Goto Finansial mencatatkan pertumbuhan bruto tertinggi naik 43 persen menjadi Rp 1,7 triliun. Sektor lain, "e-commerce" naik 38 persen menjadi Rp 8,6 triliun, dan "on-demand" naik 32 persen menjadi Rp 13,6 triliun.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Emiten teknologi GoToGojekTokopedia Tbk masih membukukan kerugian bersih sebesar Rp 40,4 triliun hingga akhir 2022. Kerugian ini naik 56 persen dari kerugian tahun sebelumnya yang sebesar Rp 25,9 triliun. Sebaliknya, pendapatan bersih naik 120 persen dari Rp 5,2 triliun pada 2022 menjadi Rp 11,3 triliun.
Pada penutupan perdagangan Selasa (21/3/2023), harga saham Goto ditutup naik tipis 1,85 persen menjadi Rp 110 per saham. Saham Goto sempat menyentuh auto reject bawah pada akhir perdagangan Senin (20/2) atau turun 6,9 persen menjadi Rp 108 per saham. Seusai pasar tutup, manajemen Goto mengumumkan kinerja tahun 2022.
Goto Finansial mencatatkan pertumbuhan bruto tertinggi naik 43 persen menjadi Rp 1,7 triliun. Sektor lain, e-commerce naik 38 persen menjadi Rp 8,6 triliun, dan on-demand naik 32 persen menjadi Rp 13,6 triliun. Pendapatan transaksi bruto naik 35 persen menjadi Rp 23 triliun. Pendapatan sebelum bunga, pajak, dan amortisasi (EBITDA) yang disesuaikan dalam triwulan keempat naik 52 persen dibandingkan tahun sebelumnya dan naik 15 persen dibandingkan triwulan ketiga.
“Tujuan kami mendorong penghematan beban usaha yang telah mendukung tercapainya indikator profitabilitas lebih cepat dengan langkah menuju profitalibitas,” kata Direktur Keuangan Goto Jacky Lo dalam keterangannya.
Beberapa penyebab kerugian Goto adalah penurunan nilai good will senilai Rp 10,9 triliun. Ketika Gojek dan Tokopedia merger pada 2021, menghasilkan selisih dari nilai wajar dan nilai pasar. Dua tahun lalu, valuasi saham teknologi meningkat pesat. Saat ini, seiring dengan kenaikan suku bunga, valuasi saham teknologi tergerus.
Investasi Goto yang menurun bahkan tutup juga membuat kerugian. Salah satu investasi Goto, JD.ID akan tutup pada akhir Maret ini. Goto memegang 12,2 persen saham JD.ID. Menurut catatan dari BCA Sekuritas, nilai wajar investasi Goto di JD.ID sekitar Rp 886 miliar per September 2022. Pemutusan hubungan kerja atas 1.300 karyawan juga menimbulkan biaya pada tahun 2022 lalu. Biaya besar ini diperkirakan tidak akan muncul lagi pada tahun ini. Jika beberapa pos biaya ini dikeluarkan, rugi bersih Goto sekitar Rp 26-27 triliun.
“Dalam pandangan kami, Goto merupakan pemimpin pasar pada semua segmen vertikalnya ditopang oleh kerja sama silang di dalam ekosistemnya. Kami mencatat bahwa Goto sudah berhasil mengurangi kerugian pada level marjin kontribusi dan EBITDA sembari akan terus berusaha sembari menjaga pangsa pasarnya,” demikian riset para analis dari Ciptadana Sekuritas.
Sementara hasil riset MNC Sekuritas menyakini likuiditas Goto dapat mencukupi agar perusahaan itu dapat mencapai profitabilitas. Namun, masih ada beberapa risiko yang harus dicermati, yaitu kemungkinan valuasi ulang terkait dengan risiko sistemis karena masalah likuiditas Silicon Valley Bank di AS, pengetatan pendanaan perusahaan rintisan, kenaikan suku bunga, serta kenaikan terbatas dari bisnis bermarjin tinggi seperti penyaluran kredit.