Berikut Sentimen yang Jadi Katalis di Pasar Saham dan Obligasi Pekan Ini
Ada dua katalis eksternal dan internal yang berpengaruh signifikan pada pergerakan bursa saham sepanjang pekan ini. Salah satunya adalah pengumuman data inflasi oleh Badan Pusat Statistik.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pada pekan ini setidaknya ada dua katalis, baik internal maupun eksternal, yang ikut memengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia atau BEI. Sementara pasar obligasi mendapatkan sentimen positif dari akhir siklus kenaikan suku bunga.
Data domestik yang memengaruhi pergerakan di pasar saham antara lain adalah data manufaktur, data inflasi, dan data cadangan devisa. Sementara data eksternal berupa persetujuan perubahan pagu utang oleh Kongres Amerika Serikat, data non-farm payroll AS yang positif, klaim pengangguran mingguan, dan perkembangan harga komoditas.
Mei lalu, indeks manufaktur turun menjadi 50,2 dari dari 52,7. ”Namun, sektor manufaktur Indonesia masih dalam fase ekspansif, sudah 25 kali berturut-turut. Terkait data inflasi, investor akan menantikan data inflasi Mei yang menurut konsensus akan turun lagi menjadi 4,22 persen dari tahun lalu yang sebesar 4,33 persen. Inflasi inti juga diperkirakan turun menjadi 2,8 persen dari tahun lalu dan 2,83 persen dari bulan sebelumnya,” kata Mino, analis Indopremier Sekuritas, di Jakarta, Senin (5/6/2023).
Mulai hari ini, BEI memberlakukan kenaikan batas auto rejection bawah (ARB) dari 7 persen selama pandemi menjadi 15 persen. Perlahan, BEI akan menyesuaikan batasan ARB ini sehingga akan kembali simetris antara 20 persen dan 35 persen bergantung dari kelompok harga saham pada 4 September 2023.
”Dengan ini, kami sampaikan kembali bahwa BEI telah mengimplementasikan normalisasi atas kebijakan batasan persentase auto rejection bawah tahap I yang akan efektif per hari Senin 5 Juni 2023,” tutur Sekretaris Perusahaan BEI Yulianto Aji Sadono.
Pada akhir sesi pertama, beberapa saham telah menyentuh batasan ARB 15 persen, seperti saham PT Gojek Tokopedia Tbk yang turun 14,97 persen menjadi Rp 125 per saham, PT Saptausaha Gemilangindah Tbk yang turun 14,88 persen menjadi Rp 103 per saham, dan PT Data Sinergitama Tbk yang turun 14,86 persen menjadi Rp 189 per saham.
Pasar obligasi
Sementara itu, di pasar obligasi, katalis positif yang akan mendukung adalah siklus kenaikan suku bunga Bank Indonesia yang sudah berakhir serta potensi kebijakan bank sentral AS, Federal Reserve, yang lebih akomodatif. ”Kedua katalis ini dapat mendorong penguatan pasar obligasi lebih lanjut. Secara historis, pasar obligasi Indonesia menawarkan potensi kinerja yang menarik menyusul jeda kenaikan suku bunga,” kata Dimas Ardhinugraha, Investement Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia.
Pasar obligasi memiliki hubungan erat dengan outlook makroekonomi negara, seperti laju inflasi, kebijakan suku bunga, stabilitas nilai tukar, dan arus dana asing. ”Menariknya, pasar obligasi Indonesia saat ini berada pada sweet spot, yaitu faktor-faktor tersebut berada pada kondisi yang suportif,” ujar Dimas melanjutkan.
Para pelaku pasar obligasi juga memiliki harapan pemangkasan tingkat suku bunga acuan dari Bank Indonesia. Langkah logis selanjutnya bagi bank sentral setelah mencapai puncak siklus kenaikan suku bunga adalah memangkas suku bunga. Menurut Dimas, dengan kondisi inflasi terjaga dan nilai tukar rupiah stabil, terdapat ruang bagi Bank Indonesia untuk memangkas suku bunga. Hal ini menjadi katalis positif bagi pasar obligasi.