Menagih Komitmen Transformasi Kilang dan Depot BBM
Peremajaan dan modernisasi fasilitas strategis Pertamina penting. Selain demi menjaga ketahanan energi, juga memastikan keamanan dan keselamatan. Namun, di sisi lain, perlu investasi, sehingga perlu ada koordinasi.
Dua kecelakaan pada dua fasilitas milik PT Pertamina (Persero) tidak bisa direspons dengan cara-cara biasa. Apalagi, salah satunya menelan 25 orang meninggal dunia. Tidak hanya Pertamina sebagai pengelola, tetapi juga lintas kementerian dan lembaga mengingat besarnya investasi yang diperlukan dalam peremajaan kilang.
Pada Jumat (3/3/2023) malam, kebakaran terjadi di di Integrated Terminal Bahan Bakar Minyak (BBM) Plumpang, Jakarta. Masalah diduga pada pipa yang menyalurkan BBM dari Balongan, Indramayu, Jawa Barat. Dekat dengan pemukiman warga, kejadian itu menyebabkan 25 orang meninggal.
Sekitar sebulan berselang atau pada Sabtu (1/4) malam, ledakan pada kompresor gas terjadi di PT Kilang Pertamina Internasional Refinery Unit (RU) II Dumai, Riau. Sembilan pekerja di ruang operator mengalami luka ringan, sedangkan sejumlah rumah dan tempat ibadah rusak ringan akibat getaran.
Rentetan kejadian itu menambah daftar kecelakaan pada aset strategis Pertamina. Kejadian berulang dalam beberapa tahun terakhir. Catatan Kompas, pada 29 Maret 2021, tangki gasolin terbakar di kilang Pertamina RU VI Balongan. Kemudian, pada 11 Juni 2021, kebakaran terjadi di area RU IV Cilacap, Jawa Tengah.
Berikutnya, pada 13 November 2021, kebakaran kembali terjadi di Kilang Pertamina Cilacap pada tangki 361T102. Lalu, 4 Maret 2022, kepulan asap terlihat dari kilang Pertamina di Balikpapan, Kalimantan Timur. Kebakaran di kilang Balikpapan ini terjadi lagi pada 15 Mei 2022.
Baca juga: Pascaledakan Kilang Dumai, Pertamina Didesak Bentuk Direktorat HSSE
Melihat usianya, seperti dikutip dari laman Pertamina, enam unit kilang yang beroperasi saat ini usianya sudah lebih dari 25 tahun. Bahkan, ada yang jauh lebih tua, termasuk yang awalnya dimiliki perusahaan migas hingga kemudian berpindah ke tangan Pertamina. Juga telah dilakukan berbagai pengembangan atau perbaikan.
Kilang RU III Plaju menjadi yang tertua karena telah didirikan sejak 1904 oleh Shell. Pertamina mengambil alih sepenuhnya pada 1966. Sementara RU V Balikpapan dibangun pada 1922 oleh Shell dan dibeli Pertamina pada 1966. Adapun RU II Dumai dibangun pada 1971, RU IV Cilacap pada 1975, RU VI Balongan pada 1994, dan RU VII Kasim di Papua Barat Daya pada 1997.
Wakil Menteri BUMN I sekaligus Wakil Komisaris Utama Pertamina, Pahala Nugraha Mansury, membenarkan usia-usia fasilitas Pertamina sudah tua. Hal itu pun menjadi perhatian pihaknya ke depan, sebagai bagian dari upaya agar kejadian-kejadian serupa tidak terulang kelak.
”Kami akan mengecek seluruh asset integrity (ketepatan fungsi aset), mengingat sebagian besar unit-unit Pertamina ini sudah berusia lama. Bahkan banyak di atas 50 tahun. Selain menjadi perhatian, kami juga memastikan agar pihak-pihak melakukan maintenance (pemeliharaan) dengan tepat,” ujarnya di Kilang Balongan, Indramayu, Selasa (4/4/2023).
Ia juga meminta Pertamina betul-betul mengawasi para vendor dan kontraktor dalam melakukan pemeliharaan. Apabila, terbukti tidak menjalankan pekerjaannya dengan benar, agar tidak ragu untuk diputus kerja samanya dan dimasukkan dalam daftar hitam.
Adapun Kilang Balongan, imbuh Pahala, menjadi salah satu contoh fasilitas strategis Pertamina yang telah berbenah. ”Pada (kebakaran) 2021, ada titik-titik yang tidak bisa diawasi langsung. Namun, kan, sudah membangun command center dan dalam dua tahun ada penambahan sebanyak 200 CCTV (kamera pemantau),” katanya.
Dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR, Selasa (4/4), Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Taufik Aditiyawarman menuturkan, operational dan availability terus ditingkatkan setiap tahun. ”(Ini) melalui program overhaul, turn around, dan rejuvenation (peremajaan). Peningkatan keandalan kilang termasuk peremajaan material dan peralatan dilaksanakan secara bertahap berdasarkan risiko,” ujarnya.
