Perajin Ukir Jepara Pangkas Biaya Listrik dengan Tenaga Surya
Penggunaan pembangkit listrik tenaga surya dinilai menguntungkan oleh perajin ukir dan relief di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Sejak menggunakan pembangkit listrik tenaga surya, biaya listrik bisa dipangkas.
JEPARA, KOMPAS — Sejumlah perajin di sentra kerajinan ukir Desa Senenan, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, memanfaatkan pembangkit listrik tenaga surya untuk menunjang aktivitas mereka. Selain mampu memangkas pengeluaran, penggunaan pembangkit listrik tenaga surya juga dinilai lebih ramah lingkungan.
Memasuki Desa Senenan, mata pengunjung akan dimanjakan dengan aneka produk ukiran yang dipajang di muka rumah-rumah warga. Di sebagian rumah tersebut terdapat panel-panel surya yang dipasang di bagian atap.
Salah satu panel surya itu terpasang di atap rumah Muhlisin (42), yang berada sekitar 200 meter dari gapura Desa Senenan. Di rumah Muhlisin, panel surya itu telah dipasang sejak sekitar tujuh bulan lalu. Pemasangan panel surya dilakukan oleh Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jateng secara gratis.
Sejak pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dipasang, Muhlisin merasa untung. Pengeluaran rutin untuk membayar biaya listrik di tempat usahanya itu bisa ditekan sampai sekitar 50 persen.
”Sebelum pakai PLTS, saya bayar listrik rutin itu sekitar Rp 650.000 per bulan. Semenjak menggunakan PLTS, pembayarannya jadi lebih sedikit, sektar Rp 320.000 per bulan. Lumayan, uangnya bisa dipakai untuk membiayai keperluan lain,” kata Muhlisin saat ditemui di Desa Senenan, Sabtu (28/1/2023).
Perajin ukir lain, Kartono (56), juga merasa diuntungkan dengan pemasangan PLTS. Selain biaya listrik berkurang sampai dengan 50 persen, Kartono juga sudah tidak lagi mengalami gangguan berupa listrik jepret karena penggunaan listrik melebihi kapasitas.
”Dulu sering harus menghentikan penggunaan setrika, kulkas, penghangat nasi, dan lain-lain kalau pas mengoperasikan mesin pemotong kayu supaya listriknya tidak jepret. Kalau sering jepret, lama-lama bisa korsleting, jadi bahaya. Pada saat pemasangan penel surya, saya ditawari untuk tambah daya supaya tidak jepret lagi,” ujar Kartono.
Sebelumnya, rumah Kartono memiliki daya 900 volt ampere (VA). Ia lalu memutuskan untuk menambah daya menjadi 3.500 VA. Awalnya, dia sempat ragu untuk menambah daya karena takut biaya listriknya membengkak. Namun, kekhawatiran itu disebut Kartono tidak terjadi.
Puas
Selain Muhlisin dan Kartono, ada enam perajin ukir lain di Desa Senenan yang sudah menggunakan PLTS untuk menunjang aktivitas usahanya. Semuanya mengaku puas dengan penggunaan PLTS.
Ketua Koperasi Industri dan Kerajinan Seni Ukir dan Relief Desa Senenan Trisno (54) menuturkan, total ada 33 unit usaha ukir dan relief di wilayahnya. Dari jumlah tersebut, sebanyak 10 unit usaha yang memenuhi persyaratan diusulkan untuk mendapatkan bantuan pemasangan panel surya pada pertengahan 2022 silam.
Kendati demikian, hanya delapan tempat usaha yang akhirnya dipasangi panel surya karena dua unit usaha yang telah didaftarkan memilih untuk mundur karena ragu. ”Setelah tahu manfaatnya, dua perajin yang tadinya menolak langsung minta agar di tempat mereka juga dipasangi panel surya,” ucap Trisno saat dihubungi dari Semarang, Kamis (2/2/2023).
Sebelum dipasangi panel surya, atap tempat usaha ukir dan relief akan dicek terlebih dahulu. Karena panel surya tergolong berat, atap yang akan dipasangi panel surya harus terbuat dari kayu yang masih kokoh atau rangka baja. Karakter penggunaan listriknya juga akan didata.
Setelah tahu manfaatnya, dua perajin yang tadinya menolak langsung minta agar di tempat mereka juga dipasangi panel surya.
Setelah memenuhi syarat, mereka akan dilatih tentang cara penggunaan PLTS dan peralatan penunjangnya. Para perajin ukir dan relief itu juga diundang ke dalam sebuah grup percakapan yang bisa digunakan untuk berkomunikasi dengan teknisi PLTS jika mereka menemui kendala.
