Kehadiran teknologi kecerdasan buatan diharapkan membuat pengguna media sosial memiliki kendali yang lebih besar terhadap konten yang ingin dikonsumsi. Inovasi ini dapat membuat ekosistem kreator konten semakin baik.
Oleh
Raynard Kristian Bonanio Pardede
·3 menit baca
KOMPAS/WISNU WIDIANTORO
Warga Mengakses laman media sosial Facebook di Jakarta, Rabu (7/8/2019).
JAKARTA, KOMPAS — Pergeseran tren pengguna membuat platform media sosial terus berinovasi, khususnya melalui penerapan teknologi kecerdasan buatan. Perubahan ini diharapkan mendorong masyarakat yang berkeinginan menggeluti karir sebagai kreator konten.
Country Managing Director Meta Indonesia, Pieter Lydian, menjelaskan, jumlah pengguna Facebook terus meningkat hingga kini mencapai 2 miliar pengguna aktif harian. Khusus di Indonesia, pertumbuhan juga terjadi yang terlihat dari jumlah grup di Facebook yang tumbuh sebanyak 40 persen menjadi sekitar 10,5 juta grup yang aktif setiap bulan.
Facebook yang dahulu digunakan sebagai media sosial untuk saling berinteraksi antarpengguna, kini digunakan sebagai tempat berkumpul pengguna dengan minat yang sama. Selain itu, khusus dari kalangan milenial dan Gen Z di Indonesia, Facebook mencatat ada sekitar 64 juta pengguna aktif.
“Di dalam grup tersebut ada 148 juta orang yang terhubung. Media sosial tidak hanya menjadi tempat interaksi antara teman dan keluarga, juga interaksi kreator konten dengan komunitas yang spesifik dengan minat mereka,” ujar Pieter di Jakarta, Jumat (24/3/2023).
Di samping pertumbuhan grup, produksi reels atau video pendek di Facebook ataupun Instagram, meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun lalu. Bahkan, jumlah reels yang dibagikan ulang atau reshare bertumbuh lebih cepat lagi, yaitu dua kali lipat dalam enam bulan terakhir. Tren ini menunjukkan pola konsumsi pengguna media sosial yang kini lebih tertarik mencari konten video berdurasi sekitar 1-3 menit saja.
Untuk menjawab perubahan tersebut, Meta, sebagai induk perusahaan Facebook, Instagram, dan WhatsApps, terus mengembangkan kemampuan moderasi kontennya melalui penggunaan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Penggunaan AI diharapkan membantu pengguna untuk mendapatkan konten sesuai dengan minat dan ketertarikannya, khususnya dalam bentuk reels.
Bagi para kreator, adanya AI membuat video ataupun konten yang mereka ciptakan juga menjadi lebih tepat sasaran. Teknologi ini juga digunakan untuk mengidentifikasi akun dan konten yang tidak sesuai dengan standar komunitas Facebook, sehingga ekosistem yang aman dan positif dapat terbangun.
Facebook pun terus menginvestasikan sumber daya untuk mengembangkan kecerdasan buatannya.
Peluang daerah
Berdasarkan laporan ”Culture Rising: Trends Report 2023” yang dirilis Meta pada awal tahun ini, topik fesyen, kuliner, dan hiburan menjadi topik yang paling banyak dibicarakan di Facebook. Topik mengenai wisata dan komedi pun cukup memiliki peminat yang besar.
KOMPAS/NIKSON SINAGA
Ibrahim Umar alias Ketua Limpol (kiri) bersama Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara Profesor Umar Zein membuat konten media sosial secara spontan saat bertemu untuk pertama kali, di halaman Istana Maimun, Medan, Sumatera Utara, Selasa (22/7/2022).
Direktur Kemitraan Kreator Meta Asia Tenggara Revie Sylviana menilai, Meta masih memegang peranan penting bagi pertumbuhan ekosistem kreator konten di Indonesia. Apalagi, dengan media sosial yang dimiliki, para kreator konten memungkinkan untuk membagi kontennya di tiga platform yang berbeda, namun tetap spesifik dan personal ke setiap pengguna.
Kehadiran AI juga membuat wewenang pengguna dan kreator konten menjadi lebih besar dalam memasarkan serta mengonsumsi konten. “Dengan AI, konten menjadi relevan, platform tidak lagi mencoba untuk push konten yang sesuai dengan agenda platform itu sendiri,” katanya.
Berkaca pada tren topik yang ada, teknologi ini diharapkan bisa menumbuhkan minat masyarakat menjadi kreator konten. Peluang ini perlu dimanfaatkan, khususnya bagi mereka yang berasal dari daerah.
Revie menerangkan, kreator konten di daerah memiliki keunggulan komparatif karena memiliki kesempatan untuk memperkenalkan hal-hal baru di daerahnya. Adanya AI, membuat kesempatan mereka untuk menggaet audiens dari luar daerah akan semakin besar. Hal ini diharapkan meningkatkan pendapatan yang bisa mereka peroleh sebagai kreator.
“Topik paling diperbincangkan adalah wisata dan kuliner. Ini kesempatan bagi mereka di daerah, karena setiap daerah memiliki objek wisata yang unik dan kuliner yang khas. Adanya inovasi ini bisa membantu mereka berpotensi untuk go nationwide,” ucap Revie.