Pembangunan Smelter Gresik Ditargetkan Rampung Akhir 2023
Pembangunan fasilitas smelter pengolahan konsentrat tembaga milik PT Freeport Indonesia di Gresik, Jawa Timur, ditargetkan selesai pada akhir tahun ini dan mulai berproduksi pada Mei 2024.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
GRESIK, KOMPAS — Pembangunan fasilitas smelter pengolahan konsentrat tembaga milik PT Freeport Indonesia di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, ditargetkan selesai pada akhir tahun ini dan mulai berproduksi pada Mei 2024. Pencapaian target tersebut menjadi bagian dari komitmen perpanjangan izin usaha pertambangan yang diberikan pemerintah kepada perusahaan tersebut.
Menteri Koordinator Bidang PerekonomianAirlangga Hartarto mengatakan, pembangunan pabrik pemurnian tembaga PT Freeport Indonesia (PTFI) tersebut saat ini mencapai 51,7 persen. Progres tersebut dinilai sesuai dengan harapan pemerintah saat peletakan batu pertama oleh Presiden Joko Widodo pada Oktober 2021.
”Pembangunan ini tepat waktu dan diharapkan selesai Desember 2023. Tetapi, semua pabrik harus ada commissioning-nya (uji operasional). Commissioning untuk industri kimia butuh waktu sehingga diperkirakan atau diharapkan pada Mei 2024 bisa diresmikan operasionalnya oleh Presiden,” ujar Airlangga dalam kunjungan kerjanya di lokasi smelter itu di Gresik, Kamis (2/2/2023).
Dia mengatakan, hingga saat ini sudah lebih dari 18.000 site pile (tiang pancang) yang tertanam. Adapun total investasi yang sudah direalisasikan mencapai 1,6 miliar dollar AS (sekitar Rp 24 triliun) dari total rencana 3 miliar dollar AS. Smelter PTFI Gresik akan menjadi pabrik pengolahan konsentrat tembaga terbesar di dunia dengan kapasitas pengolahan 1,7 juta dry metric ton (DMT) setiap tahun.
Pemerintah, lanjut Airlangga, berharap proyek ini bisa selesai pada akhir tahun 2023 untuk pembangunan konstruksi dan dilanjutkan tahap pekerjaan mekanik. Pabrik ditargetkan beroperasi mulai Mei 2024 dan melakukan produksi secara komersial pada akhir tahun 2024.
Seiring berlangsungnya pekerjaan konstruksi, jumlah tenaga kerja yang terserap saat ini mencapai 11.000 orang. Jumlah tenaga kerja yang terserap ditargetkan menjadi 40.000 pada saat pabrik beroperasi nanti. Dari jumlah tersebut, sebanyak 98 persen merupakan tenaga kerja dalam negeri. Dari 98 persen tenaga kerja dalam negeri tersebut, hampir 50 persen berasal dari daerah di sekitar Gresik.
Smelter PTFI di Gresik merupakan pabrik baru dengan desain single line atau memiliki sistem produksi yang terintegrasi. Pabrik yang dibangun di Kawasan Industri JIIPE ini diharapkan meningkatkan upaya hilirisasi tembaga di dalam negeri. Pemerintah berencana menghentikan ekspor tembaga mentah tahun ini.
Menurut Airlangga, smelter di Gresik ditargetkan juga memproduksi emas sebanyak 35-60 ton setahun. Produk lainnya berupa katoda tembaga dengan target 600.000 ton per tahun. Selama ini, precious metals refinery (PMR) diproses di luar negeri. Padahal, PMR memiliki nilai tambah yang tinggi sekali.
”Dengan demikian, diharapkan dari hulu sampai hilir, mulai dari pertambangan sampai produksi emas, bisa dihasilkan di Gresik. Tinggal diekspor atau dipakai di dalam negeri atau disimpan di bank,” ucap Airlangga.
Dengan masuknya bullion bank atau bank emas di Indonesia, Airlangga berharap emas produksi PTFI tersebut bisa masuk dalam simpanan bank. Simpanan itu akan dihitung dengan mata uang dollar AS. Sebagai contoh, 50 ton emas setara dengan 3,3 miliar dollar AS.
Sementara itu, Presiden Direktur PTFI Tony Wenas mengatakan, kinerja perusahaan pada 2022 sangat bagus. Jumlah produksi tembaga mencapai 1,6 miliar pounds dan emas sebanyak 1,8 juta ons. Dengan produksi tersebut, perusahaan berkontribusi terhadap penerimaan negara sebesar 3,7 miliar dollar AS atau sekitar Rp 50 triliun.
”Penerimaan negara itu bersumber dari pajak, dividen, royalti, dan pungutan lain. Prediksi tahun ini, produksi tembaga 1,6 miliar pounds dan 1,8 juta ons emas dengan (terkait perolehan) laba mengikuti harga pasar. Kita produksi dulu dengan aman dan berkelanjutan,” kata Tony.