Indonesia Serius Garap Pasar Jerman
Kerja sama Indonesia-Jerman sangat strategis di segala bidang, mulai dari sektor industri manufaktur, pariwisata, pendidikan, hingga pertahanan. Indonesia juga berpeluang mengisi kebutuhan tenaga kerja migran di Jerman.

Suasana khas Bali tampak di paviliun Indonesia pada hari pertama Internationale Tourismus Borse (ITB) atau Bursa Pariwisata Internasional Berlin di Messe, Berlin, Jerman, Selasa (7/3/2023). Paviliun Indonesia pada ITB Berlin 2023 bernuansakan Bali, dengan meru atau arsitektur khas Bali yang menjulang di bagian depan. Aroma rempah, yakni lemon dan lemongrass (serai), dari Rumah Atsiri mengharumkan seluruh paviliun.
Hubungan bilateral Indonesia dan Jerman telah terjalin dengan baik di berbagai bidang, mulai dari pariwisata, industri, ketenagakerjaan, hingga bidang strategis lain. Kepesertaan Indonesia dalam pameran pariwisata Internationale Tourismus Borse atau Bursa Pariwisata Internasional Berlin 2023 serta pameran industri Hannover Messe 2023 menjadi salah satu gambaran kerja sama itu.
Di bidang pariwisata, Internationale Tourismus Borse atau Bursa Pariwisata Internasional 2023 yang diselenggarakan di Berlin, Jerman, 7-9 Maret 2023, menjadi salah satu ajang yang menggambarkan upaya mempererat kerja sama Indonesia-Jerman. Di sela-sela penyelenggaraan kegiatan yang dikenal sebagai ITB Berlin 2023 itu, Kompas berkesempatan mewawancarai Duta Besar RI untuk Jerman Arif Havas Oegroseno, di paviliun Indonesia di Messe Berlin, Rabu (8/3/2023).
Arif menjelaskan beragam bentuk kerja sama yang dijalin antara Indonesia dan negara dengan perekonomian terbesar di Eropa tersebut.
Terkait kepariwisataan, potensi pasar wisatawan asal Jerman tidaklah kecil. Pada 2022, tercatat 127.845 orang Jerman berwisata ke Indonesia dengan rata-rata pengeluaran 4.174,4 dollar AS per orang dan tinggal di Indonesia selama 33 hari. Dengan kata lain, total pengeluaran wisatawan Jerman di Indonesia tahun lalu saja berkisar 500 juta dollar AS.
Jika diperhitungkan rata-rata pajak dari pengeluaran wisatawan tersebut sebesar 15 persen, pendapatan pajak yang diterima negara sudah sebesar Rp 1,1 triliun. Perlu diperhitungkan pula, belanja senilai 500 juta dollar AS itu mempunyai efek ikutan (trickle down effect) yang cukup besar bagi masyarakat yang berkait langsung dalam kegiatan wisata.
Sebelum pandemi Covid-19 melanda, rata-rata belanja wisatawan asal Jerman justru tercatat hanya sekitar 2.000 dollar AS per orang. Setelah pandemi, nilai belanja itu justru meningkat dua kali lipat menjadi menjadi 4.174 dollar AS per orang.
Sebuah fakta menarik diungkapkan Arif. Sebelum pandemi Covid-19 melanda, rata-rata belanja wisatawan asal Jerman justru tercatat hanya sekitar 2.000 dollar AS per orang. Setelah pandemi, nilai belanja itu justru meningkat dua kali lipat menjadi menjadi 4.174 dollar AS per orang.

Duta Besar Indonesia untuk Jerman Arif Havas Oegroseno di paviliun Indonesia pada Internationale Tourismus Borse Berlin 2023, di Messe, Berlin, Jerman, Rabu (8/3/2023).
Berikut petikan perbincangan lebih jauh dengan Duta Besar RI untuk Jerman.
Terkait pariwisata, apa saja yang difasilitasi oleh KBRI di Berlin?
Pertama, kami melakukan edukasi kepada para agen travel dan operator tur. KBRI, KJRI Hamburg, dan KJRI Frankfurt bersinergi membuat pelatihan-pelatihan edukasi untuk agen perjalanan dan operator tur. Biasanya kami bungkus dengan kelas memasak atau membatik. Lalu, briefing mengenai Indonesia dan kemungkinan-kemungkinan untuk melakukan pemasaran Indonesia. Materi-materi kami berikan.
