Kisah Tempe Nusantara di Negeri ”Kuch Kuch Hota Hai”
Mahasiswa RI dan pemilik restoran vegan India memopulerkan tempe Indonesia. Di sisi lain, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan meminta mahasiswa RI di India menjadi duta besar produk RI di negeri ”Kuch Kuch Hota Hai” itu.

Akhuni atau axone, makanan khas Negara Bagian Nagaland, India, yang terbuat dari fermentasi kedelai.
Di tengah berbagai macam olahan fermentasi kedelai di India, tempe Indonesia pelan-pelan memasuki pasar negeri berjuluk ”Anak Benua”. Meski pasar masih terbatas, makanan tradisional Nusantara itu setidaknya mulai mengisi ragam selera rasa India.
India memiliki makanan khas hasil fermentasi kedelai. Beberapa di antaranya adalah kinema, bekang, hawaijar, tungrymbai, dan akhuni. Akhuni atau axone, misalnya, makanan khas negara bagian Nagaland di bagian timur laut India itu mirip tempe.
Makanan itu dibuat dengan cara merebus kedelai dalam air tawar dengan degchi atau panci. Kedelai hasil rebusan itu kemudian dinungkus dengan daun pisang dan difermentasi di dekat perapian. Fermentasi pada musim dingin membutuhkan waktu selama tujuh hari, sedangkan pada musim panas empat hari.
Makanan yang memiliki aroma menyengat ini menjadi judul dan batu pijakan bergulirnya alur film drama komedi Axone. Film tahun 2019 yang dibintangi Sayani Gupta ini memotret kerinduan penduduk migran asal India bagian Timur Laut terhadap akhuni serta kritik sosial atas diskriminasi terhadap mereka.
Akhuni atau axone, makanan khas Negara Bagian Nagaland di bagian timur laut India, itu mirip tempe. Makanan yang memiliki aroma menyengat ini menjadi judul dan batu pijakan bergulirnya alur film drama komedi India Axone.

Ricky "Pepeng" Yakob, mahasiswa dan youtuber RI di India, memproduksi tempe di India. Setiap minggu ia mampu membuat 60 bungkus tempe untuk dipasarkan kepada mahasiswa India dan dari negara lain, serta diplomat RI yang bertugas di India.
Kisah tempe Nusantara di India juga terlahir dari kerinduan para mahasiswa Indonesia yang menempuh pendidikan di India. Salah satunya adalah Ricky ”Pepeng” Yakob, mahasiswa Aligarh Muslim University, India.
Ricky yang juga youtuber pembuat konten makanan jalanan khas India mengaku mendapatkan resep membuat tempe dari mahasiswa pendahulunya. Resep itu diwariskan secara turun-temurun kepada mahasiswa lain yang berniat membuat tempe.
”Awalnya kami membuat tempe karena kangen ingin makan. Lalu ketagihan dan membuatnya untuk variasi menu makan sehari-sehari. Akhirnya meluas setelah ada mahasiswa dari India dan negara lain, serta diplomat Indonesia yang minat,” kata Ricky saat ditemui di Kedutaan Besar RI di New Delhi, India, Senin (13/3/2023).
Ricky yang telah enam tahun di India memanfaatkan kedelai di India untuk membuat tempe. Saat ini, harga kedelai di India lebih mahal dibandingkan Indonesia, yakni sekitar Rp 17.000-Rp 18.000 per kilogram tergantung kualitas.
Ragi tempe terkadang didapat dari Indonesia jika ada yang pulang kampung atau sanak saudara berkunjung. Jika sudah habis, ia terkadang membeli ragi secara daring.
Tempe yang dibuat Ricky cukup sederhana. Setelah direbus dan dipisahkan dari air, kedelai tersebut diberi ragi dan dimasukkan ke plastik klip ziplock. Plastik berisi kedelai itu kemudian dilubangi di sejumlah titik sebelum disimpan untuk proses fermentasi.
Baca juga: Ekonomi India Masih Tumbuh Apik, RI Optimalkan Ekspor

