Ekspor dan investasi terkait nikel melonjak pesat dalam beberapa tahun terakhir. Indonesia perlu mengoptimalkan cadangan nikel yang besar dan permintaan nikel global yang tengah melonjak,
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·4 menit baca
SUPRIYANTO
Ilustrasi pertambangan
JAKARTA, KOMPAS — Kebijakan pemerintah untuk fokus mendorong hilirisasi nikel mulai membuahkan hasil dalam mendorong perekonomian daerah dan nasional. Ekspor produk nikel dan investasi sektor ini melonjak pesat dalam beberapa tahun terakhir. Dengan cadangan nikel terbesar di dunia, hilirisasi nikel jadi krusial agar Indonesia bisa mengambil kesempatan masuk dalam rantai pasok pengembangan kendaraan listrik dunia.
Direktur Hilirisasi Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Hasyim Daeng Barang menjelaskan, kebijakan pemerintah fokus mendorong hilirisasi nikel telah membuahkan hasil. Hal ini tecermin dari adanya lonjakan ekspor produk nikel dan investasi di sektor logam dasar saat ini dibandingkan dengan sebelum kebijakan ini.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) yang telah diolah BKPM, nilai ekspor produk nikel pada 2017 sebesar 3,3 miliar dollar AS. Pada 2022 melonjak hampir sepuluh kali lipat lebih besar menjadi 29 miliar dollar AS.
Lonjakan juga tercatat pada aspek investasi. Pada 2022 investasi di sektor Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya mencapai Rp 171,2 triliun dan membawa sektor ini menjadi nomor satu dalam hal catatan investasi terbanyak. Angka ini bertumbuh nyaris tiga kali lipat dibandingkan dengan 2019 yang sebesar Rp 61,9 triliun. Saat itu investasi di sektor ini masih berada di posisi keempat sektor investasi terbanyak.
Hasyim menjelaskan, kebijakan hilirisasi dimulai dengan pelarangan ekspor nikel pada 2020. Di saat yang sama, pemerintah menarik investor untuk membangun smelter pengolahan nikel agar bisa meningkatkan nilai tambah dari produk nikel yang telah diolah.
”Melalui program hilirisasi sumber daya alam, kami berharap Indonesia jadi negara pengekspor komoditas bernilai tambah tinggi,” ujar Hasyim dalam HSBC Investment Forum 2023 bertajuk ”Accelerating Indonesia’s Ambition to be the World’s Largest EV Supply Chain Hub”, di Jakarta, Rabu (8/3/2023).
Hilirisasi nikel yang telah berhasil mendorong pertumbuhan ekonomi juga diungkapkan dalam studi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) berjudul ”Dampak Investasi Sektor Pertambangan terhadap Kinerja Perekonomian Nasional dan Regional” yang dirilis pada Selasa (7/3/2023). INDEF mencatat ada empat provinsi penghasil nikel terbesar di Indonesia yang mengalami peningkatan realisasi investasi di sektor hilir. Empat provinsi itu adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara.
”Sulawesi Selatan dapat menjadi salah satu contoh pengelolaan nikel di Indonesia. Riset kami menyimpulkan bahwa terlepas dari produksi bijih nikel yang lebih rendah dibandingkan dengan daerah lain, dampak ekonomi dari per satuan nikel yang diolah memberikan dorongan dan kontribusi lebih tinggi terhadap produk domestik bruto daerahnya. Hal ini terjadi karena di provinsi ini pertambangn nikel sudah pada tingkat hilirisasi,” ucap Rizal Taufikurahman, ekonom INDEF, yang mengetuai tim riset ini.
Pada 2022, Sulawesi Selatan telah mengolah 2,6 juta ton bijih nikel dan membuka lapangan kerja baru hingga 36.207 orang. Adapun Maluku Utara telah mengolah 34,9 juta ton bijih besi, tertinggi di antara tiga provinsi lainnya, dengan pembukaan lapangan pekerjaan untuk 8.939 orang.
