Pengusaha Nasional Bertransisi Perlahan Gunakan Kecerdasan Buatan
Pengusaha nasional secara perlahan akan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan. Kendati begitu, kecerdasan buatan perlu dipastikan tidak mengambil alih seluruh aspek usaha.
Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kalangan pengusaha nasional kini melirik kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) sebagai suatu keniscayaan. Untuk menerapkannya, para pengusaha memulai transisi secara perlahan. Pada saat bersamaan, sektor tenaga kerja juga didorong untuk meningkatkan kemampuan.
IBM Global AI Adoption Index 2022 melaporkan, 34 persen perusahaan global telah menerapkan AI, sedangkan 42 persen perusahaan lainnya mulai mengeksplorasi AI. Di negara tetangga, Singapura, 39 persen perusahaan telah menerapkan AI dan 46 persen mulai mengeksplorasi AI.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, pengusaha global saat ini sudah mengarah untuk menerapkan AI. Kalangan pengusaha nasional juga pasti akan beralih memanfaatkan teknologi tersebut. Kendati begitu, Indonesia perlu memerhatikan agar teknologi kecerdasan buatan ini tidak mengambil alih seluruh aspek usaha.
”Para pengusaha didorong untuk transisi dalam menerapkan AI secara perlahan. Roadmap Perekonomian Apindo 2024-2029 juga akan memperhitungkan AI dalam penyusunannya,” ujar Shinta yang baru saja dilantik sebagai Ketua Umum Apindo 2023-2028 di Jakarta, Kamis (15/6/2023).
Shinta menjadi perempuan pertama yang duduk di pucuk pimpinan Apindo. Ia menggantikan Hariyadi B Sukamdani yang telah menjabat sebagai Ketua Umum Apindo pada 2018-2023. Adapun pengusaha Sofjan Wanandi terpilih sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Apindo 2023-2028.
Mengenai teknologi kecerdasan buatan, kata Shinta, akan berdampak pada seluruh sektor usaha tanpa terkecuali. Dampak perkembangannya saat ini belum terlalu signifikan di Indonesia, tetapi perlahan akan menjadi keniscayaan.
Transisi AI di Indonesia perlu didukung modal ekonomi berupa tenaga kerja yang mumpuni dalam mengamankan pasar dalam negeri, memanfaatkan dan mengelola sumber daya. Karena itu, skenario pengembangan sumber daya manusia melalui skilling, upskilling, dan reskilling harus diimplementasikan.
AI merupakan satu-satunya cara untuk mengelola dan mengolah data dalam jumlah besar secara efisien. Terlebih bagi perusahaan yang mengedepankan elemen keberlanjutan dalam bisnisnya.
Pemanfaatan AI untuk pertumbuhan ekonomi tergambar dari hasil riset lembaga investasi, Dewan Pengembangan Ekonomi Singapura (EDBI), dan perusahaan konsultan manajemen global, AT Kearney. Dalam laporannya, nilai produk domestik bruto (PDB) Indonesia diperkirakan dapat bertambah sebesar 366 juta dollar AS dalam satu dekade mendatang.
Mengutip laporan McKinsey pada 2019, sebanyak 23 juta pekerjaan di Indonesia dapat tergantikan akibat otomasi hingga 2030. Pada saat yang bersamaan, keberadaan AI dapat menciptakan 27 juta-46 juta lapangan kerja. Sebanyak 10 juta di antaranya merupakan jenis pekerjaan baru yang belum pernah ada.
Secara terpisah, General Manager and Technology Leader IBM South East Asia, Australia, New Zealand, and Korea (AEANZK) Agnes Heftberger menyebutkan, AI merupakan satu-satunya cara untuk mengelola dan mengolah data dalam jumlah besar secara efisien. Terlebih bagi perusahaan yang mengedepankan elemen keberlanjutan dalam bisnisnya.
”Kami sudah bertanya kepada pimpinan perusahaan global dan Asia tenggara, hampir separuhnya memprioritaskan keberlanjutan dalam bisnisnya. AI bisa membantu bisnis mengubah data menjadi informasi penting yang mendorong keputusan yang lebih cerdas, setiap hari,” katanya dalam jumpa pers secara daring, Selasa (13/6/2023).
Katrina Itin, Sustainability Advisor dari Growthpoint Properties Australia, perusahaan yang bergerak di bidang investasi sektor properti, menuturkan, perusahaan terbuka membutuhkan informasi yang relevan agar investor dapat mengambil keputusan tepat. Oleh karena itu, kemampuan AI untuk menyederhanakan pengambilan data dari berbagai sumber dan mengumpulkan semuanya ke dalam satu platform menjadi krusial.
”Data merupakan dasar dari usaha keberlanjutan kami. Dalam hal ini AI dapat membantu untuk menetapkan target yang ambisius, menginvestasikan modal, dan menjadi tolok ukur terhadap target,” ungkapnya.