PT Indofood Sukses Makmur Tbk melaporkan penurunan laba bersih 17 persen secara tahunan pada 2022. Laba bersih Indofood terkoreksi kendali penjualan bersihnya tumbuh 11,56 persen secara tahunan.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Laba bersih emiten konsumer PT Indofood Sukses Makmur Tbk melorot 17 persen secara tahunan dari Rp 7,66 triliun tahun 2021 menjadi Rp 6,35 triliun tahun 2022. Penurunan ini disebabkan oleh beban pokok penjualan yang meningkat.
Adapun penjualan tetap Indofood naik 11,56 persen dari Rp 99,34 triliun menjadi Rp 110,83 triliun. Penjualan produk konsumen membukukan kenaikan terbesar, yakni mencapai Rp 65,25 triliun. Sementara penjualan Bogasari mencapai Rp 31,87 triliun, agribisnis Rp 17,77 triliun, dan distribusi Rp 6,23 triliun.
Di sisi lain, beban pokok penjualan Indofood naik dari Rp 66,87 triliun menjadi Rp 76,85 triliun. Demikian pula dengan beban distribusi serta beban penjualan dan beban operasional.
”Tahun 2022 merupakan tahun yang penuh tantangan dengan meningkatnya ketegangan geopolitik, tingginya tingkat inflasi, dan naiknya berbagai harga komoditas yang menciptakan kondisi ketidakpastian di pasar,” kata Direktur Utama Indofood Anthoni Salim.
Pada penutupan perdagangan Selasa (28/3/2023) harga saham Indofood ditutup stagnan saja pada harga Rp 6.375 per saham. Sementara saham Indofood CBP Sukses Makmur Tbk anak usahanya, ditutup naik Rp 125 atau 1,25 persen menjadi Rp 10.100 per saham.
Untuk meningkatkan kinerja tahun ini, Indofood akan menjaga keseimbangan pangsa pasar dan profitabilitas serta mempertahankan neraca keuangan yang sehat.
Untuk meningkatkan kinerja pada tahun ini, Anthoni mengatakan, perusahaan akan terus menjaga keseimbangan antara pangsa pasar dan profitabilitas serta mempertahankan neraca keuangan yang sehat.
Kinerja anak usahanya, yakni PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, juga kurang mengesankan tahun lalu. Penjualan ICBP naik 14 persen menjadi Rp 64,8 triliun dari Rp 56,8 triliun pada 2021. Laba bersih turun 27 persen dari Rp 7,92 triliun menjadi Rp 5,72 triliun.
Dari rugi jadi untung
Sementara itu, emiten teknologi Bukalapak.com Tbk mencatatkan laba bersih sebesar Rp 1,9 triliun pada 2022. Menurut laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Bukalapak membukukan pendapatan neto sebesar Rp 3,61 triliun, naik 93,59 persen dari tahun 2021 yang sebesar Rp 1,86 triliun.
Laba bersih Bukalapak mencapai Rp 1,98 trilun, naik dari rugi bersih tahun 2021 yang mencapai Rp 1,67 triliun. Harga saham Bukalapak ditutup naik Rp 34 atau 14,5 persen menjadi Rp 268 per saham.
Emiten dari industri lain yang juga telah menyampaikan laporan keuangannya adalah PT Sarana Menara Nusantara Tbk. Perusahaan pengelola menara telekomunikasi ini membukukan kinerja positif. Pendapatannya naik 27,8 persen dari Rp 8,63 persen menjadi Rp 11,03 persen pada 2022.
Beban pokok pendapatan Sarana Menara Nusantara naik 24,35 persen dari Rp 2,34 triliun menjadi Rp 2,91 triliun. Namun, laba bersih tetap dapat naik tipis 0,58 persen, yakni dari Rp 3,42 triliun menjadi Rp 3,44 triliun.
Para analis dari CGS CIMB Sekuritas menilai, salah satu risiko pada sektor pengelola menara adalah perang harga. Akuisisi menara yang dilakukan oleh Sarana membuat posisinya menjadi lebih strategis.