dengan adanya variasi pilihan sistem pembayaran mulai dari tunai, menggunakan kartu, hingga pembayaran digital cukup dari ponsel. Menurut dia, masyarakat tetap bertransaksi menggunakan kartu karena sumber dana yang cukup besar berada dalam rekening perbankan mereka.
President Director PT Mastercard Indonesia Navin Jain mengatakan, pihaknya optimistis penggunaan kartu untuk pembayaran akan tetap bertahan. Sebab, tiap nasabah punya perilaku dan preferensinya masing-masing dalam bertransaksi. Pihaknya terus berinovasi dengan merilis pembayaran kartu kredit tanpa sentuh mesin (contactless).
Chief Commercial Officer Kredivo Krishnadas mengatakan, kendati kini layanan pinjaman daring, seperti beli sekarang bayar nanti (buy now pay later/BNPL),seperti Kredivo, dia mengatakan, pihaknya menjaring pasar yang berbeda dengan konsumen yang bertransaksi menggunakan kartu. Pihaknya lebih menyasar segmen pasar yang tidak lulus persyaratan kredit perbankan sehingga mencari pembiayaan secara daring. Dengan kebutuhan pendanaan di Indonesia yang sangat besar, semua pihak bisa berbagi segmen pasar sesuai dengan perilaku dan preferensi konsumen.