Dalam sepekan, Ricky memprodukai tempe 2-3 kali. Sekali produksi, ia bisa menghasilkan 20 tempe berkemasan plastik. Untuk mahasiswa, ia jual 50 rupee atau sekitar Rp 10.000 per papan, sedangkan untuk diplomat Rp 20.000 per papan.
”Saya belum ada waktu dan modal untuk memproduksi lebih banyak tempe,” kata Ricky, yang juga kerap menerima pesanan martabak dan bakso dari mahasiswa asal Thailand.
Tempe Indonesia juga mengilhami lahirnya tempe wala di Bengalore, negara bagian Karmataka, India Selatan. Tempe wala itu bisa diperoleh di restoran Vegan Heat yang didirikan Vaibhav Krishnaswamy pada 2017.
Vaibhav mengembangkan tempe Indonesia pada 2019 untuk menyajikan menu vegan yang unik di restorannya. Ia mendata semua makanan unik sejumlah negara yang tidak mengandung unsur hewani.
Akhirnya, ia menemukan dan memilih tempe. Untuk membuat dan menghasilkan cita rasa yang sama dengan di Indonesia, ia dua kali berkunjung ke Jawa, Indonesia, untuk belajar membuat tempe. Ia membuat tempe di bawah bimbingan Amita Buissink, pemilik Tempe Tahu Mister Bean.
”Dia berpesan, kalau saya memiliki usaha tempe di India, berilah nama tempe wala,” ujar Vaibhav (Change Started, 8/1/2022).
Vaibhav mengaku dirinya sebagai seorang vegan. Ia tertarik mendirikan restoran vegan karena banyak penduduk India yang vegetarian dan vegan. Pada 2022, penduduk di India berjumlah 1,4 miliar jiwa. Dari jumlah itu, sekitar 24 persen adalah vegetarian, 9 persen vegan, dan 8 persen pescatarian.
Pada 2022, penduduk di India berjumlah 1,4 miliar orang. Dari jumlah itu, sekitar 24 persen adalah vegetarian, 9 persen vegan, dan 8 persen pescatarian.
Baca juga: Kisah Peluang Barter Kedelai dengan Tempe Amerika Serikat-Indonesia

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan bersama Duta Besar Indonesia untuk India Ina Hagniningtyas Khrisnamurthi berdialog dengan mahasiswa Indonesia di Wisma Kedutaan Besar RI di New Delhi, India, Senin (13/3/2023).
Duta produk RI
Sementara itu, dalam pertemuan dengan mahasiswa Indonesia di Kedutaan Besar RI di New Delhi, Senin (13/3), Manteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengajak para mahasiswa menjadi duta produk Indonesia di India. Hal bisa dilakukan dengan cara menggunakan dan mengonsumsi produk-produk Indonesia yang ada di India.
”Kita harus memperjuangkan produk Indonesia sesuai peran masing-masing. Kuncinya adalah kerja sama. Mahasiswa Indonesia di India bisa mempromosikan produk Indonesia dimulai dengan kebiasaan menggunakan dan mengonsumsi produk Indonesia,” kata Zulkifli.
Mahasiswa Indonesia di India bisa mempromosikan produk Indonesia dimulai dengan kebiasaan menggunakan dan mengonsumsi produk Indonesia.
Adapun peran pemerintah, lanjut Zulkifli, adalah mengembangkan pasar ekspor nontradisional, khususnya di India. India merupakan pasar yang besar di Asia Selatan.
Selain India, RI juga membidik Pakistan dan Bangladesh. Penduduk ketiga negara tersebut jumlahnya sekitar 2 miliar sehingga sangat potensial untuk digarap.
”Sembari membuka dan memperluas pintu ekspor, kami juga mengembangkan ekosistem kewirausahaan berbasis ekspor. Kami mempertemukan pelaku usaha kecil menengah (UKM) dengan perbankan dan lembaga pembiayaan ekspor,” kata Zulkifli.
Baca juga: RI Bidik Pasar Ekspor dan Investasi Tiga Kawasan

Perdagangan RI-India
Pemerintah RI juga memfasilitasi pelaku UKM bisa menjual produknya di lokapasar. Mereka bahkan diajak untuk mengikuti pemeran-pameran dagang internasional dan bekerja sama dengan diaspora RI di yang memiliki bisnis di negara lain.
Kementerian Perdagangan mencatat, pada 2022, total perdagangan RI-India sebesar 32,71 miliar dollar AS atau tumbuh 55,68 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar 21,01 miliar dollar AS. Nilai ekspor dan impor RI ke dan dari negara tersebut masing-masing sebesar 23,38 miliar dollar AS dan 9,33 miliar dollar AS. Dengan demikian, neraca perdagangan RI masih surplus 14,05 miliar dollar AS atas India.
Produk ekspor utama RI ke India di antaranya batubara, CPO dan turunannya, besi paduan, asam lemak monokarboksilat industri, serta bijih tembaga dan konsentratnya. Sementara produk utama impor Indonesia dari India di antaranya produk besi setengah jadi, tebu atau gula bit, kacang tanah, daging kerbau beku, serta paduan ferro.
Dari kisah Ricky dan Vaibhav, Indonesia bisa mengembangkan produk tempe Nusantara di India. Selain itu, ceruk pasar vegetarian dan vegan di India cukup besar. Produk makanan-minuman olahan RI yang tidak mengandung unsur hewani, berpotensi mengisi ceruk pasar negeri ”Kuch Kuch Hota Hai” tersebut.
Baca juga: RI-India Gulirkan Perjanjian Tarif Preferensial dan Kolaborasi Bisnis
