Gen Z percaya perusahaan besar dan mapan memiliki peluang lebih baik untuk mengatasi badai ekonomi yang mungkin terjadi dalam waktu dekat.
Oleh
ANDREAS MARYOTO
·4 menit baca
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Para pencari kerja berlomba mencari informasi lowongan pekerja dalam ajang Indonesia Career Expo yang berlangsung di Gedung Smesco, Jakarta, Jumat (27/1/2023). Bursa kerja yang berlangsung selama dua hari tersebut diikuti puluhan perusahaan dan gratis untuk umum. Selain memasukan lamaran pekerjaan, pencari kerja juga berkesempatan untuk mengikuti wawancara langsung serta konsultasi dengan tim manajemen sumber daya manusia dari perusahaan peserta bursa kerja.
Pergolakan di dalam ekonomi global belakangan ini dan masa depan yang tidak menentu mulai mengubah orientasi generasi Z dalam memilih tempat bekerja. Sekian tahun lalu usaha rintisan (start up) menjadi idola anak muda, kini mereka mulai berubah. Perusahaan mapan kembali menjadi pilihan. Apa yang terjadi di antara mereka?
Perubahan generasi banyak mendapat perhatian dari pengelola sumber daya manusia di perusahaan. Setiap generasi memiliki ciri dan harus mendapat perlakuan yang berbeda. Kehadiran mereka apabila dikelola dengan baik akan memberi dampak besar ke bisnis. Cara-cara komunikasi yang berbeda mengharuskan perusahaan membuat perubahan agar tetap menarik bagi mereka yang hendak bergabung ke perusahaan. Perusahaan yang terkesan kuno dan tak berubah biasanya akan sulit mendapatkan talenta baru.
Generasi Z yang lahir pada 1997-2010 (di Indonesia kerap disebut lahir pada 2000-2010) memiliki ciri dan keinginan yang berbeda. Sebuah laporan tentang mereka dari Adobe yang berjudul ”Future Workforce Study” dikeluarkan pekan ini. Adobe menyurvei lebih dari 1.000 mahasiswa dan lulusan baru untuk mendapatkan wawasan dan pemikiran mereka tentang pasar kerja dan prospek ekonomi.
Temuan yang paling mencolok dari penelitian ini adalah bahwa hanya 16 persen responden gen Z mengatakan mereka akan mempertimbangkan untuk bekerja di perusahaan rintisan atau perusahaan kecil, sementara 52 persen responden mengatakan mereka akan mengejar karier dengan perusahaan besar dan mapan. Alasannya? Gen Z percaya perusahaan besar dan mapan memiliki peluang lebih baik untuk mengatasi badai ekonomi yang mungkin terjadi dalam waktu dekat.
”Mereka yang baru lulus dan akan lulus dari perguruan tinggi telah melewati ketidakpastian yang signifikan dalam beberapa tahun ini, termasuk tantangan yang ditimbulkan oleh pandemi dan kekhawatiran tentang resesi yang akan datang. Kami melihat bahwa sebagian besar pekerja gen Z sedang mencari peluang karier dengan perusahaan mapan, perusahaan yang dapat menawarkan lebih banyak stabilitas dan peluang untuk tumbuh,” kata Direktur Senior Akuisisi Talenta Adobe Tricia Guyer, seperti dikutip Fast Company.
Hasil riset ini berkebalikan dengan berbagai opini tahun lalu. Banyak kalangan masih yakin bahwa gen Z lebih memilih bekerja di usaha rintisan. Persepsi mereka telah berubah dibandingkan dengan generasi Y atau milenial. Generasi Y lebih senang bekerja di usaha rintisan dan perusahaan kecil, tetapi memiliki kebebasan yang lebih dibandingkan dengan perusahaan besar yang dianggap lebih birokratis.
Perubahan-perubahan telah mengubah orientasi gen Z. Sebagai contoh, perkembangan ekonomi belakangan cukup mencemaskan gen Z di Amerika Serikat. Sekalipun berita-berita belakangan bahwa tingkat inflasi yang tinggi sedang surut, para ahli dan bahkan para pemimpin perusahaan masih khawatir AS mengalami semacam resesi pada tahun depan. Potensi penurunan ekonomi ini memacu gen Z untuk bertindak. Mereka tetap mencemaskan sesuatu akan berdampak pada diri mereka, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Kecemasan itu tergambar dalam sebuah survei global yang dilakukan Goldman Sachs pada 2022 terhadap lebih dari 2.470 pemagang selama musim panas. Kekhawatiran tentang potensi perlambatan ekonomi muncul di antara orang-orang termuda dalam angkatan kerja. Sebanyak 86 persen pemagang dari berbagai perguruan tinggi percaya resesi akan segera terjadi dan mengena ke mereka.
Karyawan melintas di pedesterian di jalan Jendferalm sudirman, Jakarta saat jam istirahat, Senin (2/1/2023). Aktivitas perkantoran kembali normal pasca-libur Tahun Baru 2023.
Chief Education Strategy Officer di Handshake, sebuah platform pencarian kerja, Christine Cruzvergara dalam sebuah wawancara dengan laman Make It mengatakan, lulusan perguruan tinggi tahun ini menggambarkan diri mereka sebagai orang yang cemas, khawatir, stres, tentang prospek pekerjaan pascakuliah. Situasi ini menjadikan para pekerja muda lebih mencari stabilitas dan makna ketika memasuki dunia kerja. Mereka juga mengubah perilaku dan pola pikir agar menjadi pribadi yang ”tahan resesi”.
Orientasi yang berubah ini menjadikan perusahaan mapan bisa mendapatkan talenta yang lebih baik. Mereka pasti akan menghampiri perusahaan-perusahaan mapan yang selama ini kurang diminati milenial. Akan tetapi, tidak begitu saja mereka masuk ke dalam perusahaan mapan. Mereka juga ingin mengetahui perusahaan itu mengembangkan nilai-nilai tertentu yang sejalan dengan keinginan mereka. Perusahaan yang memiliki kesepahaman dengan keinginan mereka akan berhasil menangkap para talenta yang berbakat.
Perusahaan mapan tetap harus mengetahui keinginan gen Z. Mereka setidaknya memiliki sejumlah pandangan yang perlu diketahui perusahaan mapan. Survei Goldman Sachs di atas menyebutkan prioritas terbesar gen Z saat mengambil pekerjaan baru adalah akan menjadi seperti apa mereka dalam sehari-hari (34 persen) dan siapa kolega mereka nantinya (21 persen). Dua hal ini jauh lebih penting daripada urusan seperti gaji (13 persen), tujuan perusahaan (12 persen), dan peluang untuk maju (8 persen).