Tak hanya memperluas pasar, ada juga pelaku UMKM yang ingin ekspor perdana. Fasilitas dari sejumlah perjanjian dagang yang melibatkan ASEAN dapat mendukung cita-cita ekspor UMKM tersebut
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·3 menit baca
KOMPAS/M PASCHALIA JUDITH J
Pemilik Saniyya Batik dan Butik, Titin, menunjukkan produknya dalam pameran UMKM ASEAN Economic Minister (AEM) Retreat yang digelar pada 20-22 Maret 2023 di Plataran, Magelang, Jawa Tengah.
Barisan buah karya 22 pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM bernaung di bawah tenda putih. Jarak mereka tak sampai 150 meter dari ruang pertemuan delegasi anggota ASEAN. Beragam rupa karya itu menampilkan diri dan berharap memikat mata hingga pundi-pundi delegasi yang berjalan melintas.
Setelah berhasil menjadi suvenir rangkaian acara Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Candi Borobudur, produk rempah PT Dlizfood Borobudur Sejahtera kembali unjuk gigi di pameran UMKM ASEAN Economic Minister (AEM) Retreat yang digelar pada 20-22 Maret 2023 di Magelang, Jawa Tengah.
“Saat ini, proporsi ekspor (produk) kami sekitar 5 persen. Dengan kesempatan ini (mengikuti pameran), saya berharap dapat membantu meningkatkan proporsi ekspor hingga 20 persen,” tutur Pemilik PT Dlizfood Borobudur Sejahtera Elisa Anggraeni saat ditemui di teras Restoran Stupa, Plataran Borobudur Resort&Spa, Magelang, Senin (20/3/2023).
Menurut Elisa, mengikuti pameran dapat efektif dalam memperluas pasar, khususnya di kancah global. Berdasarkan pengalaman, dia bertukar kartu nama dengan calon pembeli mancanegara di pameran. Setelah acara berakhir, dirinya kerap dihubungi oleh calon pembeli yang tertarik terhadap produk yang dijajakan.
Dalam pameran UMKM AEM Retreat tersebut, PT Dlizfood Borobudur Sejahtera memajang produk teh hijau, bunga telang, daun rosella, jeruk nipis yang dikeringkan, serta wedang rempah. Wedang rempah dikemas dalam kantung besar yang berisi empat kantung kecil. Setiap kantung kecil berisi jahe, kunyit, sereh, kayu manis, jeruk nipis, dan gula.
Di antara negara-negara di Asia Tenggara, Elisa berharap dapat menembus pasar Singapura. Selain karena mengejar peluang ekspor ke negara lain, dia menilai produknya bernilai tinggi di negeri yang menjadi salah satu hub perdagangan dunia itu. Selama menjalankan usaha, produknya sudah berhasil menjangkau pasar Malaysia, Jepang, dan Hong Kong.
Dengan memperluas pasar ekspor yang dimulai dari Asia Tenggara, dia ingin meningkatkan kesejahteraan lima karyawannya. Saat ini, omzet usahanya berkisar Rp 25 juta per bulan dengan laba Rp 8 juta-Rp 10 juta per bulan. Bahan baku produksinya diambil dari tiga kelompok wanita tani yang ada di Kecamatan Borobudur.
Tak hanya memperluas pasar, ada juga pelaku UMKM yang ingin ekspor perdana. Pemilik Saniyya Batik dan Butik, Titin, mengatakan, pemasaran produknya saat ini masih berada di dalam negeri. Batik karya usahanya bisa sampai ke luar negeri karena dibeli oleh turis asing yang berkunjung ke Candi Borobudur.
Dia mengatakan ingin mengekspor produknya ke negara-negara di Asia Tenggara. Menurutnya, ekspor dapat meningkatkan penjualan yang nantinya menjadi daya tarik bagi anak muda untuk melanjutkan usaha batik di Magelang.
