Ada 3.000 Acara Tahun Ini, Potensi Ekonominya Rp 162 Triliun
Sistem pengurusan izin acara secara satu pintu akan dikemas berbentuk aplikasi digital. Pemerintah memastikan seluruh jenis acara harus diurus melalui sistem itu.
Oleh
MEDIANA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sepanjang tahun 2023, total acara pariwisata dan ekonomi kreatif yang akan diselenggarakan di Indonesia sekitar 3.000 acara. Potensi nilai ekonomi yang bisa diperoleh dari kegiatan itu diperkirakan bisa Rp 162 triliun.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengatakan, kebijakan pengurusan izin acara satu pintu berbasis aplikasi digital bertujuan untuk mengakomodasi hal itu. Pengembangannya sudah memasuki tahap final.
”Kami telah berkoordinasi dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi serta kepolisian. Kami sekarang sedang tunggu hasil teknis akhir. Semoga proses pembangunan satu pintu perizinan bisa segera terealisasi,” ujarnya saat menghadiri konferensi pers mingguan di Jakarta, Senin (22/5/2023).
Menurut Sandiaga, sistem perizinan satu pintu akan dikembangkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. ”Semua jenis acara pariwisata dan ekonomi kreatif bisa. Tidak ada spesifikasi khusus. Presiden (Joko Widodo) mengarahkan ada deregulasi perizinan,” katanya.
Direktur Utama Java Jazz Production Dewi Gontha mengatakan, berdasarkan pengalamannya, izin suatu acara terdiri dari berbagai macam jenis izin dan bisa diurus ke berbagai instansi kementerian/lembaga/pemerintah daerah. Itu pun memerlukan sejumlah rekomendasi.
”Apabila event berasal dari luar negeri, ada pengurusan izin kerja. Pada saat pengurusan salah satu izin tertentu, kami juga harus paparan. Beda instansi, beda proses, dan durasi selesai,” ujarnya.
Menurut Dewi, jika pemerintah jadi meluncurkan sistem perizinan acara satu pintu berbentuk aplikasi digital, hal itu akan mempermudah pelaku industri. Mereka cukup memasukkan semua dokumen persyaratan dan dikaji dalam satu tempat sehingga menyingkat proses pengurusan.
Sebelumnya, Honorary President Asian Federation of Exhibition and Convention Associations (AFECA) Edward Liu menyampaikan, banyak penyelenggara asing tertarik dengan pasar Asia Tenggara beberapa tahun terakhir, terutama sejak pandemi Covid-19 yang diikuti penutupan pasar China dan ketegangan beberapa negara adidaya. Beberapa penyelenggara Eropa telah mengakuisisi perusahaan penyelenggara acara lokal guna mempercepat masuk ke wilayah ASEAN.
”Dengan pembukaan kembali perbatasan dan pasar China sejak Januari 2023, industri pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran atau MICE di ASEAN akan mengalami peningkatan. Singapura memimpin pemulihan industri MICE di Asia Tenggara dan telah menarik berbagai penyelenggara acara dari Eropa,” ujarnya.
Industri MICE di Malaysia juga mulai kembali bergerak, tetapi dengan kecepatan sedikit lambat. Di Thailand, industri MICE akan lebih banyak digerakkan oleh kegiatan untuk konsumen.