Laba Bersih Dyandra Naik 533 Persen di Triwulan I-2023
Pada triwulan I-2023, Dyandra mencatatkan pertumbuhan yang positif. Pada periode itu, pendapatan neto Dyandra bertumbuh sebesar 242 persen dibandingkan triwulan-I-2022 menjadi Rp 370,4 miliar.
Oleh
Agustinus Yoga Primantoro
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Dyandra Media International Tbk atau Dyandra membukukan laba bersih Rp 55,9 miliar pada triwulan I-2023 atau naik 533 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada tahun ini, Dyandra menargetkan dapat menguasai lebih dari 30 persen pangsa pasar industri pertemuan, insentif, konvensi, pameran atau meeting, incentive, convention, dan exhibition (MICE).
Sebagai perusahaan yang bergerak di industri MICE dan memiliki lebih dari 27 anak perusahaan, Dyandra telah terlibat dalam sejumlah pergelaran berskala internasional, seperti Indonesia International Motor Show (IIMS) dan Indonesia International Furniture Expo (IFEX) di Jakarta International Expo Kemayoran, Jakarta. Selain itu, ada pula konser ”NCT Dream Tour: The Dream Show 2”yang telah terselenggara di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, dan ”Second Negotiating Round of Indo-Pacific Economic Framework for Prosperity” di Bali Nusa Dua Convention Center, Bali.
Direktur Utama PT Dyandra Media International Tbk Daswar Marpaung mengatakan, segmen penyelenggara acara atau pameran oleh PT Dyandra Promosindo beserta anak usahanya berkontribusi sebesar 85 persen terhadap laba bersih. Sementara segmen pendukung acara berkontribusi sebesar 4 persen, segmen ruang konvensi dan pameran sebesar 8 persen, dan segmen hotel sebesar 3 persen.
”Perolehan pada triwulan pertama ini lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya karena banyak terselenggara ajang-ajang signature kami seperti IIMS dan IFEX. Kami akan terus melanjutkan pekerjaan-pekerjaan yang berfokus pada pameran dan konvensi-konvensi yang sudah diagendakan. Pada tahun ini, kami memproyeksikan pertumbuhan pendapatan (revenue) sebesar 10 persen dibandingkan tahun lalu, sedangkan penghasilan (income) bisa lebih besar dari triwulan pertama tahun ini,” katanya dalam acara paparan publik di Jakarta, Jumat (9/6/2023).
Sebagian besar pertumbuhan yang dialami Dyandra ini ditopang oleh tingginya permintaan pasar industri MICE, yakni penyelenggaraan acara dan pameran, seperti pasar asosiasi, korporasi, serta pemerintah. Selain itu, pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif seiring dengan pandemi Covid-19 yang mulai mereda turut mendukung industri MICE bertumbuh.
Saat pandemi Covid-19 melanda, Dyandra mengalami penurunan harga saham hingga mencapai batas bawah, yakni pada harga Rp 50 per lembar saham. Tren tersebut berlangsung relatif cukup lama, yakni dari awal Maret hingga mendekati akhir tahun 2020. Seiring dengan kondisi pandemi Covid-19 yang mereda, harga saham Dyandra perlahan merangkak hingga tercatat Rp 129 per lembar pada penutupan pasar pada Jumat (9/6/2023).
Pada tahun 2022, Dyandra mencatatkan pendapatan neto sebesar Rp 1,2 triliun atau naik 115 persen dibandingkan tahun sebelumnya, yakni Rp 563,8 miliar. Dengan demikian, pendapatan Dyandra pada tahun 2023 terproyeksi akan mencapai Rp 1,32 triliun.
Kami tetap optimistis bisa terus bertumbuh pada tahun 2024 meski proyek-proyek pemerintah, seperti ASEAN Summit tahun ini, sulit untuk terulang kembali di tahun-tahun selanjutnya.
Direktur Center of Economic and Law Studies Bhima Yudhistira menjelaskan, sektor industri MICE berpotensi akan terus bertumbuh seiring dengan pandemi Covid-19 yang mulai mereda. Di sisi lain, animo untuk melakukan pameran dan ekshibisi pun semakin besar.
”Sekarang ruang rapat di hotel-hotel mulai penuh dan kebangkitan industri MICE ini mungkin akan terus berlanjut. Meski tetap ada tantangan, anggaran belanja MICE yang sempat tertahan sekarang sudah mulai dicairkan oleh korporasi maupun pemerintah," tuturnya saat dihubungi dari Jakarta.
