Harga Beras Masih Tinggi, Harga Gabah Anjlok
Selain faktor cuaca tersebut, penurunan harga GKP di tingkat petani juga dinilai turut dipicu meluasnya areal panen serta pemberlakuan harga batas atas dan bawah gabah dan beras oleh pemerintah.

Buruh borongan meninggalkan sawah saat memanen padi karena turun hujan di kawasan Karang Dungan, Kecamatan Tangkil, Sragen, Jawa Tengah, Rabu (1/3/2023).
SRAGEN, KOMPAS — Tingginya harga beras masih menjadi penyumbang utama inflasi hingga bulan lalu. Namun, harga gabah kering panen di tingkat petani justru makin anjlok.
Curah hujan yang tinggi membuat harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani turun. Selain faktor cuaca, penurunan harga gabah juga dinilai turut disebabkan oleh meluasnya area panen serta pemberlakuan harga batas atas dan bawah gabah dan beras yang ditetapkan pemerintah.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, tingkat inflasi bulanan dan tahunan pada Februari 2023 masing-masing 0,16 persen dan 5,47 persen. Andil beras terhadap inflasi mencapai 0,08 persen secara bulanan dan 0,32 persen secara tahunan.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini, dalam konferensi pers, Rabu (1/3/2023), menjelaskan, curah hujan yang tinggi sepanjang Februari 2023 membuat kualitas gabah menurun. Hal ini menyebabkan penggilingan harus mengeluarkan ongkos produksi lebih tinggi dibandingkan produksi sebelumnya. ”Ada kenaikan ongkos produksi yang dibebankan pada harga jual di tingkat penggilingan,” ujarnya.
Ada kenaikan ongkos produksi yang dibebankan pada harga jual di tingkat penggilingan.
Baca juga: Kerugian Mengintai Petani Jelang Panen Raya

Sejak Senin (27/2) hingga Rabu (1/3), hujan terjadi di sejumlah sentra padi di Jawa Barat dan Jawa Tengah, antara lain, di Cikarang, Karawang, Subang, Indramayu, Pekalongan, Semarang, dan Sragen. Sejumlah areal persawahan di wilayah itu, seperti di Cikarang, Karawang, dan Subang, juga terendam banjir.
Pada Rabu (1/3), hujan mengguyur beberapa daerah di Sragen, Jateng. Di Desa Pelem Gadung, Kecamatan Karangmalang, Kabupaten Sragen, misalnya, para buruh tani berupaya menyelesaikan panen sebelum hujan. Seorang penebas dan pedagang gabah, Jumangin (48), bolak-balik menelepon rekannya di areal persawahan lain untuk mengecek apakah hujan atau tidak. Di area lain, saat hujan, sejumlah buruh tani tetap memanggul hasil panen ke mesin penggiling gabah.
Harga anjlok
Berdasarkan data BPS, selama Februari 2023, harga rata-rata GKP di tingkat petani Rp 5.711 per kilogram, turun 2,16 persen secara bulanan. Sementara harga rata-rata gabah kering giling (GKG) turun 0,99 persen menjadi Rp 6.438 per kg. Adapun harga beras kualitas medium di penggilingan Rp 11.301,00 per kg atau naik 4,62 persen secara bulanan dan 20,75 persen secara tahunan.
Di Sragen, harga GKP di tingkat petani anjlok dari Rp 5.900 per kg menjadi Rp 4.200 per kg dua pekan terakhir. Harga GKP di Sragen itu jauh di bawah harga GKP di Karawang dan Indramayu, Jabar, yang tak tergenang banjir, yakni di kisaran Rp 4.500-Rp 4.800 per kg.
Baca juga: Pengadaan Cadangan Beras Pemerintah Terhambat

Buruh borongan asal Ngawi memanen padi di kawasan Karang Dungan, Kecamatan Tangkil, Sragen, Jawa Tengah, pada musim panen raya yang pertama, Rabu (1/3/2023). Harga gabah kering panen di tingkat petani Sragen dalam dua pekan terakhir ini anjlok dari Rp 5.900 menjadi Rp 4.200 per kg.
Berdasarkan Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan, per 1 Maret 2023, harga rata-rata nasional beras medium mencapai Rp 11.900 per kg. Harga tersebut naik 3,48 persen secara bulanan dan 14,42 persen secara tahunan.
Mulyadi (58), petani Desa Kedawung, Kecamatan Kedawung, Sragen, menyatakan, gabah miliknya hanya laku Rp 4.200 kg. Padahal, beberapa waktu lalu, harga GKP masih Rp 5.200 per kg. Petani penyewa lahan seluas 3.500 meter persegi itu hanya mampu menjual hasil panenannya Rp 9 juta. Kalau harga GKP tidak anjlok, ia bisa mendapat penghasilan lebih di atas Rp 10 juta dari lahan yang ia sewa.
”Padahal, biaya sewa lahan sudah naik jadi Rp 7 juta untuk dua kali tanam. Harga pupuk juga naik dua kali lipat,” kata Mulyadi, yang mengaku tidak memiliki Kartu Tani.
Jumangin menyatakan, harga GKP di tingkat petani memang turun drastis dari Rp 5.900 per kg menjadi Rp 4.200 per kg. Hal itu terjadi lantaran pabrik dan penggilingan beras tidak lagi membeli dengan harga tinggi karena ada pemberlakuan batas atas dan bawah harga pembelian gabah dan beras yang ditetapkan pemerintah.
Baca juga: Waspadai Dampak Cuaca pada Produksi Beras

