Pendapatan Grup Garuda Indonesia Naik dan Kerugian Turun
Kendati pendapatan Grup Garuda Indonesia tumbuh signifikan pada triwulan I-2023, maskapai milik negara itu masih merugi. Pada periode tersebut, Garuda telah melunasi sebagian kewajiban kepada sejumlah kreditor.
Oleh
Hendriyo Widi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk membukukan pendapatan secara grup Rp 602,99 juta dollar AS atau sekitar Rp 8,82 triliun pada triwulan I-2023 atau tumbuh 72 persen dibandingkan triwulan I-2022. Hal itu selaras dengan peningkatan jumlah penumpang. Selain itu, kerugian Garuda pada periode tersebut juga turun.
Jumlah penumpang Grup Garuda Indonesia itu pada Januari-Maret 2023 sebanyak 4,5 juta orang. Jumlah tersebut tumbuh 60 persen dibandingkan periode sama 2022 yang sebanyak 2,7 juta penumpang.
Adapun jumlah penumpang maskapai berkode emiten GIAA pada triwulan I-2023 tumbuh 98,2 persen secara tahunan menjadi 1,8 juta penumpang. Jumlah tersebut terdiri dari penumpang perbangan internasional sebanyak 363.000 orang atau tumbuh 438 persen dan penumpang penerbangan domestik 1,4 juta orang atau tumbuh 72 persen.
Hal itu membuat pendapatan Grup Garuda Indonesia dari penerbangan berjadwal pada triwulan I-2023 tumbuh 87 persen secara tahunan menjadi 506,82 juta dollar AS. Selain itu, komposisi pendapatan lain juga tumbuh 50 persen secara tahunan menjadi 83,35 juta dollar AS.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra, Kamis (5/4/2023), mengatakan, di tengah periode awal tahun yang dikenal sebagai masa low season industri penerbangan, Garuda mampu mendongkrak pendapatan. Pertumbuhan pendapatan pada triwulan I-2023 itu mengindikasikan prospek kinerja Garuda sepanjang 2023 bakal positif.
“Pada triwulan II-2023, kami optimistis pendapatan Garuda dari layanan penerbangan berjadwal bakal berkontribusi besar terhadap pendapatan. Hal itu terjadi lantaran ditopang arus mudik dan balik Lebaran pada April 2023,” katanya ketika dihubungi Jakarta.
Di tengah periode awal tahun yang dikenal sebagai masa low season industri penerbangan, Garuda mampu mendongkrak pendapatan. Pertumbuhan pendapatan pada triwulan I-2023 itu mengindikasikan prospek kinerja Garuda sepanjang 2023 bakal positif.
Peningkatan pendapatan itu membuat profitabilitas perusahaan dari operasi bisnis sebelum dipotong bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) Garuda Indonesia pada triwulan I-2023 juga tumbuh 92 persen menjadi 71 juta dollar AS. EBITDA itu membaik dibandingkan periode sama 2022 yang sebesar 37 juta dollar AS.
Selain itu, pada tiga bulan pertama 2023, Garuda Indonesia juga membukukan penurunan rugi bersih sebesar 50,91 persen menjadi 110,03 juta dollar AS. Pada triwulan I-2022, rugi bersih Garuda sebesar 224,14 juta dollar AS. Pencatatan rugi bersih tersebut dipengaruhi penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 73 yang mengatur tentang pembukuan transaksi sewa pada beban operasi.
Terlepas dari penerapan PSAK tersebut, lanjut Irfan, kinerja operasional Garuda Indonesia terus positif. Hal itu terlihat dari sejumlah indikator penting, yakni EBITDA, arus kas, dan peningkatan trafik penumpang. Capaian tersebut merupakan langkah berkesinambungan Garuda mewujudkan tranformasi dan perbaikan kinerja usaha pascarestrukturisasi utang pada 2022.
Pada akhir Maret 2023, Garuda telah menyelesaikan kewajiban utang terhadap 254 kreditor yang memiliki tagihan hingga Rp 255 juta per kreditor. Total nilai tagihan yang telah dibayarkan mencapai Rp 15,43 miliar. Garuda juga telah membukukan ketersediaan sinking fund (dana penyisihan pendapatan untuk pelunasan utang atau modal jangka panjang) yang proporsional sebesar 61 juta dollar AS hingga akhir triwulan I-2023.
“Pembayaran kewajiban dan sinking fund tersebut merupakan bentuk komitmen Garuda mengimplementasikan perjanjian perdamaian tentang penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU). Kami akan berupaya mengakselerasi pemenuhan kewajiban Garuda kepada para kreditor secara bertahap sesuai dengan perjanjian perdamaian,” kata Irfan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada Januari-Maret 2023, jumlah penumpang angkutan udara domestik dan internasional tumbuh signifikan. Jumlah penumpang angkutan udara domestik pada periode tersebut sebanyak 14,21 juta orang atau tumbuh 19,18 persen secara tahunan. Adapun jumlah penumpang angkutan udara internasional sebanyak 3,32 juta orang atau tumbuh 788,82 persen secara tahunan.
“Pergerakan masyarakat, termasuk wisatawan, terus meningkat setelah pemerintah mencabut pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) sejak akhir Desember 2022. Hal itu turut mendorong permintaan berbagai moda angkutan umum, termasuk angkutan udara,” kata Kepala BPS Margo Yowuno, Selasa (2/5).
Berdasarkan data BPS, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada Januari-Maret 2023 sebanyak 1,93 juta orang atau tumbuh 2.497,6 persen dibandingkan periode sama 2022. Dari jumlah tersebut, wisatawan mancanegara yang masuk melalui bandara-bandara di Indonesia sebanyak 1,53 juta orang atau tumbuh 2.039,6 persen secara tahunan.
Sementara pada periode angkutan Lebaran 2023, yakni pada 14 April-2 Mei, jumlah penumpang dan penerbangan di bandara-bandara yang dikelola PT Angkasa Pura I (Persero) meningkat. Sepanjang periode tersebut, jumlah penumpang yang dilayani PT AP I sebanyak 3.983.551 orang atau naik 36 persen dibandingkan periode Lebaran 2022. Jumlah pergerakan pesawat udara juga tumbuh 33 persen menjadi 31.108 pergerakan pesawat.
Hal serupa juga terjadi di bandara-bandara yang dikelola PT Angkasa Pura II (Persero). Pada 12-20 April 2023 atau H-10 hingga H+2 Lebaran, jumlah penumpang mencapai 2,06 juta orang atau meningkat 26 persen dibandingkan periode Lebaran 2022. Jumlah pergerakan pesawat juga naik 17 persen menjadi 15.840 pesawat.