Volume dan Harga Batubara Naik, Adaro Pecahkan Rekor Laba Bersih
PT Adaro Energy Tbk membukukan laba bersih 2,49 miliar dollar AS sepanjang tahun lalu. Angka itu melonjak 167 persen dibandingkan laba bersih tahun 2021. Kenaikan harga batubara menunjang capaian tersebut.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kenaikan harga dan volume penjualan batubara sepanjang tahun 2022 dirasakan oleh emiten pengelola tambang batubara. PT Adaro Energy Tbk, misalnya, membukukan rekor laba bersih pada tahun lalu.
Adaro mencetak laba bersih sebesar 2,49 miliar dollar AS atau Rp 38,09 triliun. Laba bersih ini melonjak 167 persen dibandingkan dengan perolehan pada tahun 2021 yang sebesar 933,49 juta dollar AS.
Kenaikan laba bersih ini ditopang oleh kenaikan pendapatan usaha yang naik 103 persen, yakni dari 3,99 miliar dollar AS menjadi 8,10 miliar dollar AS atau Rp 123,8 triliun.
”Lonjakan kinerja keuangan ini didorong oleh kenaikan volume penjualan maupun harga jual rata-rata atau average selling price (ASP). Adaro mencatat rekor kinerja tertinggi dalam tahun yang mengejutkan untuk industri ini. Pendapatan naik lebih dua kali lipat menjadi 8,1 miliar dollar AS berkat operasi yang baik dan efisien serta dukungan dari kenaikan harga jual produk kami,” tutur Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk Garibaldi Thohir, Jumat (3/3/2023).
Sepanjang 2022, produksi batubara Adaro mencapai 62,8 juta ton, lebih tinggi dari target sebesar 58 juta ton-60 juta ton. Angka itu naik 19 persen dari produksi pada tahun 2021 yang mencapai 52,7 juta ton. Kinerja ini juga mendongkrak kenaikan royalti dan pajak yang disetorkan kepada pemerintah, yakni dari 893 juta dollar AS menjadi 2,87 miliar dollar AS.
Sementara itu, pada Jumat (3/3/2023) ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) telah membuka kembali perdagangan efek PT Waskita Karya Tbk. Perdagangan saham emiten itu dihentikan sementara sejak 16 Februari 2023. Penghentian itu terkait dengan penundaan pembayaran kupon bunga obligasi Waskita Karya. Ketika dibuka kembali, harga saham Waskita Karya langsung melorot turun 6,9 persen menjadi Rp 324 per saham.
Manajemen Waskita Karya telah mendapatkan persetujuan dari para pemegang obligasi untuk menunda pembayaran kupon bunga. Dengan demikian, Waskita Karya memiliki waktu untuk menata kembali kas yang diperlukan untuk kebutuhan operasional.
Bursa Efek Indonesia membuka kembali perdagangan efek PT Waskita Karya Tbk pada Jumat (3/3/2023).
Pada akhir pekan ini, BEI juga kedatangan satu emiten baru, yakni PT Berdikari Pondasi Tbk, yang menjadi emiten ke-22 pada tahun 2023. Perseroan yang didirikan pada tahun 1984 ini bergerak di bidang fondasi, perbaikan tanah, konstruksi dermaga, pengangkatan berat, dan penyewaan crane.
Setelah masuk bursa, Berdikari menargetkan pertumbuhan laba bersih 18 persen pada tahun 2023, yakni senilai Rp 99 miliar. Menurut Direktur Berdikari Pondasi Tan Franciscus, pada tahun lalu Berdikari memperoleh pendapatan Rp 476 miliar.