Ekonomi Digital Terus Tumbuh, Perlindungan Data Perlu Diperkuat
Ekonomi digital Indonesia diproyeksikan terus bertumbuh positif serta masih diminati para investor teknologi. Seiring itu, keamanan data pribadi menjadi penting.
Oleh
Ayu Octavi Anjani
·3 menit baca
SUPRIYANTO
Ilustrasi pinjaman daring
JAKARTA, KOMPAS — Nilai ekonomi digital Indonesia diproyeksikan terus meningkat hingga tahun 2030 dengan perdagangan elektronik sebagai penopang utama. Selain itu, Indonesia juga tetap menjadi tempat menarik untuk investasi teknologi.
”Nilai ekonomi digital Indonesia diprediksi bertumbuh hingga 360 miliar dollar Amerika Serikat (AS) pada 2030 dan ditopang perdagangan elektronik serta teknologi finansial (tekfin),” kata Wakil Sekretaris Jenderal II Dewan Pengurus Harian Asosiasi Fintech (Aftech) Indonesia Firlie Ganinduto dalam acara Media Clinic Aftech di Jakarta, Selasa (24/1/2023).
Adapun berdasarkan laporan e-Conomy SEA, nilai ekonomi digital Indonesia juga diproyeksikan terus meningkat. Nilai ekonomi digital Indonesia mencapai sekitar 77 miliar dollar AS pada 2022 yang tumbuh 22 persen selama tahun lalu dan diperkirakan dapat menyentuh angka 130 miliar dollar AS pada 2025.
Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah menilai tahun 2023 Indonesia diproyeksikan masih melanjutkan proses pemulihan ekonomi. Transaksi keuangan digital akan terus meningkat, terutama didorong semakin pulihnya aktivitas ekonomi masyarakat karena pandemi yang melandai.
”Sementara itu, masyarakat yang sudah terbiasa dengan pelayanan digital, tidak mungkin mundur kembali ke metode konvensional. Oleh karena itu, nilai digital kita akan semakin meningkat,” katanya, Selasa (24/1/2023).
Selain itu, laporan e-Conomy SEA juga memprediksi Indonesia dan Singapura masih menjadi negara tujuan investasi teratas di Asia Tenggara. Indonesia menarik 25 persen dari total nilai pendanaan swasta di kawasan ini.
Ekonom senior Center of Reform on Economics Hendri Saparini memperkirakan investasi di industri teknologi finansial (tekfin) masih akan bertumbuh pada tahun 2023. Para investor global, kata Hendri, masih menilai tekfin adalah salah satu sektor yang memiliki prospek cerah di masa mendatang sehingga mereka masih akan terus aktif mencari mitra usaha yang tepat.
Hendri, yang juga merupakan anggota Steering Committee Indonesia Fintech Society (Ifsoc), mengatakan, perkiraan perekonomian Indonesia yang masih akan bertumbuh positif di 2023 menjadi perhatian para investor dunia, termasuk investor tekfin. Sebab, investor hanya akan berinvestasi di sektor dan negara yang menjanjikan pertumbuhan dan pasar yang besar. Kedua persyaratan ini dimiliki Indonesia (Kompas.id, 27/12/2022).
Nilai ekonomi digital yang diproyeksikan terus meningkat dinilai perlu sejalan dengan sistem keamanan data yang semakin baik. Identitas digital yang aman menjadi kunci dalam menghadapi penyalahgunaan data pribadi serta kejahatan siber.
Sekretaris Indonesia Cyber Security Forum (ICSF) Satriyo Wibowo mengatakan perlu adanya kesadaran dari para pelaku usaha akan pentingnya mengelola kepercayaan digital dan menjamin perlindungan data pribadi melalui tindakan organisasi dan teknis.
”Tidak hanya pelaku usaha di sektor digital seperti tekfin, tetapi juga dibutuhkan kesadaran konsumen untuk menjaga keamanan data mereka dan wadah mereka memercayakan data pribadinya,” kata Satriyo, Selasa (24/1/2023).
Laporan dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mencatat, salah satu aduan terbanyak menyangkut pinjaman daring (online). Pada tahun 2022, jumlah aduan terkait pinjaman daring mencapai 152 aduan atau 44 persen dari total aduan. Jumlah itu meningkat dibandingkan 59 aduan (22,4 persen) pada tahun 2021. Dari sekian banyak aduan terkait pinjaman daring, masyarakat mengadu soal penyebaran data pribadi.
Ekonom menilai, meskipun pengaduan konsumen terkait keamanan data cukup tinggi, hal ini tetap tidak akan menghalangi peningkatan transaksi keuangan digital pada tahun 2023 bahkan hingga 2030.