Setidaknya ada 18 perajin yang terlibat dalam Saniyya Batik dan Butik. Omzet usahanya dapat mencapai Rp 450 juta - Rp 500 juta per bulan dengan produk berupa kain batik, pakaian jadi, dan syal.
Kepada pemerintah pusat, Titin berharap Kementerian Perdagangan membantu pemasaran usahanya. “Kami ingin dibantu bagaimana menemukan pasar serta jenis kain atau model seperti apa yang diminati oleh konsumen di negara tujuan ekspor,” ujarnya.
KOMPAS/M PASCHALIA JUDITH J
Pemilik Nafis Souvenir, Nafisa, menunjukkan produknya dalam pameran UMKM ASEAN Economic Minister (AEM) Retreat yang digelar pada 20-22 Maret 2023 di Plataran, Magelang, Jawa Tengah.
Sementara itu, Pemilik Nafis Souvenir, Nafisa, mengatakan, dirinya sudah biasa mengekspor kerajinan tanduk sapi dan kerbau ke Amerika Serikat dan Eropa. Dia berharap dapat menembus Asia Tenggara untuk mengalihkan pasar dari kedua pasar tersebut.
Menurutnya, produk yang mungkin diminati oleh pasar Asia Tenggara, khususnya Thailand, adalah sendok dan centong karena dapat digunakan sehari-hari. “Dengan ikut pameran ini, harapannya produk kami semakin dikenal. Senang rasanya jika kerajinan yang diwariskan secara turun-temurun dihargai oleh orang asing,” ucapnya.
Dalam sebulan, pendapatan Nafis Souvenir dapat mencapai Rp 10 juta. Jika ada pesanan dari pelanggan, produksinya dapat menyentuh angka 100 buah sendok per hari, 50 buah centong per hari, dan 20 buah aksesoris per hari.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mencatat, jumlah kontribusi ekspor UMKM pada 2021 mencapai 15,69 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2020 atau saat puncak pandemi Covid-19 yang sebesar 14,37 persen.
Menanggapi harapan para pelaku usaha tersebut, Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Djatmiko Bris Witjaksono mengatakan, sejumlah perjanjian dagang yang melibatkan ASEAN memberikan perhatian pada peningkatan kapasitas UMKM. “Masing-masing negara (yang terlibat dalam perjanjian dagang) sepakat untuk menguatkan akses pembiayaan dan pemanfaatan pasar,” tuturnya.
KOMPAS/M PASCHALIA JUDITH J
Suasana pameran UMKM ASEAN Economic Minister (AEM) Retreat yang digelar pada 20-22 Maret 2023 di Plataran, Magelang, Jawa Tengah.
Contohnya, Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP). Dalam perjanjian perdagangan tersebut, terdapat bab yang membahas UMKM. Bab ini menjadi kerangka kerja untuk meningkatkan kemampuan, kapasitas, dan partisipasi UMKM dalam memanfaatkan RCEP.
Oleh sebab itu, Djatmiko mengatakan, pendirian sekretariat RCEP di Jakarta menjadi prioritas ekonomi selama keketuaan Indonesia dalam ASEAN. Pendirian sekretariat tersebut diharapkan dapat mendekatkan pelaku usaha dari segi jarak dalam memanfaatkan fasilitas RCEP.
Di sisi lain, imbuh Djatmiko, pelaku UMKM dapat proaktif dalam memperoleh informasi ke dinas pemerintahan daerah setempat yang membidangi perdagangan. Mereka juga dapat bergabung dalam kelompok eksportir. Hal ini dilatarbelakangi oleh terbatasnya kemampuan Kementerian Perdagangan dalam menjangkau seluruh UMKM di Indonesia.
Dengan harapan dan optimismenya, pelaku UMKM tak henti mengetuk pintu pasar Asia Tenggara. Rangkulan pemerintah dan swasta turut menjadi kunci agar pintu itu terbuka bagi UMKM Tanah Air.