Harga pertamax naik dari Rp 12.800 per liter menjadi Rp 13.300 per liter dan harga turbo naik dari Rp 14.850 per liter menjadi Rp 15.100 per liter. Adapun harga dex dan dexlite turun.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Pertamina (Persero) menyesuaikan harga bahan bakar minyak nonsubsidi jenis pertamax, pertamax turbo, pertamina dex, dan dexlite yang berlaku mulai Rabu (1/3/2023). Harga pertamax dan turbo naik, sedangkan harga dex dan dexlite turun. Penyesuaian itu dipengaruhi antara lain perkembangan tren harga minyak mentah dunia.
Dikutip dari situs Pertamina, untuk wilayah Aceh, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT), misalnya, harga pertamax naik sebesar 3,9 persen, dari Rp 12.800 per liter menjadi Rp 13.300 per liter. Adapun turbo naik sebesar 1,7 persen, dari Rp 14.850 per liter menjadi Rp 15.100 per liter.
Sementara itu, harga pertamina dex turun sebesar 5,9 persen, dari Rp 16.850 per liter menjadi Rp 15.850 per liter, sedangkan harga dexlite turun sebesar 7,4 persen, dari Rp 16.150 per liter menjadi Rp 14.950 per liter. Adapun pertalite dan biosolar, yang merupakan jenis BBM kompensasi dan subsidi, tidak mengalami perubahan harga.
Sekretaris Perusahaan PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting, Rabu, menjelaskan, penyesuaian berkala harga BBM jenis BBM umum mengacu pada regulasi Keputusan Menteri ESDM Nomor 245.K/MG.01/MEM.M/2022 tentang Formula Harga Dasar dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis BBM Umum Jenis BBM dan Minyak Solar.
”Penyesuaian harga mengacu mengacu pada rata-rata MOPS (Means of Platts Singapore) pada periode 25 Januari 2023 hingga 24 Februari 2023,” ujar Irto. MOPS ialah harga rata-rata yang terbentuk dari serangkaian harga produk minyak berbasis di Singapura, yang dipublikaskan oleh Platts.
Ia menambahkan, harga BBM Pertamina juga mempertimbangkan sejumlah aspek lain, seperti harga minyak mentah dan nilai tukar mata uang. Itu agar tetap dapat menjamin keberlangsungan penyediaan dan penyaluran BBM hingga ke seluruh pelosok Tanah Air. ”Serta tetap mempertimbangkan daya beli masyarakat,” ucapnya.
Berdasarkan catatan Trading Economics, harga minyak mentah jenis brent per 28 Februari 2023 sebesar 83 dollar AS per barel atau meningkat dari 22 Februari yang 80 dollar AS per barel. Kendati berfluktuasi, sejak awal 2023 dinamika harga minyak relatif selalu berada pada kisaran 80-87 dollar AS per barel.
Sebelumnya, pengamat ekonomi energi yang juga dosen Departemen Ekonomika dan Bisnis Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Fahmy Radhi, mengatakan, fluktuasi harga minyak di dunia berlangsung harian. Oleh karena itu, harga BBM nonsubsidi harus sesuai dengan angka keekonomian.
Ia pun menilai rencana yang sempat dicetuskan Menteri BUMN Erick Thohir untuk mengevaluasi harga pertamax setiap pekan tepat. ”Jadi, agar Pertamina juga fair, saat harga minyak mentah naik, harga (pertamax) naik dan saat harga minyak turun, (pertamax) ikut turun,” kata Fahmy.
Sementara itu, peneliti Pusat Studi Hukum Energi dan Pertambangan (Pushep), Akmaluddin Rachim, Rabu, menilai, penyesuaian harga BBM juga perlu dilakukan terhadap BBM nonsubsidi, yakni pertalite dan solar, yang harganya ditentukan pemerintah. Selama ini ada kecenderungan harga BBM lambat untuk diturunkan kembali saat tren harga minyak turun.
Subsidi tepat
Mengenai perkembangan Program Subsidi Tepat, yakni pendataan pelanggaan BBM bersubsidi Pertamina, hingga akhir Februari 2023 telah mencapai lebih dari 5 juta unit kendaraan (roda empat ke atas). Itu meliputi 54 persen untuk kendaraan pertalite dan 46 persen untuk kendaraan solar subsidi (biosolar).
Irto, melalui keterangan tertulis pada Selasa (28/2/2023), menuturkan, khusus pengguna pertalite, sebanyak 80 persen merupakan pengguna pribadi dan sisanya kendaraan umum. Sementara untuk solar, komposisinya relatif seimbang antara pengguna pribadi dan kendaraan umum.
Program Subsidi Tepat sudah dimulai bertahap sejak Juli 2022. Lewat program itu, penyaluran BBM bersubsidi diharapkan lebih terpantau dan hanya dinikmati warga yang berhak. Pendataan dilakukan sambil menunggu revisi Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak.
”Saat ini, Pertamina Patra Niaga terus melakukan sosialisasi dan edukasi mengenai tata cara pendaftaran, serta menguji coba kesiapan verifikasi QR code. Kami juga terus memantau perkembangan revisi Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014 yang menjadi regulasi acuan penetapan penyaluran BBM bersubsidi,” kata Irto.
Irto menambahkan, selain melalui laman Subsiditepat.mypertamina.id dan menu Subsidi Tepat di aplikasi MyPertamina, titik pendaftaran program Subsidi Tepat secara luring terus ditambah. Kini, sudah ada lebih dari 1.300 titik pendaftaran secara luring. Pihaknya memastikan proses verifikasi berjalan dengan maksimal sehingga prosesnya bisa tepat waktu.
Sebelumnya, dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR RI, di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (14/2/2023), Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengatakan, percepatan penerbitan revisi Perpres No 191/2014 mendesak. Itu penting untuk pengendalian konsumsi BBM bersubsidi sehingga kuota yang sudah ditetapkan tidak jebol.
Ia menambahkan, penyampaian permohonan izin prakarsa penyusunan perpres tersebut, tercakup kajian, telah disampaikan Kementerian ESDM kepada Kementerian Sekretariat Negara. Rapat klarifikasi terkait permohonan izin prakarsa juga sudah dilakukan pada 31 Januari 2023. Adapun hingga 14 Februari 2023, Kementerian ESDM masih menunggu persetujuan Sekretariat Negara.