Selain itu, hujan yang kerap terjadi juga membuat harga gabah turun. Saat musim hujan seperti ini, ia membeli GKP petani Rp 4.200-Rp 4.250 per kg dan menjualnya ke penggilingan Rp 4.500-Rp 4.550 per kg. ”Sebelumnya, harga GKP di Sragen tahun ini Rp 5.900 per kg. Hal itu terjadi lantaran ada pabrik beras besar yang mau membeli dari penebas Rp 6.300 per kg,” kata Jumangin.
Oleh karena hujan, Mutin (50), petani di Desa Pelem Gadung, mengatakan langsung menjual gabah dan tidak mengeringkannya. Dia juga mengeluhkan anjloknya harga GKP dari sekitar Rp 6.000 per kg menjadi Rp 4.000 per kg.
Bergantung cuaca
Tak hanya merugikan petani, curah hujan tinggi juga menjadi penghambat realisasi produksi beras pada Januari-April 2023. Pudji menyatakan, realisasi luas panen serta produksi gabah kering giling dan beras bergantung cuaca pada Februari 2023.
Data BPS menunjukkan, potensi luas panen pada Januari-April 2023 mencapai 4,51 juta hektar atau meningkat 2,13 persen dari periode sama tahun sebelumnya. Imbasnya, produksi beras pada Januari-April 2023 diperkirakan naik 0,56 persen menjadi 13,79 juta ton.
Baca juga: Pengadaan Cadangan Beras Pemerintah Terhambat

Padahal, jika ditinjau tiap bulan, luas panen dan produksi beras yang lebih tinggi dibanding tahun lalu hanya terjadi pada Februari 2023. Pada Februari 2023, potensi luas panen mencapai 1,2 juta hektar dan produksi beras 5,68 juta ton. Tiga bulan lainnya justru lebih rendah dibanding tahun 2022.
Pada Januari 2023, potensi luas panen tercatat 450.000 hektar dan produksi beras 1,33 juta ton. Padahal, pada Januari 2022 realisasi luas panen dan produksi beras bisa 470.000 hektar dan 1,42 juta ton.
Bahkan, pada periode panen raya padi, yakni Maret-April 2023, perkiraannya lebih rendah dibanding realisasi tahun 2021 dan 2022. Produksi beras pada Maret-April 2023 diperkirakan 8,78 juta ton, sedangkan realisasinya pada periode sama pada 2021 dan 2022 masing-masing mencapai 10,05 juta ton dan 9,94 juta ton.
Sementara itu, mantan Wakil Kepala Bulog sekaligus Sekretaris Menteri Negara Pangan 1993-1999, Sapuan Gafar, memperkirakan, waktu panen pada 2023 tidak bersamaan. Jawa Timur bagian utara dan Jateng akan panen lebih dahulu, lalu disusul Jabar. Jatim bagian selatan baru diperkirakan panen pada April 2023.
Curah hujan tinggi berimbas pada banjir di persawahan. Dampak banjir disikapi oleh pemerintah. Melalui keterangan pers, Rabu (1/3), Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo meninjau area sawah yang terdampak banjir di Desa Sukabakti, Kecamatan Tambelang, Kabupaten Bekasi, Jabar.

Buruh tani memanen padi di lahan sawah yang terendam banjir di kawasan Rorotan, Jakarta Utara, Rabu (4/1/2023). Agar tidak terendam air, padi yang telah dipotong diletakkan di dalam terpal yang telah dibentuk menyerupai perahu.
Saat meninjau lahan itu, Syahrul mengatakan, dampak banjir pada sawah perlu ditangani dengan mendatangkan lebih banyak pompa pembuangan air. Dengan demikian, debit genangan pada sawah dapat dikurangi.
Jika air sudah surut, Syahrul meminta petani mempertahankan tanaman padi yang tersisa. ”Kalau sudah rusak parah, kita harus segera tanam ulang. Nanti Kementerian Pertanian akan siapkan perlengkapan dan alat mesin pertaniannya,” katanya.
Berdasarkan pantauan Kompas di wilayah utara Jabar, sejumlah areal persawahan tergenang banjir, antara lain di Pasirtanjung, Cikarang, Kabupaten Bekasi, serta di sejumlah desa di Kecamatan Banyusari, Kabupaten Karawang.
Banjir juga melanda persawahan di Jateng. Dinas Pertanian dan Perkebunan Jateng mendata, luas sawah tergenang banjir pada Januari 2023 mencapai 4.067 hektar. Data Kementerian Pertanian menunjukkan lahan sawah di Indonesia yang terkena banjir sepanjang Januari-Februari 2023 mencapai 63.275 hektar.