Kedua, kami menggelar familiarization trip (pengenalan wisata). Para jurnalis serta agen perjalanan dan operator tur dari Jerman melakukan kunjungan ke Indonesia. Sekali jalan, bisa mengajak 15-20 orang. Jadi, mereka tinggal di Indonesia selama tiga minggu dan melakukan survei di berbagai tempat.
Baca Juga: Bursa Pariwisata di Berlin Jadi Sinyal Positif Pemulihan
Ketiga, kerja sama promosi bersama sejumlah maskapai, seperti Singapore Airlines, Qatar Airways, Emirates Airlines, dan Turkish Airlines. Kami sebenarnya sudah menawarkan kepada Garuda agar ada penerbangan ke Frankfurt, yang merupakan salah satu bandara dengan jumlah penumpang terbanyak. Juga menjadihub besar di Jerman untuk Polandia, Ceko, Austria, dan Swiss. Namun, karena belum dipandang perlu, kami tidak ada kerja sama dengan Garuda.

Seperti apa karakteristik wisatawan asal Jerman?
Dari hasil survei kami pada 2022 diketahui warga negara Jerman kelas menengah ke bawah berwisata di Jerman atau di Eropa dengan jalur darat. Kelas menengah ke atas, mereka berwisata selama dua minggu. Sementara untuk kelas atas, mereka berwisata jarak jauh rata-rata selama satu bulan.
Mereka adalah turis dengan kualitas tinggi, yang menginginkan suasana sepi dan nyaman. Selain itu, wisatawan Jerman biasanya menggunakan tema. Misalnya, tahun ini temanya pantai. Selama sebulan hanya di pantai. Lalu, tahun berikutnya bertema budaya. keliling-keliling saja menikmati budaya. Tahun depannya lagi bertema gunung.
Mayoritas wisatawan Jerman yang ke Indonesia itu repeat customer. Mereka datang lagi dan lagi; dan memang berkualitas tinggi. Mereka juga menghargai sustainablity (keberlanjutan), seperti pengelolaan lingkungan hidup yang bagus. Pangsa pasar kita seperti itu.
Warga negara Jerman kelas menengah ke bawah berwisata di Jerman atau di Eropa dengan jalur darat. Kelas menengah ke atas, mereka berwisata selama dua minggu. Sementara untuk kelas atas, mereka berwisata jarak jauh, rata-rata selama satu bulan.
Setelah ITB Berlin 2023 digelar kembali, berapa target peningkatan kunjungan wisatawan Jerman ke Indonesia?
Kami menargetkan kunjungan wisatawan Jerman bisa kembali seperti saat sebelum pandemi Covid-19, yakni hampir 300.000 kunjungan. Kami harap bisa mencapai angka itu tahun ini.
Wisatawan asal Eropa ke Indonesia (paling banyak) nomor satu adalah Inggris, kedua Jerman. Kita juga punya segmentasi baru, yaitu wisatawan kelas atas yang tadinya pergi ke Rusia atau Ukraina dan sekarang tidak bisa (karena konflik). Banyak yang mencari negara alternatif untuk liburan.
Ada dorongan hasrat berlibur setelah tertahan pandemi?
Ya. Mereka dua tahun tidak bisa keluar. Banyak yang WFH (work from home/bekerja dari rumah), WFO (work from office/bekerja dari kantor), banyak hotel tutup, dan banyak uang yang tidak dibelanjakan. Sementara penghasilannya sama, terutama untuk kalangan menengah ke atas.
Dari situlah mereka spending untuk liburan. Bahkan, dari hasil survei kami, banyak responden mengatakan bahwa kondisi perang di Eropa membuat mereka stressful sehingga ingin menambah liburannya.
Baca Juga: Kerja Sama Indonesia-Jerman untuk Digitalisasi UMKM
Teknologi Industri
Pada April 2023, Hannover Messe yang merupakan ajang pameran teknologi industri terkemuka dunia akan digelar di Jerman. Indonesia sebagai perekonomian terbesar di ASEAN menjadi negara mitra (official partner) di ajang bergengsi itu.
Apa yang akan ditampilkan Indonesia di Hannover Messe?
Ada 150 partisipan, perusahaan dari Indonesia, yang ikut serta. Kita akan tonjolkan bidang otomasi, robotik, juga energi. Kita akan menunjukkan seperti apa Indonesia terkait sustainable energy. Kita ingin menunjukkan kepada dunia kemampuan teknologi Indonesia di bidang industri otomasi.

