Momen hari besar keagamaan selalu mendorong kenaikan permintaan dan uang beredar. Hal ini meningkatkan konsumsi masyarakat sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA, Mis Fransiska Dewi
·3 menit baca
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Konsumen memilih daging di pasar swalayan Super Indo di Jalan Ciater Raya, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (22/3/2023). Tempat-tempat belanja banyak didatangi warga yang berbelanja kebutuhan Ramadhan.
JAKARTA, KOMPAS — Momen bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri diperkirakan akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Ini karena Ramadhan dan Idul Fitri akan meningkatkan permintaan serta gelontoran jumlah uang beredar yang bisa menjadi tambahan bahan bakar bagi pertumbuhan ekonomi.
Kepala Ekonom Bank Permata Tbk Joshua Pardede menegaskan pandangan tersebut saat dihubungi, Kamis (23/3/2023). Selain itu, pandemi Covid-19 yang kian longgar juga bakal mendorong kenaikan angka pemudik ke daerah. Hal ini pun turut memberi dampak positif pada pertumbuhan ekonomi karena akan ada perputaran uang dari para pemudik yang datang dari kota besar ke daerah.
Joshua memperkirakan perputaran uang di Indonesia akan bertambah sekitar Rp 243 triliun pada Lebaran 2023. Artinya, diperhitungkan terjadi peningkatan dibandingkan perputaran uang pada Lebaran tahun lalu yang tercatat sebanyak Rp 221 triliun.
Selain itu, ia juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2023 bisa mendekati 5 persen. Namun, Joshua juga mewanti-wanti, lantaran pada momen Ramadhan dan Lebaran terjadi kenaikan permintaan yang relatif tinggi, hal ini juga dapat mendorong inflasi lebih tinggi.
”Adanya lonjakan permintaan, pemerintah harus sudah bersiap diri dari jauh-jauh hari. Seperti harga beras yang meningkat. Kalau memang dibutuhkan, pemerintah dapat melakukan impor beras secara terukur. Namun, tidak mengesampingkan kebutuhan domestik. Kalau harga stabil, konsumsi masyarakat akan tumbuh optimal,” ujar Josua.
Walaupun pertumbuhan ekonomi global melambat, konsumsi rumah tangga relatif solid. Harapannya, momentum tersebut tetap bisa mempertahankan pertumbuhan ekonomi karena konsumsi masih berkontribusi paling besar terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia.
”Yang paling penting adalah bagaimana pengendalian inflasi pangan karena pada Maret-April bersamaan dengan panen raya padi. Semoga bisa membatasi harga kenaikan pangan dan stabilisasi harga beras dapat terkendali sehingga dapat menjaga daya beli masyarakat,” ujarnya.
Hal senada dikemukakan oleh Kepala Ekonom PT Bank Bank Central Asia Tbk David Sumual. Dihubungi secara terpisah, Kamis, David berpendapat kondisi perekonomian Indonesia sudah mulai normal seperti saat sebelum pandemi Covid-19. Beberapa sektor seperti makanan, minuman, pakaian, transportasi, dan logistik akan kembali tumbuh secara signifikan.
David menilai, aktivitas ekonomi akan lebih bergairah dibandingkan dua tahun saat pandemi. Masyarakat juga mendapat tambahan daya beli selama Ramadhan dan Lebaran karena adanya tunjangan hari raya.
Peningkatan daya beli masyarakat juga didorong oleh sejumlah perusahaan yang mulai menyesuaikan pendapatan karyawannya pada Maret dan April. ”Jadi, momennya berbarengan semua dan mendorong meningkatnya daya beli masyarakat,” ujarnya.
David memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2023 akan berada di kisaran 4,6 persen hingga 5 persen. Menjelang Lebaran, kata David, peningkatan peredaran uang akan tumbuh lebih tinggi.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Haryadi Sukamdani mengutarakan, Lebaran kali ini akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi dibandingkan tahun lalu. Haryadi memperkirakan aktivitas ekonomi akan meningkat 50 persen hingga 80 persen pada Lebaran tahun ini.
Untuk sektor ritel, kata Haryadi, Lebaran menjadi momen untuk meningkatkan keuntungan berkali lipat karena konsumsi masyarakat pun akan meningkat.
Lebaran kali ini akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi dibandingkan tahun lalu.
Namun, Haryadi menekankan, kelancaran pengiriman distribusi barang harus dijaga karena khusus produk makanan hingga saat ini tidak ada masalah. Jangan sampai mendekati Lebaran akan ada larangan yang akan berpengaruh pada penawaran makanan ataupun minuman itu sendiri.
”Jika tidak dapat didistribusikan dengan baik, akan ada kenaikan mendadak. Produsen tidak ada masalah, sejauh ini mereka siap. Tinggal logistiknya harus diantisipasi,” ujarnya.
Atraksi barongsai dari Puhua School memeriahkan pembukaan Pasar Ramadhan di Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (23/3/2023).
Uang beredar
Guna memenuhi kebutuhan masyarakat menyambut bulan Ramadhan dan Idul Fitri, mulai 27 Maret sampai 20 April 2023, Bank Indonesia (BI) menyiapkan uang tunai sebesar Rp 195 triliun. Angka ini naik 8,22 persen dari realisasi periode yang sama tahun lalu.
Selain itu, BI juga menyediakan layanan penukaran uang di 5.066 titik layanan penukaran uang di seluruh Indonesia. Jumlah ini bertambah 377 titik dari tahun sebelumnya.
Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menjelaskan, penambahan jumlah uang tunai dan lokasi penukaran ini mempertimbangkan pencabutan status pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik, serta peningkatan mobilisasi masyarakat. BI juga mengajak masyarakat mengoptimalkan pembayaran transaksi nontunai guna mendukung ekonomi dan keuangan digital.