Menurut Bhima, perhelatan pemilihan umum yang akan berlangsung dapat turut mendukung pertumbuhan MICE lantaran agenda tersebut sering memanfaatkan tempat-tempat ekshibisi di hotel. Selain itu, kepanitiaan Indonesia di sejumlah acara internasional memberikan peluang bagi industri MICE untuk tumbuh lebih tinggi.
Walakin, terdapat sejumlah tantangan bagi tren positif ini pada triwulan-triwulan selanjutnya. Menurut Daswar, pertumbuhan Dyandra pada triwulan II cenderung melemah akibat terbatasnya acara saat momentum Ramadhan. Selain itu, renovasi Jakarta Convention Center (JCC) hingga September 2023 sebagai persiapan gelaran ASEAN Summit 2023 turut berpengaruh terhadap acara-acara yang telah diagendakan.
”Masa kampanye Pemilihan Umum 2024 ini juga menjadi tantangan bagi kami. Harapannya, pemilu bisa berlangsung satu putaran, lebih cepat, lebih baik. Namun, kami tetap optimistis bisa terus bertumbuh pada tahun 2024 meski proyek-proyek pemerintah, seperti ASEAN Summit tahun ini, sulit untuk terulang kembali di tahun-tahun selanjutnya,” lanjut Daswar.
Daswar menambahkan, pertumbuhan yang cukup signifikan dalam tiga bulan pertama tahun ini didapat setelah pada triwulan I-2022 Dyandra mencatatkan rugi operasi sebesar Rp 12,9 miliar. Tren pembalikan ini juga tampak dari perolehan laba operasi sebesar Rp 52,4 miliar pada triwulan I-2023 yang pada tahun lalu Dyandra mengalami rugi operasi sebesar Rp 7,6 miliar.
Selain itu, total aset perusahaan turut bertumbuh sebesar 3 persen menjadi Rp 1,125 triliun pada triwulan I-2023 dari triwulan sebelumnya sebesar Rp 1,088 triliun. Selanjutnya, utang perusahaan juga tercatat menurun sebesar 3 persen dibandingkan akhir tahun 2022 menjadi Rp 558,7 miliar pada triwulan I-2023.
Untuk dapat melanjutkan tren pertumbuhan yang positif ini, Dyandra menerapkan sejumlah strategi bisnis. Corporate Secretary PT Dyandra Media International Tbk Mirna Gozal menyebut, Dyandra ingin menguasai lebih dari 30 persen pangsa pasar industri MICE di Indonesia.
”Kami akan melanjutkan mutual partnership dengan event organizer global dalam rangka menyelenggarakan acara berskala besar dan bertaraf internasional. Kemudian, kami juga berfokus kepada bisnis industri konser musik, baik lokal maupun internasional, dengan memperbanyak jumlah penyelenggaraan konser,” katanya.
Selain itu, Dyandra saat ini tengah mengembangkan acara bertajuk Intellectual Property (IP) seperti Indonesia International Show, Project-D, FLAVS, dan Deep Extreme Indonesia. Kemudian, industri pendidikan juga tidak luput menjadi sasaran pengembangan bisnis melalui Dyandra Academy berupa sertifikasi MICE dan program vokasi.
Mirna menambahkan, pihaknya juga akan berfokus pada bisnis convention dan hall, yakni dengan meningkatkan jumlah penyelenggaraan acara dari pasar korporasi dan asosiasi serta menjaring peluang rangkaian pertemuan ASEAN Summit. Lalu, dibukanya kembali batas internasional pada bulan Januari menjadi peluang untuk masuk ke pasar China.
”Kami akan berpartisipasi dalam ajang pameran MICE internasional untuk menjaring pasar global, seperti Incentive, Travel & Convention Meeting Asia (IT&CMA) dan International Meeting Exhibition(IMEX). Kami juga akan menjadi anggota asosiasi MICE internasional, seperti Indonesia Contact Center Association (ICCA) dan International Association of Convention Centres (AIPC),” lanjut Mirna.
Terdapat sejumlah acara unggulan Dyandra yang akan digelar, seperti The 47th Indonesian Petroleum Association Convex pada akhir Juli 2023, The 21st IFRA Business Expo pada akhir Agustus 2023, serta AESPA Live Tour 2023pada 24 Juni 2023. Ketiga acara tersebut akan berlangsung di ICE BSD, Kabupaten Tangerang.