Menurut studi ini, salah satu kesimpulan yang didapatkan INDEF adalah dampak investasi sektor pertambangan yang disertai dengan hilirisasi terbukti memiliki dampak yang positif dalam meningkatkan kegiatan perekonomian, baik di daerah penghasil tambang maupun nasional. Kegiatan investasi merupakan salah satu bentuk strategi yang efektif dan relevan dalam memanfaatkan kekayaan alam Indonesia untuk kemakmuran dan menyejahterakan rakyat.
Peluang
Vice President Metals and Mining Research Wood Mackenzie Robin Griffin mengatakan, dengan cadangan nikel 21 juta ton, Indonesia menjadi negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia. Peneliti dari firma riset mineral yang berkantor pusat di Inggris ini menyebutkan, kekayaan nikel ini adalah peluang yang sangat besar bagi perekonomian Indonesia untuk bergerak maju.
Ia menjelaskan, kebutuhan akan nikel dan produk turunannya di pasar dunia sedang meningkat pesat. Hal ini tak lain disebabkan makin meningkatnya tren produksi kendaraan listrik di seluruh dunia. Dalam produksi kendaraan listrik, lanjut Robin, dibutuhkan komponen yang merupakan produk turunan nikel. Pada saat yang sama, dunia pun sedang bergerak menuju era emisi nol yang mesti dicapai beberapa dekade ke depan.
”Keinginan mencapai emisi nol ini ingin dicapai melalui pengembangan kendaraan listrik. Nah, ini memerlukan bahan baku produk nikel. Inilah peluang Indonesia karena bisa menjawab kebutuhan rantai pasok global,” ujar Robin.
Hal senada dikemukakan oleh Global Head of Mining and Metal HSBC Global Banking Michael Willoughby. Ia mengatakan, dirinya sudah berkeliling dunia dan mencatat fenomena kenaikan permintaan bahan logam dasar, khususnya nikel. Dengan mengantongi cadangan nikel terbesar dunia, Indonesia berpeluang menjadi pemain global rantai pasok kendaraan listrik ke depan.
KOMPAS/BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
Global Head of Mining and Metal HSBC Global Banking Michael Willoughby (paling kanan) saat diskusi HSBC Investment Forum 2023 bertajuk “Accelerating Indonesia’s Ambition to be the World’s Largest EV Supply Chain Hub”, di Jakarta, Rabu (8/3/2023). Michael ditemani Chief Investment Indonesia Investment Authorithy (INA) Stefanus Ade Hadiwidjaja (kiri), Senior Vice President Finance and Portfolio Management Indonesia Battery Corporation Yunan Fadjar Arianto (kedua dari kiri), dan Vice President CNGR Advanced Material Co.,Ltd Dani Widjaja (kedua dari kanan).
Presiden Direktur dan CEO PT Bank HSBC Indonesia Francois de Maricourt mengatakan, pihaknya sejalan dengan visi pemerintah untuk mendorong perekonomian melalui hilirisasi nikel dan pengembangan ekosistem kendaraan listrik. Pihaknya siap mendukung dari sisi pembiayaan yang dibutuhkan untuk membantu perekonomian Indonesia lebih maju dan mencapai emisi nol pada 2060.
Senior Vice President Finance and Portfolio Management Indonesia Battery Corporation Yunan Fadjar Arianto menjelaskan, pemerintah sadar betul peluang dan potensi besar yang dimiliki Indonesia. Maka, pemerintah pun membentuk perusahaan yang merupakan gabungan dari MIND ID (perusahaan induk BUMN sektor pertambangan), Antam, Pertamina, dan PLN. ”Kami mewakili Indonesia untuk ikut partisipasi dalam peluang ini,” ujar Yunan.
Vice President CNGR Advanced Material Co.,Ltd Dani Widjaja menjelaskan, perusahaannya adalah pemain besar produk turunan nikel dunia. Melihat potensi Indonesia, pihaknya sudah mengoperasikan pabrik pengolahan di Morowali pada Oktober 2022.
Chief Investment Indonesia Investment Authorithy (INA) Stefanus Ade Hadiwidjaja menyadari, transisi energi memerlukan investasi yang sangat besar. Pihaknya pun menjajaki berbagai kemungkinan untuk mengundang investasi masuk untuk mendanai transisi energi.