Kenaikan harga kedelai dunia bagi Argentina merupakan ”durian runtuh”. Sebaliknya, kenaikan itu petaka bagi Indonesia. Argentina mengeluarkan program ”soybean dollar”, sedangkan Indonesia program subsidi kedelai impor.
Oleh
Hendriyo Widi
·4 menit baca
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Buruh angkut mengecek kondisi kedelai impor di tempat penjualan di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan, Senin (4/1/2021). Dalam sebulan terakhir, bahan baku utama pembuatan tahu dan tempe tersebut naik dari Rp 7.200 per kilogram menjadi Rp 9.500 per kilogram. Kemudian per 20 Januari 2022, harga kedelai impor yang dijual di dalam negeri itu sudah mencapai Rp 15.400 per kg.
Inilah kisah kedelai di negeri Lionel Messi dan Presiden Joko Widodo. Yang satu mendorong eskpor, satunya lagi bergantung impor. Yang satu mengeluarkan kebijakan soybean dollar, satunya lagi mengganti selisih harga pembelian kedelai impor di tingkat perajin tahu dan tempe.
Hampir setiap awal tahun harga kedelai dunia naik. Perang Rusia-Ukraina semakin melambungkan harga kedelai dunia ke titik tertinggi, tembus di level 17 dollar AS per gantang pada Maret, April, dan Mei 2022. Meski trennya turun, harga kedelai masih tinggi dibandingkan sebelum pandemi Covid-19. Pada Januari 2023, harganya berada di kisaran 15 dollar AS per gantang.
Bagi Argentina, negara produsen kedelai terbesar ketiga dunia setelah Brasil dan Amerika Serikat, lonjakan harga kedelai itu merupakan windfall atau ”durian runtuh”. Sebaliknya bagi Indonesia, lonjakan harga komoditas itu menjadi petaka.
Saat ini, mata uang negeri pemenang Piala Dunia 2022 itu tengah terdepresiasi. Tak hanya itu, tanaman kedelai terancam kekeringan akibat mundurnya musim hujan.
Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) menurunkan perkiraan produksi kedelai Argentina pada Januari 2023 sebesar 4 juta ton menjadi 45,5 juta ton. Sementara, Kementerian Ekonomi Argentina memperkirakan bakal kehilangan pendapatan dari kedelai sebesar 10 miliar dollar AS.
Bagi Argentina, negara produsen kedelai terbesar ketiga dunia setelah Brasil dan Amerika Serikat, lonjakan harga kedelai itu merupakan windfall atau ’durian runtuh’. Sebaliknya bagi Indonesia, lonjakan harga komoditas itu menjadi petaka.
Banyak petani Argentina yang mengutamakan menyimpan kedelai untuk cadangan pangan. Padahal, permintaan kedelai dari China tengah meningkat untuk memenuhi kebutuhan Imlek. Di sisi lain, Argentina membutuhkan tambahan dollar AS untuk menstabilkan nilai tukar mata uangnya, yakni peso.
Oleh karena itu, negeri Lionel Messi ini mengeluarkan kebijakan ”dollar kedelai” (soybean dollar). Para petani yang mau mengekspor kedelai akan diberi insentif nilai tukar eksklusif, yaitu 200 peso per dollar AS. Saat kebijakan itu digulirkan pada September 2022, nilai tukar peso di level 165 peso per dollar AS.
Kebijakan itu terus dilanjutkan pada 28 November 2022-6 Januari 2023. Nilai tukar eksklusif dinaikkan menjadi 230 peso per dollar AS. Hasilnya, per 3 Januari 2023, sebanyak 78,9 persen dari hasil panen kedelai pada triwulan IV-2022 telah diekspor. Persentase itu sedikit lebih rendah dibandingkan periode sama 2021 yang sebesar 80 persen.
”Kebijakan ekonomi makro dan strategi Pemerintah Argentina untuk meningkatkan cadangan keuangan bank sentral telah bersinggungan dengan sektor agrobisnis dan produksi komoditas. Negara ini telah bergulat dengan tingkat inflasi tinggi dan depresiasi peso selama beberapa tahun, tetapi situasinya semakin memburuk baru-baru ini,” kata peneliti Departemen Hortikultura dan Ilmu Tanaman Universitas Ohio, Amerika Serikat, Guil Signorini (Ohio Country Journal, 17 Januari 2023).
