Toko Buku Gunung Agung Tutup, Alarm Bagi Dunia Perbukuan Nasional
Setelah berdiri 70 tahun, Toko Buku Gunung Agung akan menutup seluruh gerainya akhir 2023. Usaha perbukuan dinilai sedang merugi, penutupan gerai menjadi solusi untuk efisiensi.
Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN, Agustinus Yoga Primantoro
·2 menit baca
KOMPAS/RIZA FATHONI
Pengunjung membaca buku diantara lorong sebuah toko buku di Jakarta, Kamis (2/2/2023).
JAKARTA, KOMPAS – PT GA Tiga Belas atau Toko Buku Gunung Agung akan menutup seluruh gerainya di Indonesia pada akhir tahun 2023. Hal ini diakibatkan kerugian operasional yang kian membengkak setiap bulannya. Tutupnya toko buku yang telah berkiprah 70 tahun itu dinilai sebagai alarm bahaya untuk dunia perbukuan nasional.
Sejak tahun 2013, Toko Buku Gunung Agung telah berjuang untuk menjaga kelangsungan usaha dan mengatasi kerugian akibat biaya operasional yang tidak sebanding dengan capaian penjualan. Kondisi ini semakin diperparah oleh pandemi Covid-19 pada awal 2020 yang membuat Toko Buku Gunung Agung tak dapat bertahan.
Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) Arys Hilman Nugraha mengatakan, tutupnya toko buku nasional merupakan alarm bahaya untuk dunia perbukuan, bahkan tingkat literasi Indonesia. Sebab, toko buku dan perpustakaan termasuk parameter dalam pengukuran literasi.
”Ini bencana bagi bangsa apabila penutupan toko buku tidak ditanggapi dengan serius. Sebab, tingkat literasi berdampak pada kehidupan berbangsa secara umum,” ujar Arys saat dihubungi di Jakarta, Senin (22/5/2023).
Menurut Arys, pandemi Covid-19 mengubah perilaku masyarakat yang awalnya membeli buku langsung di toko menjadi memesan buku secara daring. Hal tersebut memengaruhi pemasaran dan penjualan buku yang secara langsung berdampak pada keuntungan serta kelangsungan usaha. Sementara itu, biaya operasional seperti pegawai dan pemeliharaan terus meningkat.
Selain disebabkan pandemi, perkembangan dunia digital juga menggerus pasar buku Indonesia. Hal ini membuat dunia perbukuan perlu bersaing dengan pembuat konten yang lebih menarik, seperti audio dan video. Minat baca masyarakat Indonesia yang rendah membuat konten-konten tersebut lebih digemari.
Sedikitnya waktu yang diluangkan masyarakat untuk membaca buku, menurut Arys, terjadi sekitar tahun 2016 dan 2017. Saat itu, mulai banyak konten video dan audio bertebaran di internet. Hal ini dinilai cukup mengganggu minat baca, pemasaran, dan penjualan buku di Indonesia.
”Penutupan toko buku lainnya bisa saja terjadi apabila minat baca masyarakat tidak meningkat,” kata Arys.
Perpustakaan Nasional RI melaporkan, tingkat kegemaran membaca masyarakat sebesar 63,90 persen pada 2022 dengan durasi 1,6 jam (98 menit) per hari dengan lima bahan bacaan per tiga bulan. Sementara itu, laporan We Are Social pada triwulan III-2022 menemukan, rata-rata waktu yang dihabiskan masyarakat Indonesia berselancar di media sosial adalah 3,3 jam (198 menit) per hari setara dengan 23,1 jam (1.386 menit) setiap pekannya.
Mengutip laporan analisis internal perusahaan induk media sosial, Meta per Februari 2022, lebih dari 50 persen waktu pengguna Facebook dan Instagram dunia dihabiskan untuk menonton video. Dalam laporan pendapatan Meta triwulan III-2022, lebih dari 140 juta video di Instagram dan Facebook ditonton setiap harinya.
Sedikitnya waktu yang diluangkan masyarakat untuk membaca buku, menurut Arys, terjadi sekitar tahun 2016 dan 2017. Saat itu, mulai banyak konten video dan audio bertebaran di internet. Hal ini dinilai cukup mengganggu minat baca, pemasaran, dan penjualan buku di Indonesia.
Direksi Toko Buku Gunung Agung dalam keterangan bersama secara tertulis pada Sabtu (20/5), menyebutkan, tahun 2020 telah menutup sejumlah gerai yang tersebar di Surabaya, Semarang, Gresik, Magelang, Bogor, Bekasi dan Jakarta. Menurut rencana, toko buku yang berdiri pada 1953 itu akan menutup gerai yang tersisa akhir tahun 2023.
Wisatawan dari Jakarta menyempatkan diri membeli buku pelajaran untuk keluarganya di toko buku Taman Pintar, Yogyakarta, Rabu (13/7/2022).
”Kami melakukannya secara bertahap dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku,” tulis mereka.
Mengenai sejumlah pegawai yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), Direksi Toko Buku Gunung Agung menghormati setiap proses penyelesaian perselisihan hubungan industrial sesuai dengan koridor hukum ketenagakerjaan. Adapun 16 pegawai, yang kontrak kerjanya berakhir pada 2022, dilaporkan Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (Aspek Indonesia) di-PHK sepihak oleh Toko Buku Gunung Agung.