Tingkat Konsumsi Diperkirakan Tetap Kuat hingga Akhir Tahun
Indeks Keyakinan Konsumen diprediksikan akan tetap stabil hingga akhir 2023. Meski demikian, inflasi yang masih cukup tinggi membayangi upaya pemerintah menjaga daya beli masyarakat.
Oleh
Raynard Kristian Bonanio Pardede
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS —Konsumsi diproyeksikan akan tumbuh kuat hingga akhir 2023. Menjaga tingkat konsumsi diperlukan agar pertumbuhan tetap tinggi dan daya beli masyarakat terjaga. Ramadhan dan Idul Fitri menjadi momentum yang tepat untuk mulai memacu konsumsi masyarakat hingga akhir tahun 2023.
Senior Economist DBS Bank Radhika Rao menjelaskan, konsumsi masyarakat Indonesia mulai membaik pada awal 2023 dan diproyeksikan tetap kuat hingga akhir tahun. Hal tersebut didasarkan pada Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Bank Indonesia yang berada di batas optimis, di atas angka 100, sejak Desember 2022 hingga Maret 2023.
Hingga awal Maret 2023, IKK berada di angka 122,4. Menjaga tingkat konsumsi penting karena menjadi salah satu pendorong utama bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023.
”Angka IKK ini menunjukkan sentimen terhadap konsumsi terus meningkat, apalagi jika dibandingkan dengan posisi di tahun lalu. Angkanya mungkin tidak akan naik tajam, tapi lebih stabil ke depannya,” ucapnya, di Jakarta, Selasa (28/3/2023).
Sejumlah hal menjadi pendorong tingkat konsumsi, salah satunya tingkat belanja yang tinggi di periode Ramadhan dan Idul Fitri 2023. Aktivitas jual-beli diharapkan terus bergulir serta tidak adanya lagi pembatasan memungkinkan masyarakat untuk berwisata.
Selain itu, pihaknya memroyeksikan konsumsi akan tetap kuat karena tingkat upah minimum akan terus naik setiap tahunnya. Pada 2023, upah minimum diprediksikan naik hingga 7 persen.
Di samping menjaga tingkat konsumsi, hal lain yang perlu menjadi perhatian pemerintah adalah investasi. Program hilirisasi yang diberlakukan pemerintah membuat realisasi investasi di sektor sumber daya alam terus meningkat. Berdasarkan catatan DBS Bank, sejak 2020, realisasi investasi terus meningkat, dengan rata-rata berada di atas angka 120 miliar dollar AS.
Hilirisasi diharapkan dapat menarik investasi dari luar negeri, khususnya untuk kendaraan listrik.
”Investasi di sektor sumber daya terus membaik. Industri pengolahan sumber daya terus tumbuh berkat larangan ekspor komoditas. Visi pemerintah untuk menciptakan produk bernilai tambah tinggi lewat hilirisasi tepat,” ujarnya.
Meski konsumsi tumbuh, tekanan masih akan dirasakan, khususnya bagi sektor perbankan. Tingkat suku bunga yang cenderung naik akan menambah beban biaya modal (cost of fund) dari perbankan. Memasuki tahun politik, kontrak-kontrak pendanaan juga dapat terpengaruh karena perbankan ataupun investasi akan menunggu kepastian mengenai siapa presiden Indonesia selanjutnya.
Kenyataan di lapangan
Berdasarkan survei keyakinan konsumen yang dilakukan DBS pada akhir November 2022, sebanyak 59 persen responden mengaku bahwa inflasi menjadi salah satu hal yang menjadi perhatian. Sebanyak 89 persen responden juga meyakini bahwa inflasi tinggi di atas 5 persen masih akan terjadi hingga enam bulan ke depan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, tingkat inflasi per Februari 2023 mencapai 5,47 persen.
Head of Research DBS Indonesia Maynard Arif menerangkan, tingginya tingkat inflasi dapat memengaruhi pola konsumsi masyarakat hingga beberapa bulan ke depan. Salah satu perubahan yang terjadi adalah masyarakat lebih memilih menabung ketimbang menghabiskan uangnya untuk konsumsi.
Selain itu, mayoritas responden yang berasal dari kalangan menengah bawah akan mengganti kebiasaan pengeluarannya.
”Menghadapi inflasi yang tinggi, mayoritas atau 68 persen responden memilih menabung lebih banyak dan akan mencari alternatif barang yang lebih murah. Angka yang disodorkan pemerintah ternyata dirasakan berbeda di masyarakat,” ujarnya.
Hasil survei yang dikeluarkan DBS Bank ini mengisyaratkan agar pemerintah merumuskan kebijakan yang tepat agar konsumsi tetap stabil. Hal ini dikarenakan tingginya tingkat konsumsi menandakan kondisi ekonomi yang baik, serta sebaliknya.
Strategi yang bisa ditempuh pemerintah salah satunya adalah mengalihkan subsidi BBM ke program yang lebih tepat sasaran, seperti bantuan sosial ataupun transfer dana langsung. Pengalihan anggaran ini dapat menjadi salah satu katalis untuk meningkatkan konsumsi di masyarakat. Kebijakan ini juga dapat diambil seiring dengan penurunan harga komoditas energi dunia pada 2023.
”Program subsidi memang harus diubah agar menjadi lebih efektif. Meskipun begitu, dampak dari setiap program itu pasti berbeda,” ucapnya.