Teknologi hanya setengah porsi dalam perjalanan revolusi industri 4.0. Untuk menggenapinya, perusahaan mesti memastikan SDM yang bekerja memperoleh peningkatan keterampilan atau pelatihan ulang.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·3 menit baca
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO (TOK)
Suasana pameran industri makanan dan minuman Salon International de L'alimentation (Sial Interfood 2022) di Jakarta International Expo, Kemayoran, Rabu (9/11/2022). Pameran ini diikuti oleh 750 perusahaan bidang makanan dan minuman dari 27 negara.
Revolusi industri bakal jalan di tempat tanpa sumber daya manusia atau SDM yang terampil menuntun tim kerja dalam memanfaatkan teknologi. Dengan pelatihan, keterampilan SDM untuk menerapkan teknologi terbaru dalam revolusi industri 4.0 akan termutakhirkan sehingga dapat memimpin perjalanan transformasi manufaktur.
Industri makanan-minuman menjadi salah satu sektor manufaktur yang enggan ketinggalan memanfaatkan kesempatan pelatihan SDM dalam menyokong revolusi industri keempat. ”Setelah Hannover Messe ini, selama 2-3 tahun ke depan terdapat pelatihan yang dapat diikuti oleh 800 perusahaan anggota Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi). Totalnya sekitar 1.200 orang di tingkat manajerial (akan mengikuti pelatihan),” tutur Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika saat ditemui di sela pameran teknologi Hannover Messe 2023, Minggu (16/4/2023), di Hannover, Jerman.
Materi pelatihan tersebut berorientasi pada penerapan teknologi dalam revolusi industri 4.0. Sebenarnya, sejak empat tahun lalu, Kementerian Perindustrian telah memfasilitasi bimbingan teknis dengan materi serupa yang menggandeng Siemens Indonesia untuk pelaku agroindustri. Berbeda dengan bimbingan yang sudah berjalan tersebut, Putu menyatakan, pelatihan kali ini sudah diselaraskan dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia dan peserta dapat memperoleh sertifikat.
Menurut dia, kecepatan dinamika penerapan teknologi yang sesuai dengan revolusi industri 4.0 dalam agroindustri menarik minat Siemens Indonesia untuk menjadi mitra pelatihan. Siemens Indonesia memiliki kepentingan sebagai penyedia solusi dan teknologi termutakhir.
Kecepatan dinamika penerapan teknologi yang sesuai dengan revolusi industri 4.0 dalam agroindustri menarik minat Siemens Indonesia untuk menjadi mitra pelatihan.
KOMPAS/M PASCHALIA JUDITH J
Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia Adhi S Lukman (paling kiri) dan Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika (tengah) dalam konferensi pers berjudul ”Partisipasi Industri Makanan Minuman Indonesia dalam Pameran Hannover Messe 2023” yang diadakan di Jakarta, Senin (3/4/2023).
Head of Vertical Sales Siemens Indonesia Danu Nugroho memaparkan, materi untuk manajer utamanya perihal bagaimana menerapkan revolusi industri 4.0 beserta manfaat yang diperoleh. Manajer yang dapat mengikuti pelatihan mesti cakap berbahasa Inggris serta dapat mengembangkan materi yang diperoleh dalam industri masing-masing di Indonesia.
Pada tingkat manajer semestinya literasi tentang perkembangan teknologi 4.0 bukan menjadi tantangan karena adanya kemudahan dalam memperoleh informasi terbaru. Oleh karena itu, Danu berpendapat, peserta pelatihan dapat menjadi manajer transformasi digital.
Tantangan literasi mengenai revolusi industri 4.0 berada di tingkat operator. Setiap harinya, operator mengerjakan tugasnya sesuai dengan prosedur standar operasi (SOP). Imbasnya, terjadi kesenjangan pengetahuan terhadap informasi termutakhir terkait teknologi terbaru yang dapat diterapkan dalam proses industri.
Pentingnya keterampilan SDM dalam revolusi industri 4.0 turut digarisbawahi oleh artikel berjudul ”What are Industry 4.0, the Fourth Industrial Revolution, and 4IR?” yang diterbitkan di laman resmi McKinsey&Company pada Agustus 2022. Artikel itu menyebutkan, teknologi hanya setengah porsi dalam perjalanan revolusi industri 4.0. Untuk menggenapinya, perusahaan mesti memastikan SDM yang bekerja memperoleh peningkatan keterampilan (upskilling) atau pelatihan ulang (reskilling).
