Hierarki memungkinkan kecerdasan dan kreativitas manusia berkembang di dalam skala yang lebih besar. Ide dan kreativitas bisa terwujud menjadi produk dan layanan yang bisa menjangkau lebih banyak orang.
Oleh
ANDREAS MARYOTO
·3 menit baca
KOMPAS/AYU PRATIWI
Dari kiri ke kanan, Aria Ghana (perwakilan komunitas 501st Garuda Garrison Indonesia), Clair Deevy (Direktor Program Kebijakan Facebook), dan Tidar Rachmadi (Co-Founder SabangMerauke).
Perusahaan sebesar Meta yang dulu dikenal dengan nama Facebook melihat bahwa hierarki yang ada sudah tertinggal. Ada beberapa hal yang dirasakan diputuskan terlalu lama hingga mereka melihat hierarki harus mula diubah. Mereka tengah mencari bentuk perintah-kontrol yang pas. Perubahan teknologi, pandemi, dan perubahan kultur menjadi pendorong perusahaan untuk mulai memikirkan ulang hierarki yang ada.
Beberapa waktu lalu, CEO Meta Mark Zuckerberg saat pertemuan manajemen dengan investor, media, dan pihak lainnya mengatakan bahwa perusahaan berencana terus menahan biaya setelah melakukan sejumlah analisis. Dia menjanjikan tahun ini sebagai ”Tahun Efisiensi” dan mengatakan bahwa Meta akan lebih proaktif dalam memotong berbagai hal dengan dengan prioritas rendah dan juga peran dengan kinerja rendah.
Dalam kesempatan itu, Zuckerberg menambahkan bahwa Meta akan merampingkan struktur organisasinya dan menghapus beberapa lapis dalam manajemen menengah agar mereka bisa membuat keputusan secara lebih cepat. Selama ini, ada beberapa keluhan di internal yang memperlihatkan pengambilan keputusan dilakukan agak lama di dalam perusahaan itu. Bahkan, ada keputusan yang dibuat hingga beberapa bulan.
Majalah MIT Sloan Management Review edisi Januari membahas persoalan perubahan hierarki. Penulis artikel ini, Nicolai J Foss and Peter G Klein, mengatakan, sekian lama orang berputar-putar di sekitar gagasan menghilangkan struktur organisasi untuk menciptakan organisasi yang lebih gesit dan simpel. Akan tetapi, kenyataannya hierarki perusahaan tetap saja sama. Padahal, memiliki hierarki yang baik adalah menjadi cara paling pas untuk menangani masalah koordinasi, kerja sama, dan interaksi antarkaryawan.
Hierarki memungkinkan kecerdasan dan kreativitas manusia berkembang di dalam skala yang lebih besar. Ide dan kreativitas bisa terwujud menjadi produk dan layanan yang bisa menjangkau lebih banyak orang. Mereka memberikan struktur yang lebih besar, dengan prediktabilitas dan akuntabilitas, bagi para spesialis untuk melakukan pekerjaan mereka. Orang menjadi jelas tugas dan peranannya sekaligus tanggung jawabnya sehingga berbagai pekerjaan di dalam organisasi tertangani sesuai tujuan organisasi.
KOMPAS/AYU PRATIWI
Dalam acara HCNC 2018, hasil riset mengenai karakteristik generasi milenial disampaikan melalui kegiatan berkonsep experiential learning kemudian dalam bentuk diskusi, Rabu (5/9/2018), di Jakarta. Konsep experiential learning itu penting supaya nilai dan kebiasaan generasi milenial itu dapat dirasakan dan dipraktikkan.
Kedua penulis kemudian menyatakan, tidak berarti organisasi dan hierarki yang ada tepat untuk lingkungan saat ini. Mereka melihat titik temu antara tren bisnis dan perkembangan sosial yang memengaruhi perkembangan jenis hierarki baru. Kemajuan teknologi yang cepat, komunikasi instan, penciptaan nilai berdasarkan pengetahuan daripada sumber daya fisik, globalisasi, dan tenaga kerja yang lebih terdidik mengharuskan perusahaan memikirkan kembali bagaimana kita menggunakan otoritas manajerial. Tantangan ke depan memang menghendaki hierarki yang baru.
