Perdagangan Perdana di Bursa, Saham Penta Naik 34 Persen
PT Penta Valent Tbk membukukan Rp 52,61 miliar dari penawaran sahamnya ke publik. Pada penutupan perdagangan Selasa (24/1/2023), saham perusahaan distribusi produk farmasi dan barang konsumsi itu naik 34 persen.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Penta Valent Tbk yang merupakan bagian dari Grup Tancorp milik pengusaha Surabaya Hermanto Tanoko mulai masuk Bursa Efek Indonesia pada Selasa (24/1/2023). Penawaran saham Penta mengalami kelebihan permintaan hingga 259,78 kali.
”Penta Valent dapat meraih dana Rp 52,61 miliar dan mampu menarik minat investor. Luar biasa sekali animo masyarakat terhadap Penta Valent,” kata Komisaris Utama Penta Valent Hermanto Tanoko.
Dana yang didapatkan akan digunakan untuk membiayai kegiatan oprasional dan pengembangan bisnis. Penta Valent bergerak dalam distribusi produk farmasi dan barang-barang konsumsi, seperti kosmetik dan perawatan personal, melalui 34 cabang di Indonesia.
Pada penutupan perdagangan, saham Penta naik 34 persen atau Rp 51 dari harga awal Rp 149 per saham sehingga mencapai Rp 200 per saham. Pekan ini, ada juga emiten baru di Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu PT Jasa Berdikari Logistic Tbk Pendatang baru ini akan masuk bursa pada Jumat akhir pekan ini.
Selain 45 calon perusahaan yang sedang berproses untuk masuk bursa, Direktur BEI I Gede Nyoman Yetna dalam kesempatan terpisah mengatakan, ada pula 22 perusahaan tercatat yang sedang mempersiapkan right issue. Right issue merupakan penerbitan saham baru dengan memberikan kesempatan terlebih dahulu kepada pemegang saham lama. ”Perkiraan dana yang akan diperoleh sebesar Rp 19,1 triliun,” kata Yetna.
Pembayaran dividen yang diterima oleh para investor pada tahun 2022 lebih tinggi ketimbang tahun 2021. Pada tahun 2022, total dividen yang dibayarkan oleh perusahaan tercatat yang ada di Bursa Efek Indonesia mencapai Rp 226 triliun. Angka ini naik 57,9 persen dibandingkan dengan pembayaran dividen yang diterima investor pada tahun 2021. Ketika itu, situasi ekonomi buruk karena pandemi Covid-19 dan sangat memengaruhi kinerja emiten di bursa.
Pada tahun 2021, total jumlah dividen yang diberikan hanya Rp 143 triliun. Imbal hasil dividen dari seluruh saham yang ada di bursa naik dari 1,9 persen pada 2021 menjadi 2,5 persen pada 2022.
Hadiman Soetoyo, analis Mirae Asset Sekuritas, mengatakan, pembagian dividen secara keseluruhan sesuai dengan ekspektasi. ”Ada 26 dari 28 saham mencapai ekspektasi kami. Saham pilihan kami memiliki imbal hasil rata-rata sebesar 10,5 persen, lebih tinggi dari estimasi yang sebesar 8,9 persen,” kata Hadiman dalam risetnya.
Dia juga memperkirakan, tahun 2023 ini merupakan tahun menarik bagi para investor yang mementingkan dividen. Biasanya, investor dengan strategi investasi dalam jangka panjang pada saham-saham berkapitalisasi besar lebih mementingkan dividen ketimbang fluktuasi harga.
”Kami melihat peningkatan kinerja yang signifian pada sektor energi dan keuangan,” kata Hadiman lagi. Kedua sektor ini diperkirakan akan memberikan dividen yang cukup tinggi dibandingkan dengan dividen dari sektor lainnya.
Akan tetapi, Hadiman juga memperingatkan para investor agar menghindari jebakan dividen. Jebakan dividen terjadi ketika sebuah perusahaan memangkas dividen atau harga sahamnya menurun terus karena dividen. Strategi yang dapat dilakukan untuk menghindari jebakan dividen ini, antara lain, adalah tidak hanya mempertimbangkan imbal hasil dividen ketika berinvestasi.
Selain itu, investor juga harus mempertimbangkan rasio dividen. Tentu saja, investor juga harus memeriksa laporan keuangan emiten. Kinerja emiten juga tidak selalu sama, kadang naik kadang turun sehingga investor juga harus melihat konsistensi hingga beberapa tahun ke belakang mengenai pembagian dividen ini.