Baca juga: Ledakan Kilang Pertamina Dumai Tak Ganggu Suplai BBM ke Sumbar
Ia menambahkan, KPI telah membuat rencana jangka panjang untuk menjaga dan meningkatkan keandalan kilang hingga tahun 2026. Adapun total total estimasi biaya mencapai 2 miliar dollar AS.
Menurut Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto, selain evaluasi menyeluruh, Pertamina juga perlu mengantisipasi adanya kemungkinan sabotase pada kilang, depot, maupun unit fasilitas lain yang rawan mendapat serangan itu. Perlu ada penguatan kerja sama dan koordinasi dengan institusi lain.
”(Didorong) untuk meminta bantuan TNI-Polri dalam menjaga (aset-aset) yang rawan serangan sabotase. Selain itu, perlu dipasang lebih banyak CCTV (kamera pemantau) dan fasilitas antidrone attack” kata Djoko.
Peremajaan kilang
KPI memastikan perawatan dan peremajaan dilakukan di kilang-kilang yang ada, salah satunya di RU IV Cilacap, Jawa Tengah. Turn around (TA) atau perawatan secara besar dilakukan di Kilang I RU Kilang Cilacap, dengan lingkup 35 unit proses di enam area kilang. Kilang beroperasi kembali sejak 28 Maret 2023.
Adapun Kilang Cilacap menjadi kilang terbesar yang dimiliki Pertamina dengan kapasitas pengolahan mencapai 348.000 barel per hari. Kilang Cilacap terdiri atas dua kompleks kilang, yakni Central Destilate Unit (CDU) I dengan kapasitas 118.000 barel per hari dan CDU II dengan kapasitas 230.000 barel per hari.
Menurut Sekretaris Perusahaan KPI Hermansyah Y Nasroen, saat ini seluruh unit bisa beroperasi sesuai kapasitas target. Keandalan unit pun meningkat. ”Kami mendukung kebijakan pemerintah untuk menjaga ketahanan energi nasional,” jelasnya.
Baca juga: Kecelakaan Berulang di Aset Pertamina, Diperlukan Evaluasi Menyeluruh
Sementara itu, berdasarkan data Pertamina per Maret 2023, kemajuan proyek peningkatan kapasitas kilang (Refinery Development Master Plan/RDMP) Balikpapan mencapai 62,31 persen. Proyek Strategis Nasional itu ditargetkan selesai secara bertahap pada 2024-2025, guna membantu memenuhi kebutuhan energi dalam negeri.
Butuh komitmen
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro berpendapat, terulangnya kecelakaan di aset-aset strategis Pertamina berkait dengan belum terpenuhinya komitmen pemerintah dalam peremajaan atau revitalisasi infrastruktur Pertamina. Pemenuhan itu menjadi tantangan seluruh pemangku kepentingan.
Menurut Komaidi, kendati sudah ada yang berjalan, proyek-proyek dalam meningkatkan ketahanan energi nasional seperti membangun kilang minyak baru (Grass Root Refinery/GRR) dan RDMP belum sesuai dengan harapan.
”Perlu dicek kembali kilang yang ada di Indonesia ini dibangun tahun berapa dan yang ada (beroperasi) ini dibangun tahun berapa saja. Pemeliharaan dan peremajaan sangat penting. Petir bisa jadi betul menjadi salah satu pemicu (kebakaran), tetapi jika lebih modern, daya tahan harusnya lebih baik,” ucap Komaidi.
Di sisi lain, upaya tersebut memerlukan investasi besar, sedangkan ketersediaan anggaran internal Pertamina terbatas. Di sisi lain, Pertamina juga harus menjalankan kewajiban pelayanan publik (PSO). Menggandeng mitra dari perusahaan migas internasional menjadi salah satu solusi. Dalam hal ini, insentif dari negara penting.
”(Investor terkait kilang) membutuhkan insentif. Sebab, margin di hilir, terutama kilang, tidak sebesar di hulu (migas). Itu umum di negara-negara lain. Namun, seringkali di kita, insentifnya tidak ketemu (disepakati) dari Kementerian Keuangan. Jadi ini, bukan persoalan satu pihak, tetapi multipihak,” kata Komaidi.
Sementara mengenai area kilang yang jaraknya berdekatan dengan pemukiman warga, seperti di Depot BBM Plumpang, Komaidi menuturkan, perlu dilakukan audit mendalam, termasuk di aset-aset Pertamina lainnya. Kendati ada tantangan terkait aspek sosial, bagaimanapun bufferzone (zona penyangga) tetap dibutuhkan.
”Ini harus jadi momentum untuk tegas. Jika memang tidak berhak, ya harus segera ditertibkan. Di sisi lain, masyarakat juga perlu mendapat kejelasan solusinya. Ini urusan lintas sektor sehingga yang menangani harus level menteri koordinator atau bahkan Presiden langsung,” ucapnya.
Rentetan kejadian kecelakaan di unit-unit kilang maupun depot BBM Pertamina sudah sepatutnya jadi cambuk. Perlu komitmen serius dan konsisten untuk perbaikan dan peremajaan unit demi ketahanan energi. Lebih penting dari itu, mengenai keamanan dan keselamatan, baik pekerja maupun masyarakat di sekitarnya.