Inflasi Mei Melandai, Harga Bahan Pangan Jadi Sorotan
Kenaikan harga sejumlah komoditas pangan memberi andil terbesar pada inflasi Mei 2023. Problem pasokan dan kenaikan harga pakan dinilai mendongkrak harga komoditas tersebut.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·3 menit baca
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Buruh membersihkan kulit dan batang bawang putih impor di Pasar Induk Kramatjati, Jakarta Timur, Minggu (28/5/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Badan Pusat Statistik mencatat inflasi Mei 2023 cenderung melandai jika dibandingkan bulan sebelumnya dan Mei 2022. Namun, kenaikan sejumlah harga komoditas pangan dinilai perlu menjadi perhatian. Ketersendatan pasokan serta kenaikan ongkos produksi mendongkrak harga beberapa komoditas pangan penyumbang inflasi.
Secara bulanan (mtm), inflasi Mei 2023 tercatat 0,09 persen, turun dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat 0,33 persen. Adapun secara tahunan (yoy), inflasi bulan lalu tercatat 4 persen, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 4,33 persen.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Pudji Ismartini saat konferensi pers di Jakarta, Senin (5/6/2023), merinci, kelompok pengeluaran makanan dan minuman memberi andil terbesar pada inflasi bulanan pada Mei 2023, yakni 0,13 persen. Namun, kelompok pengeluaran lain mengalami deflasi, yakni transportasi serta pakaian dan alas kaki.
Khusus di kelompok makanan, minuman, dan tembakau, komoditas penyumbang inflasi bulan lalu adalah bawang merah dan daging ayam ras dengan andil masing-masing 0,03 persen, lalu ikan segar, telur ayam ras, rokok kretek filter, dan bawang putih dengan andil masing-masing 0,02 persen. ”Harga bawang merah naik karena belum banyak produksi dari petani sehingga pasokan yang masuk belum mencukupi kebutuhan masyarakat,” ujarnya.
Selain bawang merah, pasokan ikan segar juga tersendat sehingga turut menyumbang inflasi. ”Gelombang tinggi terjadi di sejumlah perairan di Indonesia sehingga menyebabkan nelayan menunda untuk melaut,” kata Pudji.
Adapun harga bawang putih naik karena pasokannya terbatas dan harga dari negara asalnya, yakni China, sempat naik. Sementara harga telur ayam ras naik karena dinilai turut dipicu oleh lonjakan harga jagung pakan.
Sorotan terhadap harga bawang putih dan telur ayam ras mengemuka dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi IV DPR RI bersama dengan Badan Pangan Nasional (NFA), Senin (5/6/2023). Ketua Komisi IV DPR Sudin memimpin rapat yang dihadiri Kepala NFA Arief Prasetyo Adi, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso, serta sejumlah jajaran direksi dari badan usaha milik negara (BUMN) sektor pangan.
Jadi perhatian
Dalam rapat itu, Arief menyatakan, kenaikan harga bawang putih telah menjadi perhatian pemerintah. ”Harga bawang putih di China sempat menyentuh 1.300 dollar AS per ton dan sekarang berada di posisi 1.200 dollar AS per ton. Padahal, biasanya harga bawang putih (China) di bawah 1.000 dollar AS per ton,” ujarnya.
FAKHRI FADLURROHMAN
Tangan pedagang saat mengambil sejumlah telur yang dipesan pembeli di salah satu toko di Pasar Kramatjati, Jakarta Timur, Jumat (19/5/2023).
Dengan nilai tukar rupiah mendekati Rp 15.000 per dollar AS, dia memperkirakan, harga bawang putih di atas 1.000 dollar AS per ton itu setara dengan Rp 20.000–Rp 25.000 per kilogram (kg) atau di atas Rp 30.000 per kg di tingkat konsumen. Panel harga pangan NFA menunjukkan, rata-rata nasional harga bawang putih bonggol di tingkat pedagang eceran per Senin (5/6/2023) mencapai Rp 36.920 per kg.
Selain karena kenaikan harga bawang putih di China, Arief menyebut, tipisnya stok penyangga bawang putih turut menyebabkan peningkatan harga bawang putih di tingkat konsumen. Stok penyangga dapat diperkuat dengan melibatkan ID FOOD, BUMN bidang pangan, untuk memiliki pasokan tiga bulan atau 165.000 ton.
Terkait itu, Sudin menggarisbawahi produksi bawang putih dalam negeri setahun yang jumlahnya tak mampu memenuhi kebutuhan sebulan. Dia mendapatkan laporan yang menyebutkan aliran pasokan bawang putih di pasar terhambat atau terlambat.
Berdasarkan neraca pangan NFA, kebutuhan bawang putih tahun 2023 diperkirakan 669.354 ton atau 55.780 ton per bulan. Dengan stok awal 2023 sebanyak 143.621 ton dan produksi domestik 23.337 ton, 75 persen kebutuhan bawang putih mesti dipenuhi dari impor.
Terkait harga telur ayam ras, Arief menambahkan, kenaikan harganya juga menjadi perhatian pemerintah. Situasi itu salah satunya disebabkan oleh meningkatnya harga jagung pakan di tingkat peternak, yakni lebih dari Rp 6.000 per kg.
Panel harga pangan NFA menunjukkan, rata-rata nasional harga telur ayam ras di tingkat pedagang eceran mencapai Rp 28.800 per kg pada 1 Mei 2023, lalu naik menjadi Rp 30.700 per kg pada 31 Mei 2023, dan Rp 30.490 per kg pada Senin (5/6/2023). Padahal, sesuai Peraturan NFA Nomor 5 Tahun 2022 tentang Harga Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen Komoditas Jagung, Telur Ayam Ras, dan Daging Ayam Ras menyatakan, harga acuan jagung di tingkat konsumen (termasuk peternak) sebesar Rp 5.000 per kg, sedangkan telur ayam ras Rp 27.000 per kg.
Menurut Sudin, salah satu akar permasalahan dinamika harga telur ayam ras ialah lemahnya perencanaan impor bibit ayam galur murni (grandparent stock). Hal ini turut mengakibatkan anjloknya harga ayam hidup di tingkat peternak ketika terjadi suplai berlebih.