Pertumbuhan dana simpanan nasabah di perbankan atau biasa disebut dana pihak ketiga cenderung semakin tinggi. Tren kenaikan suku bunga deposito perbankan menjadi faktor utama.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·3 menit baca
KOMPAS/DIDIE SW
.
JAKARTA, KOMPAS — Pertumbuhan dana simpanan nasabah di perbankan atau biasa disebut dana pihak ketiga cenderung semakin tinggi. Tren kenaikan suku bunga deposito perbankan seiring meningkatnya suku bunga acuan Bank Indonesia menjadi faktor utama.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), total dana pihak ketiga (DPK) perbankan per akhir Desember 2022 mencapai Rp 7.929 triliun, tumbuh 9,01 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan tersebut lebih cepat dibandingkan November 2022 yang tumbuh 8,08 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Kenaikan DPK tersebut dipicu tren peningkatan suku bunga simpanan, terutama deposito berjangka. Mengutip data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), rata-rata suku bunga simpanan meningkat sejak Agustus 2022 dan cenderung semakin cepat. Rata-rata suku bunga simpanan naik 11 basis poin menjadi 2,95 persen selama periode 20 Desember 2022-16 Januari 2023.
Peningkatan suku bunga simpanan dipicu kenaikan suku bunga acuan BI. Sejak Agustus 2022 hingga Januari 2023, BI selalu menaikkan suku bunga acuan setiap bulan, yang totalnya mencapai 225 basis poin. Ini membuat suku bunga acuan BI kini di posisi 5,75 persen.
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
Suku Bunga Pasar (SBP) Simpanan Rupiah Perbankan sampai dengan Desember 2022. Sumber: Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa menjelaskan, kenaikan dana simpanan perbankan itu dipicu peningkatan suku bunga simpanan. Kenaikan suku bunga simpanan telah mendorong sebagian masyarakat menyimpan uangnya di bank.
Merespons kenaikan suku bunga acuan BI dan suku bunga simpanan bank, LPS pun menaikkan suku bunga penjaminan sebesar 25 basis poin sehingga menjadi 4 persen untuk simpanan rupiah dan 2 persen untuk valuta asing. Adapun bunga penjaminan simpanan rupiah di Bank Perekonomian Rakyat (BPR) juga dinaikkan menjadi 6,50 persen.
”Tingkat bunga penjaminan tersebut akan berlaku untuk periode 1 Februari 2023 sampai dengan 31 Mei 2023,” ujar Purbaya dalam jumpa pers Rapat Dewan Komisioner LPS, secara daring, Kamis (26/1/2022).
Pertimbangan likuiditas
Ia menjelaskan, keputusan menaikkan bunga penjaminan itu menimbang potensi kenaikan suku bunga perbankan yang lebih tinggi dalam merespons kebijakan moneter bank sentral. Pihaknya juga ingin memberikan ruang bagi perbankan dalam pengelolaan likuiditas di tengah masih relatif tingginya risiko volatilitas pasar keuangan dengan tetap suportif terhadap fungsi intermediasi perbankan sebagai pilar utama pertumbuhan ekonomi.
Purbaya menambahkan, likuiditas di perbankan saat ini masih melimpah. Di sisi lain kenaikan bunga deposito justru bisa memicu peningkatan biaya dana sehingga mendorong kenaikan bunga kredit.
”Yang mau kami seimbangkan adalah pinjaman dan penyimpanannya. Harapannya masyarakat masih mau belanja ketimbang menabung lebih banyak ke bank. Ini supaya tetap bisa mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujar Purbaya.
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
Perkembangan Kinerja Industri Perbankan Desember 2022. Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Pada kesempatan terpisah, Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja menjelaskan, kendati BI sudah menaikkan suku bunga acuan 6 kali sehingga naik 225 basis poins, pihaknya baru menaikkan suku bunga deposito satu kali saja, itu pun dengan besaran 0,1 persen sehingga menjadi 2 persen.
Ia menjelaskan, keputusan untuk menaikkan bunga deposito ataupun bunga simpanan mesti dilihat dari besaran likuditas yang dikantongi bank. Dana pihak ketiga BCA pada 2022 bertumbuh 6,5 persen secara tahunan menjadi Rp 1.040 triliun.
Pertumbuhan DPK itu banyak ditopang oleh dana murah (current account saving account/CASA) yang berkontribusi 82 persen dari DPK. Adapun sepanjang 2022, CASA BCA juga bertumbuh 10,6 persen secara tahunan. Sementara itu, total aset BCA naik 7 persen secara tahunan menjadi Rp 1.315 triliun.
”Kami memandang likuiditas masih cukup berlimbah sehingga belum ada kebutuhan mendesak menarik DPK lebih besar dari masyarakat dengan menaikkan suku bunga deposito atau simpanan. Kami terus memantau dinamika perekonomian,” ujar Jahja.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI Royke Tumilaar juga mengatakan, likuiditas di perbankan kini tengah melimbah. Sepanjang 2022, BNI berhasil mencatatkan pertumbuhan dana murah sebesar 10,1 persen secara tahunan. Adapun pada 2023, pihaknya menargetkan pertumbuhan DPK di kisaran 7,2 persen sampai 8,5 persen.