GoTo Ingin Mencapai Target Profitablitas Lebih Awal
Manajemen PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GoTo) menyatakan ingin mencapai target profitabilitas lebih awal dari yang diharapkan. Selain disiplin efisiensi beban usaha, perusahaan juga merombak struktur manajemen.
Oleh
MEDIANA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perusahaan teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GoTo) menyatakan komitmen untuk mencapai target profitabilitas lebih awal dari yang diharapkan. Hal itu, antara lain, diupayakan melalui pengoptimalan pendapatan, disiplin mengelola beban usaha, serta pengembangan inovasi berbasis ekosistem produk yang telah dimiliki perusahaan.
Pada Kamis (16/2/2023) malam, di Jakarta, jajaran manajemen GoTo memaparkan hal itu dalam sesi bersama media nasional dan internasional. Direktur Utama Grup GoTo Andre Soelistyo bahkan mengungkapkan optimisme untuk mencapai EBITDA (pendapatan sebelum bunga, pajak, dan amortisasi) yang disesuaikan positif pada triwulan IV-2023. EBITDA mencerminkan laba operasi perusahaan.
”Ini adalah target 5-6 kuartal lebih cepat. Seandainya kami bisa mencapai itu, kas perusahaan akan positif. Kami menginginkan semua lini bisnis utama bisa didanai dari kas internal,” ujar Andre.
Saham GoTo, mengutip CNBC, melonjak 4,96 persen, pada Jumat (17/2/2023) pagi sehari setelah pernyataan manajemen itu. Pekan lalu, GoTo mengumumkan telah merombak struktur kepemimpinan baru karena ingin mengarah pada profitabilitas.
Andre menekankan, disiplin mengelola beban usaha telah menjadi pola pikir perusahaan. Satu per satu lini bisnis ditinjau ulang untuk mengetahui apakah masih ada beban yang bisa diefisienkan.
”Fokus penghematan mulai dari variable cost hingga pemasaran,” katanya. Andre lantas mencontohkan dari sisi bisnis pengantaran. Karena 50 persen dari total transaksi GoTo dari hasil pengantaraan, GoTo lalu menggabungkan semua unit bisnis gudang penyimpanan barang sementara.
Disiplin mengelola beban usaha telah menjadi pola pikir perusahaan. Satu per satu lini bisnis ditinjau ulang untuk mengetahui apakah masih ada beban yang bisa diefisienkan.
Komisaris GoTo William Tanuwijaya mengatakan, GoTo juga tidak segan menutup unit usaha di luar negeri yang dianggap tidak akan mampu bertumbuh berkelanjutan. Hal ini telah dilakukan pada unit usaha di Vietnam.
Sejak tahun 2022, GoTo mengurangi subsidi. Komisi atas transaksi pun telah berlaku dan nilainya dinaikkan. Pada saat bersamaan, GoTo juga ingin mengejar jumlah pelanggan loyal dengan mengutamakan pendekatan pemasaran mahadata. Dengan kata lain, promosi yang diberikan perusahaan kepada pelanggan spesifik berdasarkan data perilaku mereka.
Sementara itu, Direktur/Chief Financial Officer GoTo Wei-Jye Jacky Lo menyampaikan, sesuai laporan keuangan perusahaan per 30 September 2022, total nilai kas Rp 31 triliun. Nilai burn cash selama triwulan III-2022 sebesar Rp 4 triliun.
”Katakanlah, rata-rata nilai burn cash tiap kuartal adalah Rp 4 triliun sehingga total setahun mencapai Rp 16 triliun. Dana kas internal masih cukup. Apalagi, jika kami disiplin mengoptimalkan beban biaya dan mengeluarkan inisiatif yang bisa menghasilkan pendapatan,” ujarnya. Jacky optimistis perusahaan bisa mencapai target EBITDA yang disesuaikan positif pada triwulan IV-2023.
Dibedakan
Principal advisor Nilzon Capital, John Octavianus, Jumat (17/2/2023), di Jakarta, memandang pentingnya investor untuk memisahkan antara laba, EBITDA, dan EBITDA yang disesuaikan (adjusted EBITDA). Pengukuran dan pencatatan laba sudah dengan jelas diatur dalam standar akuntansi dan dapat langsung diperbandingkan antara satu perusahaan dan perusahaan lain.
Sementara itu, EBITDA merupakan pengukuran internal yang umumnya digunakan untuk mengukur runway (umur cadangan kas hingga habis) pada startup dan kapasitas perusahaan dalam menyerap tambahan utang.
Lalu, ada istilah adjusted EBITDAyang merupakan modifikasi lebih lanjut dari EBITDA, di mana nilai EBITDA akan disesuaikan lebih lanjut dengan berbagai macam pos non-operasional yang dinilai ”wajar” oleh internal perusahaan.
Adjusted EBITDA bukan tidak mungkin menjadi subyek perdebatan dan pengawasan oleh regulator karena baru-baru ini Securities and Exchange Commission (SEC) di Amerika Serikat menertibkan penggunaan istilah adjusted EBITDA yang diungkapkan oleh Lyft dan dengan demikian berlaku secara umum.
”SEC menilai bahwa penggunaan adjusted EBITDA rawan bertentangan dengan panduan pengungkapan yang selama ini berlaku. Banyak perusahaan yang melaporkan adjusted EBITDA yang positif. Namun, secara akuntansi masih membukukan rugi bersih yang signifikan, di antaranya adalah Uber dan Lyft yang merupakan perusahaan sejenis dengan Gojek,” kata John.
Selain itu, adjusted EBITDAyang positif tidak menjamin perusahaan dapat membayarkan dividen karena regulasi di Indonesia mensyaratkan pembagian dividen harus dilakukan setelah perusahaanmencatatkan laba dan mengembalikan semua akumulasi kerugian pada masa lalu.
Selama ini, GoTo melaporkan pendapatannya dalam dua jenis, yakni pendapatan kotor dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor adalah pendapatan yang seharusnya didapatkan jika tidak ada potongan komisi dan diskon jasa. Adapun pendapatan bersih lebih cenderung semua pendapatan yang benar-benar diterima dan dibayarkan ke perusahaan.
John menduga, GoTo akan fokus pada monetisasi pelanggan setia dibandingkan dengan mengakuisisi pelanggan baru yang cenderung lebih tertarik pada diskon dan potongan harga ketimbang bisnis yang riil. ”Pengetatan” yang disampaikan manajemen tidak serta-merta mengurangi biaya, tetapi lebih ke arah penyesuaian prioritas monetisasi pengguna yang sudah ada dan setia pada platform perusahaan. Hal ini berisiko menurunkan jumlah pengguna aktif secara agregat.
Lebih jauh, dia berpendapat, perombakan manajemen GoTo lebih mengarah pada masuknya beberapa usahawan senior untuk duduk di jajaran komisaris dan masuknya dua direksi baru untuk hal yang lebih teknis. Masuknya beberapa komisaris baru tersebut, menurut dia, merupakan aksi simbolis dari beberapa investor institusi yang memiliki kepentingan ekonomis di GoTo. Posisi komisaris lebih merupakan pengawas, bukan eksekutor bisnis.
”Kami menilai wajar jika GoTo harus lebih memperketat pengawasannya, terlebih perusahaan sudah harus ’menginjak rem’ dengan sungguh-sungguh dengan cara merampingkan beban usaha. Di sisi lain, hal itu bisa jadi merupakan sinyal bahwa perampingan mungkin baru saja dimulai setelah November lalu dilakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada 1.300 karyawan,” ucap John.
Editor:
NUR HIDAYATI
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.