BNI mencatat laba bersih Rp 18,31 triliun tahun lalu atau tumbuh 68 persen secara tahunan. Capaian laba bersih ini merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah perjalanan bank plat merah tersebut.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI mencetak laba bersih sebesar Rp 18,31 triliun atau tumbuh 68 persen secara tahunan pada tahun 2022. Capaian kinerja keuangan itu merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah bank plat merah tersebut.
“BNI menutup 2022 dengan kinerja impresif dan berhasil melampaui konsensus pasar. Ini merupakan perolehan laba bersih tertinggi sepanjang sejarah BNI,” ujar Direktur Utama BNI Royke Tumilaar dalam paparan kinerja keuangan 2022, Jakarta, Selasa (24/1/2022).
Capaian laba bersih itu ditopang oleh pertumbuhan penyaluran kredit yang mencapai Rp 646,19 triliun atau tumbuh 10,9 persen secara tahunan. Penyaluran kredit ini diikuti dengan pendapatan bunga bersih (net interest margin/NIM) yang terjaga di posisi 4,8 persen. Pertumbuhan pendapatan juga ditopang pendapatan non-bunga (fee based income) yang tumbuh 8,7 persen secara tahunan menjadi Rp 14,8 triliun.
Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini menjelaskan, pertumbuhan kredit itu melebihi target yang ditetapkan perusahaan pada 2022, yakni di kisaran 7-10 persen. Pertumbuhan penyaluran kredit itu ditopang oleh pertumbuhan berbagai sektor kredit BNI.
Sektor business banking mencatat pertumbuhan 10,3 persen secara tahunan menjadi Rp 532,2 triliun. Pertumbuhan dari segmen tersebut didorong oleh segmen korporasi blue chip atau emiten yang sahamnya paling sering diperjualbelikan di pasar modal yang tumbuh 28,9 persen secara tahunan menjadi Rp 232,7 triliun. Adapun segmen large commercial meningkat 29,9 persen secara tahunan menjadi Rp 53,1 triliun. Selain itu, segmen kecil terutama Kredit Usaha Rakyat (KUR) juga bertumbuh 19,8 persen secara tahunan menjadi Rp 52,7 triliun.
Sedangkan di sektor consumer banking, kredit payroll masih menjadi fokus dengan pertumbuhan 20,3 persen secara tahunan menjadi Rp 43,1 triliun, kemudian diikuti oleh kredit pemilikan rumah (KPR) yang tumbuh 7,9 persen secara tahunan menjadi Rp 53,5 triliun. Dengan demikian, secara keseluruhan kredit konsumer tumbuh 11,2 persen secara tahunan menjadi Rp 110,1 triliun.
“Pertumbuhan tersebut dicapai di tengah upaya BNI melakukan transformasi dan fokus membangun portofolio kredit yang sehat melalui ekspansi pada debitor top tier di masing-masing industri dan regional,” kata Novita.
Kendati mencatat pertumbuhan penyaluran kredit, BNI juga berupaya memperbaiki kualitas kredit melalui kebijakan perkreditan yang efektif sehingga mampu menekan rasio kredit macet (non performing loan/ NPL) sebesar 90 basis poin (bps) secara tahunan menjadi 2,8 persen.
Rencana bisnis
Direktur Corporate and International Banking BNI Silvano Rumantir menjelaskan, ada tujuh kebijakan strategis BNI pada 2023. Pertama, BNI mengembangkan solusi transaksi dan ekosistem dalam memenuhi kebutuhan nasabah. Kedua, mengembangkan infrastruktur teknologi serta inovasi digital melalui data driven berbasis analytics, customer experience, dan perluasan kerja sama/kemitraan.
Ketiga, BNI fokus pada peningkatan dana murah (current account saving account/CASA) dan pendapatan non-bunga (fee based income) yang berkelanjutan. Keempat, BNI meningkatkan ekspansi bisnis pada corporate top tier serta sektor prioritas, rantai nilai, dan cross selling dengan mengutamakan budaya risiko.
Kelima, perseroan melanjutkan transformasi sumber daya manusia, culture, dan operasional sehingga lebih agile dan lean dalam mendukung bisnis. Keenam, perseroan memperkuat jaringan bisnis Internasional dalam mendukung penetrasi pasar global. Ketujuh, BNI juga mengoptimalisasi sinergi BNI Grup dalam memperkuat posisi perusahaan anak.
“Dengan berpedoman kepada tujuh kebijakan strategis tersebut, kami percaya dan optimis akan mencetak kinerja yang lebih baik lagi di tahun 2023 ini,” ujarnya.