Tahun 2023, Kredit Perbankan Diproyeksikan Tumbuh 10-12 Persen
Pertumbuhan kredit diproyeksikan meningkat tahun ini. Meskipun begitu, perbankan diimbau tetap cermat dalam menyalurkan kredit ke berbagai sektor.
Oleh
Ayu Octavi Anjani
·4 menit baca
DIDIE SW
Ilustrasi
JAKARTA, KOMPAS — Stabilitas keuangan Indonesia diprediksi masih baik di tengah isu resesi global pada 2023, khususnya sektor perbankan. Pertumbuhan kredit diproyeksikan meningkat 10-12 persen pada tahun ini.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae optimistis perbankan di Indonesia akan tetap stabil di tengah isu resesi global. Pertumbuhan kredit yang mencapai lebih dari 11 persen pada 2022 diproyeksikan kembali terjadi pada 2023 sebab kegiatan ekonomi sudah kembali membaik setelah pencabutan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
”Menurut saya, capaian kredit pada tahun ini tidak berbeda jauh dengan tahun lalu di kisaran 10-12 persen. Selain itu, capaian pada 2022 kami nilai telah mendukung target pertumbuhan ekonomi pada 2022 yang ditargetkan di level 5-5,3 persen,” ucap Dian, Rabu (18/1/2023).
Pada kesempatan berbeda, Dian menilai kinerja perbankan dinilai telah mampu melewati krisis selama pandemi Covid-19. Pertumbuhan kredit pada November 2022 mencapai 11,16 persen serta himpunan dana pihak ketiga (DPK) mencapai 8,78 persen pada 2022.
”Rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) net turun menjadi 0,75 persen dan pinjaman bermasalah (LAR) turun menjadi 15,12 persen dengan peningkatan cadangan menjadi 71,69 persen,” ucap Dian.
Adapun Bank Indonesia (BI) juga memproyeksikan kredit akan meningkat 10-12 persen. Selain itu, BI mencatat penyaluran kredit baru oleh perbankan meningkat pada Desember 2022. Hal ini terlihat dari saldo bersih tertimbang (SBT) penyaluran kredit baru sebesar 77,7 persen yang lebih tinggi dari bulan November 2022 sebesar 58,6 persen.
Proyeksi meningkatnya kredit pada 2023 tidak terlepas dari peran sejumlah sektor yang mulai bangkit akibat pandemi dua tahun lalu. Penyalur kredit menyasar sejumlah sektor, seperti pertanian, pabrik, dan wisata.
Ekonom dan Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Ryan Kiryanto, berpendapat, proyeksi bertumbuhnya kredit di Indonesia pada 2023 disebabkan oleh sejumlah faktor. Kegiatan ekonomi yang sudah mulai membaik dinilai menjadi salah satu faktor yang justru mampu mendorong kredit perbankan.
”Saat ini berbagai sektor sudah mulai menggeliat kembali. Tidak hanya sektor primer, tetapi juga sekunder dan tersier. Oleh karena itu, saya rasa ekspansi kredit perbankan akan semakin kencang. Namun, para bankir juga perlu cermat dalam memilih sektor mana yang akan diberikan kredit,” ucapnya, Rabu (18/1/2023).
Meskipun pertumbuhan kredit diproyeksikan meningkat pada 2023, ekonom menilai bank tetap perlu waspada terhadap sejumlah risiko seperti situasi geopolitik antara Rusia dan Ukraina serta pemilihan sektor dalam penyaluran kredit. Lebih jauh, bank perlu terus menaikkan pencadangan.
Corporate Secretary Bank Rakyat Indonesia (BRI) Aestika Oryza Gunarto mengatakan, perseroan menyasar sejumlah sektor yang dinilai tahan terhadap gejolak ekonomi global, seperti pertanian, industri bahan kimia, serta kuliner. Namun, penyaluran kredit akan tetap difokuskan pada segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Meskipun begitu, dia optimistis penyaluran kredit akan bertumbuh di kisaran 9-11 persen pada 2023. Berdasarkan laporan keuangannya, Bank BRI telah menyalurkan kredit sebesar Rp 1.014,32 triliun per November 2022. Besaran ini meningkat 6,54 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yakni Rp 951,98 triliun.
ERWIN EDHI PRASETYA
Petani menyemprotkan cairan pembasmi hama di Desa Tegalgondo, Kecamatan Wonosari, Klaten, Jawa Tengah, Senin (10/2/2020).
Executive Vice President Bank Central Asia (BCA) Hera F Haryn berharap total kredit akan terus tumbuh pada 2023. Meskipun begitu, pihaknya belum bisa memberikan besaran pasti proyeksi target peningkatannya. Target dipastikan ditopang oleh likuiditas yang masih memadai serta harapan akan pemulihan ekonomi yang terus berjalan.
”Total kredit naik 13 persen secara tahunan menjadi Rp 680,4 triliun per November 2022. Kami mencermati kontribusi pertumbuhan kredit berasal dari sektor pertanian dan telekomunikasi. Selain itu, terkait risiko kredit, pada sembilan bulan pertama tahun 2022, NPL kami turun ke 2,2 persen dari 2,4 persen di periode yang sama tahun sebelumnya,” ucap Hera.
Sebagai langkah ke depan, perseroan perlu mengkaji peluang di berbagai sektor, sekaligus mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dengan penerapan manajemen risiko yang disiplin. Penyaluran kredit perlu mempertimbangkan faktor selera risiko (risk appetite).
Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Aturridha menargetkan pertumbuhan kredit dengan fokus pada sektor yang resilien, seperti sektor telekomunikasi, kesehatan, perkebunan, serta kuliner.
”Namun, salah satu tantangan utama bagi pelaku industri perbankan saat ini datang dari sisi likuiditas. Hal ini saya lihat dari penerapan normalisasi kebijakan sejumlah bank sentral global, termasuk BI, untuk melindungi kondisi perekonomian serta risiko stagflasi,”
Adapun Bank Mandiri telah menyalurkan kredit sebesar Rp 920,4 triliun yang tumbuh 12,4 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2021. Capaian tersebut di atas target pertumbuhan kredit industri sebesar 11,16 persen secara tahunan.