Presiden Jokowi: Konsistensi Hilirisasi Kunci Memajukan Indonesia
Presiden Jokowi menyebut konsistensi hilirisasi merupakan kunci bagi Indonesia untuk melompat dari negara berkembang menjadi negara maju. Jangan berpikir jadi negara maju kalau takut melakukan hilirisasi bahan mentah.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Konsistensi melakukan hilirisasi dinilai merupakan kunci memajukan Indonesia. Melalui upaya tersebut diharapkan Indonesia pada tahun 2045 akan menjadi negara dengan pendapatan domestik bruto berkisar 9 triliun-11 triliun dollar AS dan pendapatan per kapita 21.000-29.000 dollar AS.
”Saya hanya ingin mengulang lagi bahwa yang namanya hilirisasi itu menjadi kunci. Konsistensi kita di dalam industrialisasi, (konsistensi dalam) hilirisasi, menjadi kunci,” kata Presiden Joko Widodo saat memberikan pidato kunci pada Mandiri Investment Forum 2023 di Hotel Fairmont, Jakarta, Rabu (1/2/2023).
Kepala Negara mencontohkan lompatan nilai tambah ketika Indonesia tidak lagi mengekspor nikel mentah. ”Nikel memang menjadi sebuah contoh dari yang dulu waktu kita ekspor mentah 1,1 biliun dollar AS saat masih ekspor mentah, di 2022, perkiraan saya sudah di angka kira-kira 30-33biliundollar AS. Bayangkan, dari Rp 17 triliun melompat jadi Rp 450 triliun. Betapa nilai tambah itu sangat besar sekali,” katanya.
Jangan berpikir negara kita akan jadi negara maju kalau kita takut menghilirkan bahan-bahan mentah yang ada di negara kita.
Terkait hal tersebut, Presiden menyampaikan kepada para menteri agar jangan tengok kanan kiri, melainkan lurus terus melakukan hilirisasi. ”Digugat di WTO, terus. Kalah, tetap terus, karena inilah yang akan melompatkan negara berkembang menjadi negara maju, bagi negara kita. Jangan berpikir negara kita akan jadi negara maju kalau kita takut menghilirkan bahan-bahan mentah yang ada di negara kita,” ujarnya.
Melalui hilirisasi industri tersebut, modal sumber daya alam akan diintegrasikan menjadi ekosistem industri. Produk domestik bruto sebagai dampak hilirisasi minerba dan migas diproyeksikan 699 biliun dollar AS atau setara Rp 10.497 triliun dan membuka 8,8 juta lapangan kerja.
”(Saat) ini (ekspor) nikel sudah stop. Saya sudah sampaikan lagi (untuk) bauksit, di Desember kemarin, stop bulan Juni. Nanti, sebentar lagi, mau saya umumkan tembaga stop tahun ini karena saya cek kemarin smelter-nya Freeport dan smelter yang ada di NTB sudah lebih dari 50 persen jadi,” ujar mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut.
Presiden Jokowi pun menjelaskan alasan menstop bauksit. Ekspor bahan mentah bauksit Indonesia nomor tiga di dunia. Namun, ekspor produk olahannya seperti aluminium hanya di nomor 33 dunia. ”Apalagi ekspor panel surya kita nomor 31. Padahal, bahannya ada di sini dan, kalau dikerjakan (di Indonesia), panel surya itu nilai tambahnya sampai 194 kali,” katanya.
Sebagai perbandingan, ekspor ore atau bauksit mentah China nomor 18 dunia, tetapi ekspor panel suryanya nomor satu dunia. ”Terus barangnya ini dari mana? Bahan mentahnya dari mana? (Sebanyak) 80 persen lebih dari kita,” ujar Presiden Jokowi.
Cadangan timah nomor dua terbesar dunia ada di Indonesia. China merupakan importir nomor satu timah mentah, tetapi mampu menjadi eksportir komponen elektronik PCB nomor satu di dunia. Nilai tambah pengolahan dari timah mentah menjadi PCB tersebut 69 kali.
”Kenapa enggak kita buat? Kenapa kita ekspor (bahan mentah) dan yang dapat (nilai tambah) negara lain lagi. Hati-hati. Kita harus konsisten mengenai (hilirisasi) ini. Meskipun nanti ini diulang lagi, (larangan ekspor bahan mentah) digugat lagi, enggak apa-apa. Jangan luntur. Saya juga titip agar (hilirisasi) ini dikawal,” ujarnya.
Kepala Negara pun meminta bank-bank mengawal hilirisasi. Caranya adalah dengan memberi pinjaman ketika ada orang mengajukan kredit untuk membikin smelter atau industri pemurnian dan pengolahan. ”Apalagi orang kita sendiri, jangan dipersulit. Jelas, untungnya jelas. Untuk negara jelas, untuk perusahaan juga jelas, apa yang harus kita tanyakan lagi?” kata Presiden.
Presiden menuturkan, tidak bisa membayangkan berapa kali lipat nilai tambah yang akan didapat seandainya nanti Indonesia dapat membangun ekosistem besar yang mengintegrasikan nikel, tembaga, bauksit, dan timah untuk menghasilkan baterai kendaraan listrik atau baterai litium. Apalagi jika Indonesia bisa menjadi produsen terbesar mobil listrik di dunia.
Saya enggak tahu lagi nilai tambah yang muncul di angka berapa? Perkiraan saya di tahun 2027-2028, apabila kita konsisten, jadi ini barang. Jangan takut, konsisten, dan kawal terus.
”Saya enggak tahu lagi nilai tambah yang muncul di angka berapa? Perkiraan saya di tahun 2027-2028, apabila kita konsisten, jadi ini barang. Jangan takut, konsisten, dan kawal terus. Dan kita harapkan di tahun 2045, GDP kita di 9-11 triliun dollar AS dan income per kapita kita, kalau konsisten (menjalankan hilirisasi), di 21.000 sampai 29.000 dollar AS. Jadi, negara maju kita. Tapi kalau nanti digugat, kita mundur, kita belok, enak lagi ekspor bahan mentah, lupakan kita jadi negara maju,” kata Presiden Jokowi.
Pada kesempatan tersebut, Kepala Negara menuturkan, konsumsi dan investasi juga ikut berkontribusi besar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Oleh sebab itu, investasi harus terus dijaga untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. ”Baik investasi dalam ukuran kecil di UKM-UKM kita maupun yang gede di korporasi-korporasi yang masuk ke Indonesia,” tuturnya.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dalam laporannya menyatakan dukungan BUMN terhadap pencapaian target investasi nasional pada tahun 2023 yang telah dipatok sebesar Rp 1.400 triliun. Salah satunya dengan mengupayakan investasi di luar pasar modal.
”Dengan target (investasi) Bapak (Presiden) yang Rp 1.400 triliun, kami coba mendorong Kementerian BUMN untuk mendapatkan investasi di luar pasar modal senilai Rp 127 triliun di semua aset BUMN yang bekerja sama dengan private sector ataupun kita mendorong tentunya UMKM,” kata Erick.
Selain Erick Thohir, hadir mendampingi Presiden Jokowi dalam kesempatan tersebut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, dan Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk Darmawan Junaidi.