Kebijakan ekonomi makro dan strategi Pemerintah Argentina untuk meningkatkan cadangan keuangan bank sentral telah bersinggungan dengan sektor agribisnis dan produksi komoditas.
Seorang petani menunjukkan tanaman kedelai di dekat Rosario, Provinsi Santa Fe, Argentina, Senin (14/3/2022). Aksi protes ini berlangsung setelah pemerintah menangguhkan ekspor tepung dan minyak kedelai. Penangguhan ini diberlakukan di tengah desas-desus bahwa Pemerintah berencana untuk menaikkan pajak karena melonjaknya biaya bahan utama yang karena serangan Rusia atas Ukraina.
Sama seperti Argentina, Indonesia tengah bergelut dengan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dan menahan laju inflasi agar tidak terlalu tinggi. Per 20 Januari 2023, nilai tukar rupiah berada di Rp 15.121 per dollar AS. Adapun tingkat inflasi sejak awal hingga pekan ketiga Januari 2023 diperkirakan sebesar 0,41 persen.
Untuk meredam depresiasi dan inflasi, pemerintah dan otoritas moneter menggulirkan sejumlah upaya. Hal itu mulai dari menaikkan suku bunga acuan bank sentral, menjaring devisa hasil ekspor yang disimpan eksportir di luar negeri, mengimpor beras dan kedelai masing-masing 500.000 ton dan 350.000 ton, hingga memberikan subsidi selisih harga kedelai impor.
Bank Indonesia menyebutkan, nilai tukar rupiah pada pertengahan Januari 2023 mulai menguat 1,2 persen dibandingkan Desember 2022. Tingkat inflasi juga diperkirakan mulai turun kendati ada sejumlah komoditas yang masih menyumbang inflasi. Dua di antaranya beras, yakni sekitar 0,04 persen dan tahu mentah 0,01 persen.
Kenaikan harga tahu-tempe di Indonesia itu terjadi lantaran imbas kenaikan harga kedelai global. Harga kedelai impor yang dijual di pasar domestik saat ini masih tinggi. Sistem Pemantauan Pasar dan Komoditas Pokok Kementerian Perdagangan mencatat, per 20 Januari 2023, harga rata-rata nasional komoditas itu Rp 15.400 per kilogram. Harga tersebut kembali naik setelah turun Rp 15.300 per kg sehari sebelumnya.
Dalam rapat dengar pendapat di Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat, Kamis (19/1/2023), Ketua Dewan Pimpinan Cabang Himpunan Pengusaha Mikro dan Kecil Indonesia (Hipmikindo) Kabupaten Bekasi Eko Parmono menuturkan, perajin tempe mengeluhkan tingginya harga kedelai impor. Dulu, mereka bisa membelinya seharga Rp 8.000 per kg, sekarang sudah jauh di atas itu.
”Harga bahan baku yang tinggi itu membuat perajin tempe berskala kecil dan menengah kesulitan mengejar biaya produksi,” tuturnya.
Tahun lalu, pemerintah menyubsidi atau mengganti selisih harga pembelian kedelai impor Rp 1.000 per kg. Subsidi itu diberikan kepada perajin tahu-tempe yang tergabung dalam koperasi. Tahun ini, pemerintah masih akan membahas kelanjutan program itu, baik besaran maupun mekanisme subsidi tersebut.
Kemendag akan berupaya program itu bisa berlanjut tahun ini karena harga kedelai impor masih tinggi. Melalui program itu, harga kedelai impor di tingkat perajin tahu-tempe bisa Rp 11.000-Rp 12.000 per kg.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan, aturan bantuan penggantian selisih harga tanpa persyaratan itu tengah digodok. Meskipun begitu, Kemendag akan berupaya program itu bisa berlanjut tahun ini karena harga kedelai impor masih tinggi.
Melalui program itu, harga kedelai impor di tingkat perajin tahu-tempe bisa Rp 11.000-Rp 12.000 per kg. ”Kami akan berupaya bantuan penggantian selisih harga itu dirasakan merata para perajin tahu-tempe di setiap daerah,” ujarnya melalui siaran pers di Jakarta, Jumat (20/1/2023) malam.
Sebelumnya, Zulkifli menyatakan, selama ini, program penggantian selisih harga kedelai impor itu belum terserap optimal. Salah satu penyebabnya adalah belum semua perajin tahu-tempe terdaftar sebagai anggota koperasi.