Teman kerja tak terasa telah menjadi teman hidup karena bertahun-tahun waktu kita bersama mereka. Ketika pandemi muncul, kita langsung merasa kehilangan teman untuk tertawa bersama, berbagi cerita, dan tentu berbagi beban kerja, karena harus bekerja dari rumah. Setelah pandemi, beberapa perusahaan mulai kembali pulih. Akan tetapi, sesuatu yang menjadi ancaman bagi perusahaan adalah relasi kerja yang berubah. Keadaan ini bisa menjadi masalah besar bagi perusahaan.
Perubahan dalam relasi kerja bisa menjadi indikator perubahan dalam kinerja tim. Banyak karyawan masih berharap mendapatkan fleksibilitas pekerjaan dari luar kantor sehingga tidak sedikit yang menolak keharusan untuk menghabiskan lebih banyak waktu di kantor. Keadaan ini mengharuskan pemimpin di dalam tim mampu memahami kerja hibrida yang menggabungkan waktu di kantor dengan pekerjaan yang dilakukan di luar kantor.
Salah satu yang berubah dalam pola baru pada pekerjaan adalah ikatan jaringan. Penelitian menunjukkan bahwa perpindahan ke sistem kerja hibrida telah mengurangi beberapa koneksi karyawan ke jaringan mereka di tempat kerja. Padahal, menurut sebuah tulisan di Fast Company, studi menunjukkan ikatan jaringan ini memainkan peran besar dalam inovasi, keseimbangan kehidupan kerja, kepuasan kerja, dan produktivitas. Dalam konteks ini, relasi antarkaryawan ini sangat penting bagi perusahaan.
Ikatan jaringan ini memainkan peran besar dalam inovasi, keseimbangan kehidupan kerja, kepuasan kerja, dan produktivitas.
Relasi antarteman di dalam perusahaan telah lama menjadi bahan riset. Awalnya, riset berdasarkan peran pertemanan di dalam hidup yang ternyata menumbuhkan rasa cinta, merasa sehat, dan membuat umur lebih panjang. Chief Human Resources Officer World Economic Forum Paolo Gallo mengatakan, riset dari Harvard Medical School dengan mengambil data periode 1939-1944 menyebutkan, sesuatu yang membuat kita bahagia adalah hubungan yang langgeng dan positif dengan orang-orang di sekitar kita, yaitu orang yang kita cintai dan hormati. Hidup dalam hubungan yang negatif atau beracun memiliki efek buruk pada kesehatan, kebahagiaan pribadi, dan harapan hidup kita.
Gallo mengatakan, saat bekerja, kita menghabiskan setidaknya 40 jam per minggu dengan orang lain. Rekan kerja kita bukanlah rekan kita di setiap bidang kehidupan kita. Akan tetapi, hubungan positif di tempat kerja, berdasarkan rasa hormat, kerja sama, dan kepercayaan, sangat penting untuk kebahagiaan kita.
Kita harus menginternalisasi bahwa jaringan ini tidak berfungsi ketika kita terlibat dengan orang hanya ketika kita membutuhkan sesuatu dari mereka. Kita harus terus-menerus memberikan waktu, perhatian, rasa hormat, dan bantuan kita.
Baca juga : Individu di Dalam Bisnis
Kita sangat menyadari orang-orang yang kehilangan ketenangan bekerja di tempat kerja yang beracun diresapi oleh energi negatif. Meskipun terkadang kita tidak dapat secara dramatis mengubah apa yang terjadi di kantor, kita dapat mengubah cara kita berhubungan dengannya.
Sebagai alternatif, kita dapat menyanyikan lagu The Clash, ”Haruskah saya tinggal atau haruskah saya pergi?” Kita mengambil jeda dan merenungkan pertanyaan ini. ”Suatu kali saya mengundurkan diri dari suatu peran dan merasa seolah-olah saya meninggalkan Chernobyl,” kata Gallo dalam artikel itu.
Akan tetapi, lebih dari soal kehangatan dan kebahagiaan, relasi yang berkurang atau melemah di tempat kerja ternyata juga bisa memunculkan masalah besar bagi perusahaan. Studi yang dilakukan Jobstage di Amerika Serikat menyebutkan, kerja secara hibrida telah menghilangkan 33 persen kawan kerja dan 84 persen orang mengaku memiliki masa sulit untuk menjalin pertemanan selama bekerja dari luar kantor. Situasi ini menyebabkan sejumlah karyawan kesepian. Mereka mungkin bisa bertemu secara daring, tetapi pasti ada yang hilang.
Kerja secara hibrida telah menghilangkan 33 persen kawan kerja dan 84 persen orang mengaku memiliki masa sulit untuk menjalin pertemanan selama bekerja dari luar kantor.
Studi yang dilakukan oleh Melanie S Brucks dan Jonathan Levav dalam jurnal Nature menyatakan bahwa komunikasi virtual selama pandemi dengan menggunakan konferensi video menghambat produksi ide kreatif. Riset mereka berdasarkan ukuran tatapan mata, ingatan, serta analisis semantik. Mereka menunjukkan bahwa konferensi video menghambat pembuatan ide karena mendorong orang memfokuskan diri pada layar. Hal ini mendorong fokus kognitif yang lebih sempit. Hasil riset mereka menunjukkan bahwa interaksi virtual harus disertai dengan beban kognitif untuk menghasilkan ide kreatif.
Sementara interaksi langsung memengaruhi inovasi yang bergantung pada penciptaan ide kolaboratif sebagai landasan kemajuan komersial ataupun ilmiah. Kedekatan fisik menyebabkan orang mudah menghasilkan ide serta dengan gampang membagikan pengetahuan.
Contoh paling sederhana adalah orang-orang yang bertemu dengan konsumen di luar kantor biasanya akan mendapat ide lebih banyak dibandingkan mereka yang lebih banyak duduk di kantor. Perusahaan kerap merotasi mereka agar karyawan lebih banyak bertemu dengan pihak luar agar ide makin kaya.
Ikatan tim yang kuat dibangun di atas saluran informasi yang kuat dan norma yang dikembangkan dengan baik untuk berkomunikasi dan berkoordinasi.
Meski demikian, kerja hibrida tak terelakkan. Apa yang bisa dilakukan oleh pemimpin perusahaan? Tulisan di Fast Company di atas menyarankan, ketika karyawan tidak sering bersama secara fisik, ikatan tim harus dipupuk dengan sengaja. Pemimpin perusahaan dapat membantu memperkuat ikatan tim dengan menyampaikan minat dan dukungan mereka untuk anggota tim, termasuk minat dalam kehidupan pribadi mereka.
Pemimpin juga dapat mendorong diskusi tim tentang proses, ekspektasi, dan cara bekerja lebih efektif sebagai kelompok, sambil menyampaikan bahwa tim dapat mengatasi tantangan ini bersama. Mereka harus mendorong karyawan tetap berkomunikasi. Ikatan tim yang kuat dibangun di atas saluran informasi yang kuat dan norma yang dikembangkan dengan baik untuk berkomunikasi dan berkoordinasi.