Penurunan Harga Komoditas Bisa Gerus Ekonomi Daerah
Penurunan harga komoditas dunia akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi daerah penghasil komoditas. Untuk itu, hilirisasi dan sumber-sumber ekonomi lain atau bahkan baru perlu dikembangkan.
Oleh
Hendriyo Widi
·3 menit baca
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Tongkang bermuatan batubara menunggu air pasang untuk melintasi Sungai Musi di perbatasan Kecamatan Kertapati dan Kecamatan Gandus di Kota Palembang, Sumatera Selatan, Minggu (26/3/2023). Batubara tersebut dikumpulkan dari sejumlah tempat penampungan di Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Lahat, selanjutnya diangkut tongkang batubara melintasi Sungai Musi.
JAKARTA, KOMPAS — Ekonomi sejumlah daerah penghasil komoditas ekspor pada triwulan I-2023 tumbuh signifikan di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Kenaikan harga komoditas ekspor dan hilirisasi menjadi penopangnya.
Namun, ke depan, pertumbuhan ekonomi sejumlah daerah itu bisa tergerus. Hal itu seiring dengan normalisasi harga komoditas dan pelemahan permintaan global.
Pada triwulan I-2023, ekonomi Indonesia tumbuh 5,03 persen secara tahunan. Dua daerah yang perekonomiannya tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi nasional adalah Kalimantan dan Sulawesi. Ekonomi Kalimantan tumbuh 5,79 persen dan Sulawesi 7 persen secara tahunan.
Vice President for Industry and Regional Research PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Dendi Ramdani, Jumat (12/5/2023), mengatakan, Kalimantan merupakan daerah penghasil batubara dan minyak kelapa sawit mentah (CPO). Sejak triwulan III-2022 hingga triwulan I-2023, ekonomi Kalimantan tumbuh di atas 5,7 persen.
Begitu juga dengan Sulawesi yang perekonomiannya banyak ditopang oleh nikel dan hiliriasi nikel. Sepanjang triwulan III-2022 hingga triwulan I-2023, ekonomi wilayah tersebut terjaga di kisaran 7 persen hingga 8,25 persen.
”Dampak tetesan ke bawah (trickle down effect) juga telah dirasakan masyarakat kedua wilayah tersebut meski masih belum optimal,” ujarnya ketika dihubungi di Jakarta.
Dendi menjelaskan, dampak tetesan ke bawah dari kenaikan harga CPO global secara langsung dinikmati petani kelapa sawit. Namun, untuk batubara dan nikel, sebagian besar buah kenaikan harga komoditas tersebut masih dinikmati korporasi.
Kendati begitu, masyarakat setempat masih mendapatkan tetesan ekonomi dari batubara dan nikel. Hal itu diperoleh, antara lain, dari sektor ketenagakerjaan: jasa alat berat, keamanan, dan katering; transportasi; dan rumah indekos.
Saat ini, lanjutnya, harga komoditas dunia mulai turun menuju titik keseimbangan baru. Hal itu tentu saja akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional.
Pemerintah pusat dan daerah perlu mencermati kondisi ini. Bebeberapa upaya bisa dilakukan, seperti mengimbangi penurunan harga komoditas dengan meningkatkan volume dan mengoptimalkan hilirisasi.
”Sumber-sumber ekonomi lain, seperti pariwisata atau potensi daerah di luar komoditas, bahkan sumber ekonomi baru, perlu dikembangkan,” katanya.
Saat ini, harga komoditas dunia mulai turun menuju titik keseimbangan baru. Hal itu tentu saja akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional.
Tim Ekonom Bank Mandiri memproyeksikan, harga komoditas ekspor utama Indonesia pada tiga tahun ke depan (2023-2025) akan turun meskipun masih lebih tinggi dibandingkan sebelum masa pandemi Covid-19. Harga rata-rata tahunan batubara pada 2023, 2024, dan 2025 masing-masing diperkirakan sebesar 168,8 dollar AS per ton, 117,3 dollar AS per ton, dan 110 dollar AS per ton. Harga tersebut jauh di bawah harga rata-rata tahunan batubara pada 2022 yang sebesar 357,8 dollar AS per ton.