Beberapa hari terakhir, Trisno mendapatkan laporan tentang adanya alat penunjang PLTS yang rusak karena tersambar petir. Trisno sudah melapor kepada teknisi dan berharp alat yang rusak bisa diperbaiki agar PLTS itu bisa kembali dimanfaatkan secara optimal.
Hujan yang turun terus-menerus hampir setiap hari di Jepara juga dikeluhkan para perajin karena PLTS jadi tidak bisa digunakan. Jika sudah begitu, mereka harus menggunakan listrik yang disalurkan oleh Perusahaan Listrik Negara.
Baca juga: Minat Pemuda Jepara pada Seni Ukir Kian Tergerus, Regenerasi Terancam
”Sebenarnya, PLTS tetap bisa digunakan saat tidak ada matahari, tapi perlu ada baterai. Baterai itu fungsinya menyimpan kelebihan energi listrik saat cuaca cerah atau panas. Nanti, saat tidak ada matahari, energi listrik yang dari baterai itu tetap bisa disalurkan. Sayangnya, belum ada perajin yang punya baterai karena biayanya cukup besar, sekitar Rp 75 juta,” katanya.
Ke depan, Trisno berharap semakin banyak perajin ukir dan relief yang tempat usahanya bisa diberi bantuan pemasangan panel surya oleh pemerintah. Selain itu, penyaluran bantuan berupa baterai juga diharapkan untuk mengatasi persoalan saat cuaca buruk.
Mendongkrak
Dalam kunjungannya ke Desa Senenan, beberapa waktu lalu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berharap lebih banyak industri yang menggunakan energi alternatif untuk mendongkrak produktivitas. Melalui penggunaan energi alternatif, biaya produksi pun bisa dipangkas.
”Karena penjualan juga belum terlalu pulih, masih belum bagus, ini kesempatan mereka bisa membuat satu produk dengan lebih efisien karena energinya dibantu. Tidak menutup kemungkinan panel surya ini bisa digunakan lebih banyak lagi oleh masyarakat,” ujar Ganjar.
Menurut Ganjar, pemberian bantuan berupa pemasangan PLTS gartis telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jateng di sejumlah tempat di banyak daerah, misalnya di pondok pesantren, sekolah, dan dan industri. Di Kabupaten Tegal, misalnya, pelaku usaha industri otomotif dan spare part kendaraan juga diberi bantuan pemasangan panel surya untuk membantu menekan biaya produksi.
Baca juga: Menepis Senja Kala Ukir Jepara
Selain tenaga surya, ada sejumlah energi alternatif yang bisa dimanfaatkan masyarakat di Jateng, antara lain tenaga air, angin, panas bumi, panas laut, ombak, hingga biogas. Dinas ESDM Jateng terus mendorong penggunaan energi alternatif yang lebih ramah lingkungan tersebut.
Selama ini, Pemerintah Provinsi Jateng memiliki Peraturan Daerah Provinsi Jateng Nomor 12 Tahun 2018 yang mengatur tentang Rencana Umum Energi Daerah. Di dalam peraturan itu, dijelaskan terkait peran pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan transisi energi menuju energi yang lebih ramah lingkungan.
Target-target bauran energi baru terbarukan juga turut diatur dalam aturan itu. Pada tahun 2025, misalnya, Jateng menargetkan penggunaan energi baru terbarukan mencapai 21,32 persen.
Menurut Kepala Dinas ESDM Jateng Sujarwanto Dwiatmoko, ada dua strategi yang akan ditempuh oleh Pemprov Jateng untuk mencapai target bauran energi baru terbarukan tersebut. Strategi pertama adalah menggencarkan kampanye hemat energi kepada masyarakat dan pelaku usaha. Mereka yang dianggap berhasil menggunakan energi secara efisien akan diberi apresiasi dan penghargaan.
”Strategi kedua adalah menjelaskan terkait potensi-potensi energi yang ada kepada masyarakat. Setelah itu, bisa melatih masyarakat untuk memanfaatkan energi baru terbarukan sesuai dengan potensi yang ada di sekitar mereka,” kata Sujarwanto.
Di samping itu, pihaknya juga terus mendorong masyarakat pedesaan untuk berpartisipasi dalam peralihan energi melalui program Desa Mandiri Energi. Hingga kini sudah ada sekitar 2.300 desa dari 8.000 lebih desa yang sudah menginisiasi menjadi desa mandiri energi di Jateng.