Laporan dari McKinsey beberapa waktu yang lalu juga sudah mengendus perlunya perubahan hierarki ketika terjadi pandemi. Dari berbagai contoh masalah bisnis, kecepatan menjadi sangat penting. Intinya adalah menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan baik. Organisasi telah menghilangkan batasan dan menghancurkan silo dengan cara yang tidak pernah terpikirkan oleh siapa pun. Mereka telah merampingkan keputusan dan proses, memberdayakan para pemimpin garis depan, dan menangguhkan hierarki dan birokrasi yang lamban.
Setelah perubahan hierarki, para CEO dari berbagai industri berkomentar, ”Pengambilan keputusan dipercepat saat kita memotong omong kosong. Kami membuat keputusan dalam satu rapat, membatasi grup tidak lebih dari sembilan orang, dan telah melarang Power Point”, ”Saya bertanya pada hari Senin dan pada hari Jumat kami memiliki prototipe yang berfungsi”, dan ”Kami mengadopsi teknologi baru dalam semalam—bukan tahun biasanya—karena kami memiliki toleransi yang lebih tinggi terhadap kesalahan yang tidak mengancam bisnis.”
Tim di dalam perusahaan telah memanfaatkan teknologi, menciptakan kembali proses inti, dan mengadopsi alat kolaborasi baru ketika pandemi. Teknologi dan orang-orang yang berinteraksi dengan cara baru merupakan inti dari model operasi baru untuk bisnis dan dalam menciptakan organisasi pascapandemi yang efektif dan cepat. Sebuah organisasi yang dirancang untuk mengejar kecepatan akan melihat hasil yang kuat, termasuk daya tanggap pelanggan yang lebih besar. Kinerja yang lebih baik terlihat dalam hal efisiensi biaya, pendapatan, dan pengembalian modal. Perusahaan yang cepat mungkin juga merasa memiliki tujuan yang lebih tinggi dan kesehatan organisasi yang lebih baik.
KOMPAS/MADINA NUSRAT
Beberapa karyawan Grab mengadakan pertemuan di ruang rapat berdinding kaca di kantor pusat Grab di Singapura, Rabu (11/7). Ruang rapat dengan konsep terbuka ini berada di tengah-tengah ruang kerja.
Tidak salah apabila penulis bernama Anushka Rajesh di dalam laman PeopleHum memberi judul tulisannya ”The Death of Workplace Hierarchy - Giving rise to a new organizational structure”. Judulnya sangat provokatif, tetapi sesungguhnya perubahan besar memang dibutuhkan di dalam hierarki perusahaan dengan melihat kondisi aktual.
Rajesh menambahkan, masa depan struktur organisasi adalah fleksibilitas, kelancaran, dan kebebasan. Organisasi berkinerja tinggi beroperasi sebagai jaringan yang berdaya dan dikoordinasikan melalui budaya, sistem informasi, dan mobilitas talenta. Sebagian besar perusahaan berfokus pada mendesain ulang organisasi itu sendiri dengan menjadi lebih inklusif dan mengintegrasikan individu dengan lebih baik di ruang kerja.
Saat jaringan dan ekosistem menggantikan hierarki organisasi, pertanyaan tradisional ”untuk siapa Anda bekerja” telah diganti dengan ”dengan siapa Anda bekerja”. Oleh karena itu, sangat penting bagi pemberi kerja untuk berada di halaman yang sama dengan karyawan dengan pengenalan metode dan strategi baru yang mendorong komunikasi yang lebih baik. Saatnya mengakhiri hierarki tempat kerja dalam organisasi yang memisahkan pimpinan dan pekerja hingga menghasilkan gaya kerja masa depan.