Sebanyak 780 Perawat Indonesia Isi Kebutuhan Perawat di Jerman
Kurangnya tenaga perawat di Jerman karena negara itu memasuki era penduduk berusia tua dengan rata-rata usia penduduk 47 tahun. Jerman diperkirakan kekurangan tenaga perawat lebih dari 300.000 orang hingga 2030.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·2 menit baca
KOMPAS/RIZA FATHONI
Perawat berjalan keluar dari ruang Unit Perawatan Intensif Anak/Pediatric Intensive Care Unit (PICU) di Pusat Kesehatan Ibu dan Anak (PKIA) Kiara RSUP Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Jumat (21/10/2022).
BERLIN, KOMPAS — Total sebanyak 780 perawat asal Indonesia telah dan akan segera mengisi kebutuhan tenaga perawat di Jerman yang diperkirakan mencapai lebih dari 300.000 orang hingga tahun 2030. Pengalaman bekerja para perawat di negara maju seperti Jerman nantinya dibutuhkan untuk menularkan ilmunya di Indonesia.
Kepala Perwakilan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Frankfurt Acep Somantri saat ditemui di Paviliun Indonesia pada Internationale Tourismus Borse atau Bursa Pariwisata Internasional Berlin 2023 di Messe, Berlin, Jerman, Kamis (9/3/2022), mengatakan, penempatan itu bagian dari program kemitraan antara pemerintah Indonesia dan Jerman.
Penandatanganan nota kesepahaman (MoU) pemerintah Indonesia dan Jerman untuk program ”Triple Win” itu dilaksanakan pada Desember 2020. ”Untuk tahap pertama, sebagai proyek percontohannya ialah perawat. Nanti bisa dikembangkan lagi terkait kebutuhan-kebutuhan tenaga profesional lainnya,” kata Acep.
Acep mengatakan, enam negara bagian di wilayah kerja KJRI Frankfurt, yakni bagian tengah sampai ke selatan Jerman, menyumbang 64 persen produk domestik bruto (PDB) Jerman. Namun, dari statistik, dari lowongan pekerjaan yang ada hanya terisi sekitar 50 persen. Dengan demikian, kesempatan bagi tenaga kerja Indonesia untuk mengisi formasi itu, termasuk perawat, terbuka lebar.
Duta Besar Indonesia untuk Jerman Arif Havas Oegroseno menjelaskan, program kemitraan itu diawali pembicaraan Indonesia dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2019 terkait diperbolehkannya Indonesia mengirim perawat untuk mengisi kebutuhan di Eropa. WHO pun lalu memberi lampu hijau.
Selanjutnya, pemerintah Indonesia dan Jerman menandatangani nota kesepahaman, diwakili kementerian ketenagakerjaan masing-masing negara. Kemudian, ada perekrutan bersama (joint recruitment) yang didasarkan pada data kebutuhan tenaga perawat di Jerman. Wawancara dan seleksi bersama pun dilakukan.
KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA
Suasana di depan Messe Berlin, Jerman, yang menjadi lokasi penyelenggaraan Internationale Tourismus Borse (ITB) atau Bursa Pariwisata Internasional Berlin 2023, Selasa (7/3/2023). ITB Berlin 2023, yang merupakan pameran bisnis pariwisata terbesar di dunia, dilaksanakan 7-9 Maret 2023.
”Semua proses rekrutmen dilakukan bersama dengan standar Jerman. Yang lulus, tahun lalu (2022) sekitar 180 orang dan tahun ini 600 orang. Sebagian sudah datang ke Jerman dan diterima langsung pihak rumah sakit maupun Kementerian Ketenagakerjaan Jerman. Yang lain tinggal berangkat karena ini bertahap,” ujar Havas, panggilan akrab Arif.
Havas menambahkan, persoalan yang dihadapi para pekerja asal Indonesia ialah bahasa. Sebab, perlu waktu sekitar satu tahun bagi para lulusan politeknik kesehatan asal Indonesia untuk belajar bahasa Jerman hingga memenuhi standar B1. Oleh karena itu, kerja sama juga dijalin terkait penyediaan guru-guru bahasa Jerman oleh Pemerintah Jerman.
Kurangnya tenaga perawat di Jerman, menurut Havas, karena negara itu memasuki era penduduk berusia tua atau aging society, dengan rata-rata usia penduduk 47 tahun. Jumlah siswa sekolah menengah kejuruan dan mahasiswa perguruan tinggi di Jerman pun berkurang. Kebutuhan tenaga perawat di Jerman hingga 2030 ialah 300.000 orang, bahkan, kata Havas, terus meningkat dan diperkirakan akan menjadi 500.000 orang.
”Kalau kita bisa mengirim perawat ke Jerman dalam jumlah banyak, nanti mereka bisa menularkan ilmunya saat pulang ke Indonesia. Apalagi, di Indonesia juga, kan, mulai banyak dibangun rumah sakit internasional sehingga keterampilan mereka akan sangat dibutuhkan,” ujar Havas.
KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno (tengah) didampingi, antara lain, Duta Besar RI untuk Republik Federal Jerman Arif Havas Oegroseno bersiap menggunting pita di depan paviliun Indonesia pada hari pertama Internationale Tourismus Borse atau Bursa Pariwisata Internasional Berlin di Messe, Berlin, Jerman, Selasa (7/3/2023).
KEK Sanur
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mengemukakan, salah satu fokus sektor pariwisata ialah penciptaan 4,4 juta lapangan kerja baru dan berkualitas pada tahun 2024. Di sisi lain telah ditetapkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sanur di Bali sebagai KEK kesehatan dan pariwisata.
Terserapnya tenaga perawat Indonesia di Jerman juga berkorelasi dengan hal itu. ”Nantinya diharapkan diaspora-diaspora kembali ke Indonesia setelah mendapat pengalaman menangani kesehatan di negara maju seperti Jerman. Sebab, kita baru membuka KEK wisata kesehatan di Sanur dan SDM-nya masih kurang,” katanya.
Pengembangan KEK kesehatan dan pariwisata itu menjadi peluang besar bagi Indonesia. ”Setiap tahun, 11 miliar dollar AS dibelanjakan warga negara Indonesia untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di luar negeri, termasuk Jerman. Ini sangat besar,” ujar Sandiaga.