Suku Bunga Acuan Naik 25 Basis Poin, Tekanan Inflasi Kian Mereda
BI kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin. Ini merupakan langkah untuk memastikan inflasi inti kembali ke target 2-4 persen dan inflasi Indeks Harga Konsumen juga kembali ke sasaran, yakni 2-4 persen.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·4 menit baca
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (ketiga dari kiri) tengah memberikan keterangan dalam jumpa pers hasil Rapat Dewan Gubernur BI Januari 2023 di Jakarta, Kamis (19/1/2023). Perry didampingi oleh (kiri ke kanan) Deputi Gubernur BI Juda Agung, Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo, Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti, Deputi Gubernur Doni Primanto Joewono, dan Deputi Gubernur Aida S Budiman.
JAKARTA, KOMPAS — Guna mengembalikan inflasi inti ke dalam sasaran 2-4 persen pada semester I-2023, Bank Indonesia kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,75 persen. Tekanan inflasi yang sempat tinggi akibat kenaikan harga bahan bakar minyak dan barang impor kini semakin mereda.
Kenaikan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) tersebut diputuskan dalam Rapat Dewan Gubernur BI pada Kamis (19/1/2023). Ini merupakan kenaikan keenam berturut-turut sejak Agustus 2022 dengan total kenaikan sebanyak 225 basis poin sehingga posisi suku bunga acuan saat ini sebesar 5,75 persen.
Seiring itu, BI juga menaikkan suku bunga deposit facility menjadi 5 persen dan suku bunga lending facility menjadi 6,5 persen.
”Keputusan kenaikan suku bunga yang lebih terukur ini merupakan langkah lanjutan untuk memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi dan inflasi inti ke depan,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam jumpa pers kamis di Jakarta.
Perry mengatakan, kenaikan suku bunga acuan ini memadai untuk memastikan inflasi inti kembali ke sasaran 2-4 persen pada semester I-2023 dan inflasi umum ke sasaran 2-4 persen pada semester II-2023.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, inflasi umum pada akhir Desember 2022 mencapai 5,51 persen secara tahunan. Adapun inflasi inti mencapai 3,36 persen. Inflasi umum sepanjang tahun 2022 berada di atas sasaran BI, yakni 2-4 persen. Adapun inflasi inti cenderung bias ke atas dari sasarannya sebesar 2-4 persen.
Menurut Perry, sejak BI mulai menaikkan suku bunga acuan, tekanan inflasi terus mereda, bahkan menurun lebih cepat dari yang diperkirakan. Pada September 2022, konsensus pasar memperkirakan inflasi umum pada akhir 2022 bisa mencapai 6,5 persen. Ternyata realisasinya lebih rendah, yakni 5,51 persen.
Realisasi inflasi inti yang sebesar 3,36 persen pada akhir 2022 juga lebih rendah dari konsensus pasar pada September 2022 yang sebesar 4,61 persen.
Perry menjelaskan, penurunan inflasi merupakan buah dari koordinasi yang erat antara pemerintah dan BI. Respons kebijakan moneter yang tepat didukung dengan pengendalian inflasi bahan pangan bergejolak (volatile food) melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
Stabilitas rupiah
Selain mengendalikan inflasi, BI juga terus berupaya menjaga stabilitas rupiah. Salah satu upaya untuk menjaga stabilitas rupiah adalah dengan mengeluarkan instrumen term deposit (TD) valuta asing devisa hasil ekspor (DHE) dengan imbal hasil yang kompetitif.
Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menjelaskan, keluarnya instrumen TD valas ini berawal dari kinerja ekspor 2022 yang tinggi. Namun, di saat bersamaan DHE tidak masuk ke perbankan dalam negeri. Padahal, DHE sangat diperlukan agar pasokan dollar AS di dalam negeri meningkat sehingga stabilitas rupiah bisa terjaga.
Berangkat dari itulah, BI mengeluarkan TD valas secara khusus untuk menarik DHE agar bisa masuk ke dalam sistem keuangan Indonesia. ”Agar segala kekayaan bumi Indonesia bisa membantu memperkuat perekonomian Indonesia,” ujar Destry.
Perry menjelaskan, DHE dari eksportir yang disimpan di perbankan akan diteruskan kepada BI. Selanjutnya BI akan memberikan suku bunga deposito valas yang besarannya kompetitif dengan bunga di luar negeri.
”TD valas kemungkinan akan mulai diimplementasikan pertengahan Februari 2023,” ujar Perry.
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
Mekanisme alur Term Deposit Valas Devisa Hasil Ekspor. Sumber: Bank Indonesia
Nilai tukar rupiah sejak awal tahun hingga 18 Januari 2023 menguat 3,18 persen. Penguatan itu lebih kuat dibandingkan mata uang negara berkembang lainya, seperti Filipina sebesar 2,08 persen, Malaysia 2,04 persen, dan India sebesar 1,83 persen. Mengutip kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan Kamis berada pada level Rp 15.113 per dollar AS.
Ekonom Bank Mandiri, Faisal Rachman, mengatakan, kenaikan suku bunga acuan BI sesuai dengan perkiraan pasar. Kenaikan suku bunga acuan itu bertujuan untuk mengendalikan inflasi agar kembali ke sasaran target BI.
Faisal memperkirakan, sampai akhir tahun, suku bunga acuan BI tidak akan naik lagi dan tetap berada di posisi 5,75 persen seiring dengan makin melandainya kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS.
Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Teuku Riefky, menjelaskan, dampak kenaikan suku bunga itu adalah inflasi inti dan inflasi umum akan makin cepat terkendali. Dengan demikian, kenaikan harga barang setelah kenaikan harga BBM bisa lebih terkendali sejalan dengan koordinasi BI dengan pemerintah untuk mengendalikan harga barang dan jasa.
Selain itu, dampak yang mungkin terjadi adalah kenaikan suku bunga kredit. Mengutip data BI, rata-rata suku bunga dasar kredit (SBDK) bank telah naik sebesar 0,21 persen sepanjang periode kenaikan suku bunga acuan sejak Agustus 2022.