Pedagang Pakaian Impor Bekas Dipersilakan Jualan hingga Stok Habis
Para pedagang pakaian impor bekas diberi kesempatan untuk berjualan hingga stok dagangannya habis. Pemerintah menyatakan hanya mengincar penyelundup pakaian bekas impor ilegal dan bukan para pedagangnya.
Oleh
Mis Fransiska Dewi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah memberikan kesempatan kepada para penjual pakaian impor bekas untuk menghabiskan stok dagangannya. Setelah stok pakaian bekas ilegal telah habis dan pemerintah akan mendiskusikannya kembali di kemudian hari. Penyelundup jadi incaran pemerintah.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, dalam dialog bersama para pedagang pakaian bekas ilegal di Blok III, Pasar Senen, Jakarta Pusat, Kamis (30/3/2023), kembali menegaskan bahwa pakaian bekas ilegal dilarang dan diatur dalam undang-undang. Pemerintah saat ini gencar mengincar para penyelundup pakaian bekas impor. Para pedagang diberi kesempatan menjual pakaian bekas hingga stoknya habis.
”Kami sudah diskusi hampir 1,5 jam. Bagi aparat penegak hukum di mana pun berada, yang kami kejar adalah penyelundupnya. Pedagang silakan habiskan stoknya. Nanti bagaimana jalan keluarnya akan kami diskusikan kembali,” kata Zulkifli.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki mengungkapkan, pemerintah memberikan solusi jangka pendek bagi para pedagang pakaian ilegal agar tetap bisa berjualan. Namun, ke depan para penjual pakaian bekas dapat menjual produk lokal.
Kementerian Koperasi dan UKM, kata Teten, juga telah berkoordinasi dengan Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM DKI Jakarta. Nanti akan ada berbagai program bagi para penjual pakaian impor bekas ilegal yang ingin beralih menjual produk lokal. Teten juga menjanjikan bakal mendampingi para pedagang yang ingin menjadi produsen pakaian atau konfeksi.
”Saya perlu mendukung para pelaku UMKM untuk memproduksi pakaian lokal. Mereka (para pelaku UMKM) juga sama mencari nafkah. Pemerintah harus mendukung pelaku UMKM karena arahan Presiden (Joko Widodo) produk karya anak bangsa yang harus dikonsumsi dan menjadi tuan di negerinya sendiri,” ujar Teten.
Teten menyebutkan, pemerintah akan terus berkoordinasi dengan aparat penegak hukum agar tidak menyegel berbagai toko yang menjual pakaian bekas ilegal karena yang diincar oleh pemerintah adalah para penyelundup pakaian bekas ilegal.
Hal itu pun disambut sorakan para pedagang pakaian bekas di Pasar Senen. Beberapa pedagang tetap ingin berjualan pakaian bekas ilegal karena menjual produk lokal dirasa akan sulit.
Salah satu pedagang pakaian bekas ilegal di Pasar Senen, Amrizal, menyebutkan, menjual pakaian lokal tidak mudah. Kualitas produk lokal masih kalah jauh dari produk impor bekas ilegal. Selain itu, harga yang mahal juga menjadi alasan terbesarnya enggan menjual produk lokal.
”Dulu saya juga jual produk lokal, yakni batik, tapi kurang laku karena mahal dan yang beli sedikit. Saya sewa kios mahal, (tapi) yang laku satu atau dua, kan, sayang. Ketika saya jual produk bekas impor, ternyata laris,” ujar penjual pakaian bekas ilegal jenis blazer laki-laki itu. Sejak larangan menjual pakaian impor bekas ilegal ramai diperbincangkan, Amrizal mengaku omzetnya turun dari sekitar Rp 5 juta menjadi kurang dari Rp 1 juta per hari.
Menjual produk lokal juga dirasa sulit oleh Ladono. Ia menjual pakaian bekas ilegal di Manokwari, Papua Barat. Menurut dia, pekerjaan rata-rata masyarakat di Manokwari sebagai petani sehingga menjual produk lokal tidak akan laku. ”Petani pendapatannya minim sekali, produk lokal mahal, tidak akan laku di Manokwari,” ujarnya.
Ratusan pedagang pakaian bekas dari berbagai daerah berkumpul di area parkir lantai 3 Pasar Senen. Para pedagang tersebut berencana berdialog dengan Menteri Perdagangan dan Menteri Koperasi dan UKM. Namun, Zulkifli dan Teten hanya melakukan dialog terbatas dengan perwakilan pedagang, PD Pasar Jaya, anggota DPR Adian Napitupulu, dan Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM DKI Jakarta.
Kedua menteri tersebut diagendakan berdialog dengan para pedagang pukul 16.00, tetapi Zulkifli dan Teten baru menemui para pedagang pukul 17.25 dan meninggalkan tempat tersebut pukul 18.00. Ratusan pedagang pun tidak memiliki kesempatan untuk berdialog dengan Zulkifli dan Teten.