Suasana paviliun Indonesia yang memperlihatkan pembuatan songkok recca khas Bone, Sulawesi Selatan, pada hari kedua Internationale Tourismus Borse (ITB) Berlin 2023 di Messe, Berlin, Jerman, Rabu (8/3/2023). Pembuatan songkok recca, yang merupakan Warisan Budaya Tak Benda Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dipamerkan pada ITB Berlin 2023 sebagai salah satu daya tarik kebudayaan milik Indonesia.
Pada 2020 Indonesia juga menjadi negara mitra?
Seharusnya memang tahun 2020, tetapi karena Covid-19, lalu diubah menjadi online (daring). Kita merasa kurang, harus offline (luring). Sebenarnya, pandemi ini menjadi bukti. Banyak pernyataan para analis dan pakar yang mengatakan bahwa semua pekerjaan akan diganti oleh komputer atau akan beralih ke online, tetapi ternyata tidak juga. Karena manusia itu social animal (makhluk sosial) dan kita butuh face to face (pertemuan langsung). Ini terlihat sekarang. Tak ada pameran di Jerman yang mau membuat online lagi.
Apa manfaat yang didapat dengan menjadi negara mitra?
Indonesia akan dikenal. Sebab, seluruh pemain industri global akan datang. Kedua, Hannover Messe akan dikunjungi sekitar 300.000 pengunjung. Di situ kita harapkan ada exposure terhadap Indonesia. Pada 16 April 2023 (pembukaan), di panggung hanya ada dua tokoh top, yaitu Presiden Joko Widodo dan Kanselir Jerman. Itu di hadapan para CEO industri besar dunia.
Tenaga Perawat
Terkait kerja sama di bidang ketenagakerjaan, Indonesia antara lain turut mengisi kebutuhan tenaga perawat di Jerman. Bagaimana ceritanya?
Tahun 2019 kami mengadakan pembicaraan dengan WHO (Organisasi Kesehatan Dunia). Apakah Indonesia boleh mengirimkan perawat. WHO lalu melihat jumlah perawat Indonesia dan kebutuhan di Eropa. Akhirnya, oke, bisa.
Memang, kita tahu, sebelumnya juga banyak perawat Indonesia ke negara-negara lain, seperti Jepang. Tetapi, di Jerman ini, segala sesuatu butuh berjalan tepat, jelas, dan presisi. Persetujuan dari WHO sudah didapat dan Indonesia dapat mengirim perawat ke Jerman.
Langkah selanjutnya, Pemerintah Indonesia yang diwakili Kementerian Ketenagakerjaan dan Pemerintah Jerman yang diwakili Bundesagentur für Arbeit (BA) membuat MoU (nota kesepahaman). Kesepakatannya adalah kita akan lakukan joint recruitment.
Sebelumnya juga banyak perawat Indonesia ke negara-negara lain, seperti Jepang. Tetapi, di Jerman ini, segala sesuatu butuh berjalan tepat, jelas, dan presisi. Persetujuan dari WHO sudah didapat dan Indonesia dapat mengirim perawat ke Jerman.
Kebutuhan perawat disampaikan oleh rumah sakit-rumah sakit Jerman kepada Kementerian Ketenagakerjaan Jerman, lalu datanya diberikan kepada Pemerintah Indonesia. Kami membuat pengumuman di internet, mengadakan perekrutan terbuka. Kemudian diadakan wawancara dan seleksi bersama. Yang lulus tahun lalu sekitar 180 orang dan tahun ini 600 orang.
Sebagian sudah ada yang datang ke Jerman dan diterima langsung oleh pihak RS serta Kementerian Ketenagakerjaan Jerman. Sisanya tinggal berangkat. Bertahap. Semua proses perekrutan dilakukan bersama dengan standar Jerman.
Persoalan yang kita hadapi adalah bahasa. Perlu waktu bagi lulusan politeknik kesehatan (Poltekkes) untuk belajar Bahasa Jerman. Diperlukan hampir satu tahun untuk memenuhi persyaratan standar B1. Karena itu, kami membuat kesepakatan lagi. Nanti, ada guru-guru bahasa Jerman yang disediakan oleh Pemerintah Jerman, yang akan mengajar di Poltekkes di bawah Kementerian Kesehatan. Harapannya, nanti dari tingkat 1 sudah ada pelajaran bahasa Jerman. Dengan demikian, pada saat lulus, sudah langsung level B1. Jadi, begitu lulus, bisa langsung diwawancara, direkrut, dan langsung berangkat ke Jerman.