Teknologi hanya setengah porsi dalam perjalanan revolusi industri 4.0. Untuk menggenapinya, perusahaan mesti memastikan SDM yang bekerja memperoleh peningkatan keterampilan atau pelatihan ulang.
Peningkatan keterampilan berarti SDM di perusahaan mempelajari kecakapan baru dalam posisi yang diemban saat ini agar dapat lebih berkembang sesuai kebutuhan industri terkini. Di sisi lain, pelatihan ulang berarti SDM mempelajari kecakapan baru yang membuat mereka dapat mengisi posisi berbeda dari yang diemban saat ini di perusahaan.
Transformasi keterampilan dalam revolusi industri terdiri dari tiga fase, yakni penyelidikan (scout), pembentukan (shape), dan peralihan (shift). Fase penyelidikan berupa analisis keterampilan yang dibutuhkan dalam mencapai target perusahaan.
Dalam fase pembentukan, perusahaan mengidentifikasi kesenjangan keterampilan SDM dalam mencapai target lalu mendesain program untuk mempersempitnya. Pada fase terakhir, perusahaan mengembangkan dan menerapkan materi dan metode penyampaiannya dalam pelatihan SDM.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Peserta mengikuti pelatihan operator komputer di dalam kendaraan mobile training unit (MTU) Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Energi (Nakertransgi) DKI Jakarta di kawasan, Semper Timur, Jakarta Utara, Rabu (22/2/2023).
Terkait pelatihan yang akan melibatkan sekitar 1.200 manajer, Danu mengatakan, peserta akan mengikutinya di Competence Centre Siemens yang berada di Jerman, Thailand, Singapura, atau China. Dia menyebutkan, perusahaan yang telah menjadi kliennya mengatakan, produktivitas industri dapat meningkat 25 persen dalam dua tahun menjalankan transformasi.
Adapun salah satu teknologi yang akan diperkenalkan dalam pelatihan tersebut ialah mekatronika yang menggabungkan prinsip-prinsip elektronika, mekanika, automasi, dan informatika. Tak hanya di sektor makanan-minuman, teknologi tersebut dapat diterapkan dalam otomotif ataupun permesinan lainnya.
Terkait bimbingan teknis yang sudah berlangsung, Ketua Umum Gapmmi Adhi S Lukman menyatakan, pelaku industri antusias karena dapat mendukung program Making Indonesia 4.0 yang digencarkan pemerintah. Pelatihan yang akan berjalan ke depan pun memperoleh sambutan positif.
”Pelaku industri harus belajar supaya bisa lebih maju. Apalagi, pelaku industri yang sudah menjalankan prinsip-prinsip (industri) 4.0 menunjukkan adanya peningkatan produktivitas dan efisiensi serta penurunan biaya produksi,” katanya dalam kesempatan yang sama.
KOMPAS/M PASCHALIA JUDITH J
Pameran penerapan teknologi berbasis automasi yang sudah digunakan oleh perusahaan susu dalam Peluncuran Akbar Pusat Industri Digital 4.0 di Jakarta, Selasa (14/3/2023).
Program Making Indonesia 4.0 digencarkan seiring dengan peluncuran dokumen resmi berjudul ”Revolusi Industry 4.0 Indonesia” oleh Kementerian Perindustrian pada 2018. Program ini digadang-gadang dapat meningkatkan rasio produktivitas tenaga kerja terhadap biaya produksi hingga dua kali lipat pada tahun 2030 sekaligus menggenjot ekspor Indonesia. Industri makanan-minuman menjadi salah satu dari lima sektor prioritas program tersebut.
Adhi mencontohkan, teknologi termutakhir yang membantu industri makanan-minuman ialah perawatan prediktif (predictive maintenance). Sebelum ada teknologi tersebut, proses produksi dapat berhenti tiba-tiba karena mesin rusak. Jika proses produksi berhenti selama sehari, produktivitas menurun 3 persen. Angka ini signifikan bagi industri makanan-minuman. Kehadiran teknologi yang memprediksi perawatan mesin itu dapat mencegah kerusakan yang tiba-tiba.
Demi menikmati manfaat dari teknologi muktahir dalam revolusi industri, tenaga kerja mutlak mesti menjadi lokomotif perubahan. Perusahaan yang mengedepankan pengembangan kecakapan SDM akan memetik buah manis dari transformasi industri.