Indonesia Duduki Peringkat Pertama Destinasi Ramah Muslim Dunia
Indonesia dinilai sebagai negara yang gencar mempromosikan destinasi pariwisata ramah Muslim. Selain itu, Indonesia juga dianggap memberikan layanan yang unggul sesuai kebutuhan wisatawan Muslim.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia dan Malaysia muncul sebagai destinasi teratas secara global untuk wisatawan Muslim menurut Indeks Perjalanan Muslim Global (Global Muslim Travel Index/GMTI) 2023 yang dikeluarkan oleh Mastercard dan CrescenRating. Indonesia pernah menduduki peringkat pertama dalam laporan GMTI 2019, sementara Malaysia secara konsisten berada di garis terdepan sejak tahun 2015.
GMTI 2023 mengukur 138 negara tujuan wisata ramah Muslim. Indeks ini menilai destinasi berdasarkan empat kriteria utama, yaitu akses, komunikasi, lingkungan, dan layanan. Destinasi Asia Tenggara menempati peringkat 10 teratas pada keempat kriteria ini.
Indonesia dan Malaysia sama-sama unggul dalam penilaian kriteria komunikasi. Kriteria komunikasi mencakup pemasaran destinasi.
Kemudian, kedua negara juga sama-sama terdepan dalam penilaian kriteria layanan yang sesuai dengan kebutuhan wisatawan Muslim. Cakupan penilaian layanan yaitu pilihan santapan halal, akses mudah ke tempat shalat, akomodasi ramah Muslim, makanan halal dan tempat shalat di bandara, serta warisan dan pengalaman menawan selama bepergian.
Pendiri dan CEO CrescenRating Fazal Bahardeen mengatakan, pasar perjalanan Muslim telah menunjukkan ketahanan dan pertumbuhan yang kuat meskipun ada tantangan kondisi global dengan kedatangan internasional mencapai 68 persen dari tingkat sebelum pandemi pada tahun 2022. Laju pemulihannya menjanjikan dan diproyeksikan mencapai 87 persen dari tingkat tahun 2019, pada 2023, dan pemulihan penuh tahun 2024.
Total populasi Muslim secara global pada 2022 mencapai 2 miliar orang atau 25 persen dari total populasi penduduk dunia. Pada tahun 2030, total populasi muslim global diperkirakan naik menjadi 2,7 miliar orang atau 27 persen dari keseluruhan penduduk dunia.
Ke depan, pasar perjalanan Muslim diperkirakan akan berkembang secara signifikan dengan proyeksi 230 juta kedatangan wisatawan Muslim dan pengeluaran sebesar 225 miliar dollar AS pada 2028. Asia memimpin dalam kedatangan wisatawan Muslim, diikuti oleh Eropa, Afrika, Amerika, dan Oseania.
”Akses pariwisata ramah Muslim semakin baik. Beberapa bandara internasional mengembangkan fasilitas ibadah yang mudah dijangkau dan sangat layak. Beberapa negara meningkatkan strategi pemasaran destinasi pariwisata ramah Muslim,” ujar Fazal, saat peluncuran GMTI 2023 di acara Halal in Travel - Global Summit 2023 yang berlangsung secara hibrida di Jakarta, Kamis (1/6/2023).
Target
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga S Uno, yang hadir pada acara tersebut mengatakan, halal merupakan servis tambahan, bukan islamisasi wisatawan. Hal ini yang masih perlu disosialisasikan kepada masyarakat.
Menyoal destinasi pariwisata ramah Muslim, Pemerintah Indonesia berusaha memperbaiki sarana-prasarana yang mendukung, mulai dari infrastruktur dasar. Pemerintah daerah juga turut berpartisipasi mengemas produk wisata, seperti Jawa Tengah dengan wisata religi.
”Tahun lalu, saya berbicara kepada tim mengenai target Indonesia menjadi peringkat pertama GMTI (karena GMTI 2022 Indonesia berada di ranking kedua). Target ini harus tercapai pada akhir 2025. Pencapaiannya ternyata bisa lebih cepat dua tahun,” ujarnya.
Sandiaga memandang, sesama negara ASEAN semestinya bersatu untuk mengembangkan destinasi pariwisata ramah Muslim kawasan, bukan saling bersaing. Kebijakan seperti ini dinilai akan mampu memikat lebih banyak pelancong Muslim datang.
Direktur Industri Produk Halal Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Afdhal Aliasar mengatakan, perbaikan layanan yang menunjang wisatawan bepergian di Indonesia terus dilakukan oleh pemerintah. Salah satunya adalah layanan pembayaran memakai kode cepat standar Indonesia (QRIS). Beberapa bank syariah di Indonesia telah menerapkannya.
Saat ini, Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal sedang melaksanakan kampanye secara masif kepada pelaku usaha restoran dan rumah makan. KNEKS juga turut mengampanyekan Zona KHAS (Kuliner Halal Aman dan Sehat) menggunakan sistem kluster yang diikuti dengan pendampingan.