Jaga Kesehatan Keuangan di Tengah Animo Belanja Daring
Indonesia menjadi negara dengan nilai transaksi belanja daring tertinggi di Asia Tenggara. Di sisi lain, mayoritas masyarakat di Indonesia juga rela menghabiskan uangnya demi gaya hidup.
Oleh
Agustinus Yoga Primantoro
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Masyarakat Indonesia memiliki animo yang besar terhadap belanja daring untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Di sisi lain, kesehatan keuangan patut diperhatikan mengingat tingkat pemenuhan gaya hidup masyarakat Indonesia juga tinggi.
Berdasarkan data Momentum Works Strait Times Graphic, Indonesia menjadi negara yang memiliki nilai transaksi di lokapasar daring tertinggi di Asia Tenggara. Pada 2022, transaksi lokapasar daring di Indonesia tercatat sebesar Rp 773,7 triliun. Jumlah tersebut melebihi gabungan nilai transaksi dari lima negara Asia Tenggara lainnya, yakni Thailand, Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Singapura.
Executive Vice President Marketing and Lifestyle Business Division Head Bank OCBC NISP Amir Widjaya mengatakan, tren belanja daring terus meningkat meski kini pandemi Covid-19 mulai mereda. Peningkatan tren belanja daring ini terjadi karena kala itu aktivitas masyarakat terbatas (saat pandemi) sehingga belanja daring menjadi pilihan.
”Transaksi secara online meningkat pesat dan sangat dipengaruhi oleh pandemi sehingga belanja online juga dipermudah. Kini, pertumbuhannya relatif stabil meski pandemi mereda. Masyarakat jadi lebih terbiasa dan melek digital,” katanya dalam acara peluncuran produk NYALA Kartu Kredit dan NYALA Global Debit, di Jakarta, Rabu (21/6/2023).
Di sisi lain, tingkat kebutuhan dan keinginan masyarakat untuk menikmati gaya hidup modern, seperti menonton konser, rekreasi, dan bepergian, juga semakin tinggi. Dalam riset Financial Fitness Index 2022 yang dirilis OCBC NISP, sedikitnya 78 persen orang Indonesia menghabiskan uangnya demi gaya hidup.
Menurut Amir, masyarakat sebaiknya mulai memperhatikan kebiasaan terkait pemenuhan gaya hidup. Sebab, gaya hidup yang maksimal tidak menjamin sehat secara finansial.
”Gaya hidup modern sering kali menghadirkan tantangan dalam mengelola keuangan dengan baik. Untuk itu, kami melengkapi NYALA Kartu Kredit dan NYALA Global Debit ini dengan fitur digital yang dapat membantu nasabah menikmati hidup dan mengelola pengeluaran mereka, baik di dalam negeri maupun di luar negeri dengan cermat dan bijak,” lanjutnya.
Kebanyakan orang terlena dengan kemudahan belanja online. Oleh sebab itu, masyarakat perlu melakukan financial check-up untuk mengetahui kondisi kesehatan keuangan.
Amir menambahkan, NYALA Kartu Kredit memberikan keuntungan, salah satunya berupa cashback sebesar 8 persen untuk belanja daring. Sementara NYALA Global Debit menawarkan kemudahan transaksi belanja dan tarik tunai di luar negeri dengan fitur bebas konversi kurs atau dengan debit langsung dari rekening tabungan yang terdiri atas 12 mata uang.
Presiden Direktur Visa Indonesia Riko Abdurrahman dalam keterangan resminya mengatakan, layanan perbankan virtual terus meningkat sesuai preferensi konsumen di Indonesia. Berdasarkan Studi Consumer Payments Attitudes dari Visa, kartu kredit masih menjadi cara pembayaran pilihan oleh generasi Y dan segmen menengah ke atas (affluent) dalam metode pembayaran nirkontak (contactless).
Secara terpisah, Perencana Keuangan sekaligus pendiri PT Solusi Finansialku Indonesia, Melvin Mumpuni Finansialku, berpendapat, dengan kondisi seperti itu, orang-orang perlu melihat kembali kondisi keuangannya. Kondisi keuangan perlu disesuaikan dengan kemampuan keuangan dan rencana keuangan di masa depan.
”Kebanyakan orang terlena dengan kemudahan belanja online. Oleh sebab itu, masyarakat perlu melakukan financial check-up untuk mengetahui kondisi kesehatan keuangan. Mulailah menata pengeluaran terlebih dahulu. Kemudian, rencanakan keuangan dan investasi, baik untuk jangka menengah maupun panjang,” ujarnya saat dihubungi dari Jakarta.
Tren kartu kredit
Kartu kredit merupakan salah satu pilihan untuk menyelesaikan transaksi pembayaran dalam belanja daring. Namun, selama lima tahun terakhir pertumbuhan kartu kredit di Indonesia cenderung menurun.
Asosiasi Kartu Kredit Indonesia mencatat, jumlah pengguna kartu kredit di Indonesia pada 2022 mencapai 16,8 juta orang atau menurun sekitar 2,2 persen dibandingkan tahun 2018. Sementara jumlah transaksi kartu kredit mencapai 246 juta transaksi dengan nilai Rp 226 miliar pada 2022. Jumlah transaksi dan nilai transaksi kartu kredit ini juga menurun, masing-masing sekitar 33 persen dan 35 persen dibandingkan tahun 2018.
Ketua Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Bima Laga menjelaskan, kartu kredit tidak menjadi pilihan utama bagi masyarakat untuk bertransaksi di lokapasar daring. Berdasarkan data pada akhir tahun 2022, mayoritas masyarakat cenderung bertransaksi melalui virtual account dan dompet digital.
”Potensi memang selalu ada. Namun, untuk kartu kredit, agak berat karena promo-promo dari dompet digital dan virtual account jauh lebih banyak,” tuturnya.