Harga rata-rata tahunan CPO juga diproyeksikan turun dari 1.175,9 dollar AS per ton pada 2022 menjadi 891 dollar AS per ton pada 2023. Kemudian pada 2024 dan 2025, harga tersebut diperkirakan akan kembali turun menjadi 785,5 dollar AS per ton dan 771,7 dollar AS per ton.
Sementara itu, harga rata-rata tahunan nikel diperkirakan masih berfluktuasi di kisaran 24.000 dollar AS-27.000 dollar AS per ton. Pada 2022, harga rata-rata tahunan nikel 26.065 dollar AS per ton. Harga tersebut diperkirakan turun pada 2023 menjadi 25,992 dollar AS per ton dan naik kembali naik pada 2024 menjadi 27.699 dollar AS per ton.
Untuk menjaga kinerja ekspor dan pertumbuhan ekonomi, Indonesia berencana meningkatkan perdagangan dengan Malaysia. Hal itu, antara lain, mencakup perdagangan perbatasan serta peluang kerja sama baru, seperti e-dagang, produk hijau, makanan halal, dan makanan sehat.
Komitmen tersebut disepakati dalam pertemuan bilateral Menteri Perdagangan RI Zulkifli Hasan dengan Menteri Investasi, Perdagangan, dan Industri Malaysia Tangku Datuk Seri Utama Zafrul bin Tengku Abdul Aziz di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, 10 Mei 2023. Pertemuan itu berlangsung di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN.
DOKUMENTASI KEMENTERIAN PERDAGANGAN
Menteri Perdagangan RI Zulkifli Hasan bertemu Menteri Investasi, Perdagangan, dan Industri Malaysia Tangku Datuk Seri Utama Zafrul bin Tengku Abdul Aziz di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, 10 Mei 2023. Pertemuan itu berlangsung di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN.
Zulkifli menuturkan, RI-Malaysia akan meningkatkan perdagangan kedua negara melalui Komite Perdagangan dan Investasi Bersama (JTIC) RI-Malaysia. RI siap menggelar pertemuan JTIC ke-4 pada pertengahan tahun ini.
Pertemuan tersebut akan membahas persiapan penandatanganan hasil perundingan peninjauan ulang Perjanjian Perdagangan Perbatasan (BTA) RI-Malayasia tahun 1970. RI akan mendorong Malaysia agar segera menyelesaikan proses internal terkait BTA tersebut.
”BTA sangat penting lantaran dapat membantu masyarakat di perbatasan RI-Malaysia melakukan perdagangan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” ujarnya melalui siaran pers, Kamis (11/5/2023).
BTA sangat penting lantaran dapat membantu masyarakat di perbatasan RI-Malaysia melakukan perdagangan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Selain itu, lanjut Zulkifli, RI-Malaysia juga membahas peluang kerja sama baru di bidang e-dagang, inisiasi hijau, industri makanan halal, dan industri makanan sehat.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, total perdagangan RI-Malaysia pada 2022 senilai 27,93 miliar dollar AS. RI masih membukukan surplus neraca perdagangan atas Malaysia, yakni 2,18 miliar dollar AS.
Ekspor RI ke Malaysia pada tahun lalu senilai 15,45 miliar dollar AS. Produk ekspor utama RI tersebut adalah batubara, CPO, minyak mentah, kokas minyak mentah, dan asam lemak.
Adapun impor RI dari Malaysia senilai 12,48 miliar dollar AS. Produk impor utama RI dari Malaysia adalah minyak mentah, hidrokarbon asiklik, polimer dari etilena, peralatan mesin, dan alkohol asiklik.