Berapa kebutuhan perawat di Jerman?
Tadinya diperkirakan kebutuhan sebesar 200.000 perawat hingga 2030, tetapi terakhir diperkirakan mencapai 500.000.
Baca Juga: Indonesia Terus Jajaki Kerja Sama Bilateral Pariwisata

Bupati Bone HA Fahsar M Padjalangi (kanan) menyerahkan cendera mata kepada Menteri Pariwisata dan Kerajinan Tangan Tunisia Mohamed Moez Belhassine, disaksikan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Sandiaga Salahuddin Uno, di paviliun Indonesia pada hari kedua Internationale Tourismus Borse (ITB) Berlin 2023 di Messe, Berlin, Jerman, Rabu (8/3/2023). Moez juga menggunakan songkok khas Bone.
Mengapa ada kekurangan perawat yang begitu besar?
Itu karena Jerman mengalami penuaan penduduk. Jumlah penduduknya menyusut, kini sekitar 82 juta. Terjadi aging society. Usia rata-rata orang Jerman itu 47 tahun. Jadi, jumlah mahasiswanya juga berkurang. Jumlah anak yang sekolah politeknik dan SMK juga berkurang. Saat ini, jumlah orang Jerman yang bersekolah di SMK dan politeknik atau vokasi hanya 1,2 juta orang dari sebelumnya 1,5 juta. Jadi, semakin turun.
Kebutuhan itu hingga 2030. Oleh karena itu, mereka melakukan perekrutan ke kawasan-kawasan lain. Kawasan yang mereka lihat sangat potensial adalah Asia Tenggara dan Meksiko.
Berarti masih banyak perawat Indonesia yang berpeluang terserap di RS-RS Jerman ke depan?
Ya. Kalau kita bisa mengirim perawat ke Jerman dalam jumlah banyak, lalu yang sudah lama di Jerman dan ingin pulang nanti bisa menularkan ilmunya. Di Indonesia, kan, mulai banyak dibangun RS internasional, keterampilan mereka akan sangat dibutuhkan.
Berapa lama waktu untuk sepenuhnya tersertifikasi?
Begitu mereka ke sini, lalu ikut proses sertifikasi selama 2 tahun. Kalau sudah proses itu, mereka sudah fully-certified dan bisa bekerja pada kerja level yang lebih tinggi. Gaji awalnya 2.100 euro (per bulan) atau paling tinggi di Uni Eropa.
Baca Juga: Indonesia Sambut Wisatawan lewat Bursa Pariwisata Terbesar Dunia ITB
Selain terkait pariwisata, industri, dan ketenagakerjaan, kerja sama apa lagi yang dijalin Indonesia-Jerman?
Kerja sama kita dengan Jerman sangat lengkap. Di bidang strategis, misalnya, sampai sekarang ada sekitar 600 perwira militer Indonesa yang sekolah di Jerman. Kita juga tengah memesan tiga kapal perang dari Jerman. Banyak alutsista (alat utama sistem pertahanan) Indonesia yang buatan Jerman.
Kemudian, dari sisi bisnis dan investasi. Terkait perdagangan, ekspor meningkat dan terus kita dorong antara lain dengan Hannover Messe.
Jumlah mahasiswa asal Indonesia di Jerman juga meningkat dan saat ini ada hampir 10.000 mahasiswa. Sekolah di Jerman itu sangat murah. Sekolah di sini, dari TK sampai S-3 sangatlah murah. Murah artinya sekitar 200 dollar AS per semester dan kualitasnya luar biasa. Ada 10 perguruan tinggi di Jerman yang sudah mendapat hadiah Nobel. Ini yang harus dilirik oleh mahasiswa asal Indonesia.
Di bidang kebudayaan, ada sekitar 20 museum di seluruh Jerman yang memiliki koleksi dari Indonesia. Bahkan, di Koln, ada satu museum terdapat rumah lumbung padi Toraja. Ini bukti hubungan kita dengan Jerman sangat baik.
Sementara dari sisi lingkungan hidup, Indonesia bersama Jerman membuat pusat penilitian mangrove dunia. Kemudian, kita mendapat investasi di lima provinsi di Indonesia, senilai Rp 40 triliun. Investasi hijau. Kita juga mendapat investasi dari Jerman, bersama-sama dengan AS dan Jepang, terkait transisi energi sebesar Rp 70 triliun. Hubungan kita dengan Jerman itu tak hanya bersifat kualitatif, tetapi bisa dikuantifikasi dengan jelas.