Pada 2008, terungkap skandal penipuan dengan modus skema ponzi terbesar yang pernah tercatat di dunia. Bernie Madoff melakukan penipuan ini lebih dari 20 tahun dengan nilai kerugian mencapai 65 miliar dollar AS.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·5 menit baca
Pada 2008 lalu, di tengah krisis finansial global, terungkap skandal penipuan skema ponzi terbesar yang pernah tercatat dunia. Adalah Bernard Lawrance Madoff, otak kejahatan penipuan yang dilakukannya lebih dari 20 tahun dengan nilai kerugian mencapai 65 miliar dollar AS.
Sekitar 13 tahun berselang, publik kembali diingatkan akan skandal kejahatan kerah putih yang mengguncang dunia itu melalui film berjudul Madoff: Monster of Wall Street yang diputar di layanan pemutar film berbayar Netflix mulai awal tahun ini.
Bagaimana bisa Madoff menjalankan penipuan hingga lebih dari 20 tahun itu? Bagaimana bisa kejahatan itu bisa terpendam dan tak terungkap begitu lama? Film dokumenter dengan empat episode ini menjelaskan seluk-beluk modus operandi Madoff.
Beberapa dekade sebelum skandal itu terungkap, nama Madoff harum berkibar sebagai salah satu pialang saham dan investor ulung di jagat Wall Street atau pasar modal Amerika Serikat. Bahkan Madoff sempat didapuk menjadi Direktur Nasdaq, bursa efek di New York. Bermodal nama baik itu, sejumlah investor kakap pun mulai mempercayakan uang mereka untuk dikelola oleh Madoff.
Namun, bisnis pengelolaan dana investasi Madoff ini ilegal karena dia tak pernah secara resmi mendaftarkan bisnis ini ke Security Exchange Commission (SEC) yang merupakan pengawas pasar modal di AS. SEC dan komunitas Wall Street hanya mengetahui bisnis sekuritas Madoff yang memang resmi sudah terdaftar. Artinya, bisnis pengelolaan dana investasi ini beroperasi diam-diam di balik bisnis sekuritas Madoff.
Karena sifatnya yang ilegal, Madoff menciptakan akses pengelolaan dana investasi ini eksklusif hanya untuk kalangan elite tertentu. Prestasi Madoff membawakan para investor imbal hasil yang stabil tanpa pernah mengalami kerugian sedikit pun itu jadi pemasaran dari mulut ke mulut (word of mouth) di lingkungan investor kakap. Menurut mereka, rahasianya cukup berinvestasi di Madoff. Dengan cepat, bisnis ilegal Madoff itu pun langsung menggurita.
Cara yang dilakukan Madoff tak lain tak bukan adalah menjalankan penipuan skema ponzi atau money game. Madoff menjanjikan imbal hasil kepada investor dengan membelanjakan uang ke aset atau instrumen investasi. Namun, sebetulnya Madoff tak pernah benar-benar membelanjakan uangnya atau berinvestasi.
Imbal hasil investor A sebetulnya merupakan uang yang berhasil dihimpun Madoff dari investor B sehingga seakan-akan investor A mendapatkan imbal hasil. Adapun imbal hasil yang diperoleh investor B juga merupakan uang yang berhasil dihimpun dari investor C. Pola ini pun dilaksanakan juga untuk investor-investor lainnya. Yang dilakukan Madoff hanya memutarkan uang antarinvestor saja, maka disebut money game. Lantas sebagian uang itu pula yang digelapkan dan dinikmati oleh Madoff.
Skema penipuan ini diciptakan oleh Charles Ponzi di periode 1920-an. Karena aksi penipuannya itu sangat terkenal, namanya diabadikan menjadi skema penipuan ini.
Akan tetapi, tidak ada asap kalau tidak api. Serapi apa pun Madoff menyembunyikan bisnis ilegalnya, pasti akan ketahuan juga. Insan pers dan pesaing Madoff di pasar modal pun mulai mengendus adanya praktik pengelolaan dana investasi secara ilegal oleh Madoff.
Akan tetapi, karena pengaruhnya yang kuat di jagat Wall Street, Madoff pun berhasil lolos dari beberapa kali pemeriksaan SEC. Dia selalu berhasil berkelit dan meyakinkan dunia, tak ada aktivitas ilegal seperti yang dituduhkan kepadanya.
Namun, semuanya itu runtuh pada 2008. Krisis finansial global memicu investor Madoff menarik dananya secara besar-besaran. Seketika skema ponzinya gagal. Ini memicu gagal bayar di kalangan investornya. Menurut penyelidikan, total dana kelolaan bisnis ilegal itu mencapai 65 miliar dollar AS. Ini merupakan skandal penipuan ponzi dengan nilai terbesar yang pernah dicatat dunia.
Madoff pun mengaku bersalah. Pengadilan menjatuhi hukuman penjara 150 tahun padanya. Pada April 2021 Madoff meninggal dunia pada usia 84 tahun.
Keserakahan
Kenapa praktik penipuan miliaran dollar AS ini bisa terjadi? Jawabannya mengerucut pada satu kata: keserakahan. Para investor kakap, yang sejatinya sudah kaya dan sangat paham literasi keuangan, dibutakan keuntungan yang berlipat tetapi tidak kritis atau mempertanyakan metode apa yang dilaksanakan Madoff. Bagi mereka, selama menghasilkan keuntungan, kenapa tidak?
Bayangkan saja, imbal hasil yang diberikan Madoff bisa menciptakan grafik pertumbuhan 45 derajat seperti sudut bukit yang mendaki tanpa ada fluktuasi. Ini jelas merupakan sesuatu yang sulit terjadi dalam pasar keuangan yang sesungguhnya. Sebab, setiap investasi pasti memiliki risiko kerugian dan secara alamiah nilainya akan naik turun. Namun, nafsu serakah telah membutakan mereka dan seketika menganulir pemahaman mereka soal etika moral serta perhitungan risiko untung rugi investasi.
Dalam film dokumenter itu juga disampaikan bahwa sejatinya kalangan perbankan sudah mendeteksi arus transaksi keuangan tak wajar dalam jumlah jumbo dari rekening Madoff. Namun, mereka hanya diam karena perbankan pun menikmati fee transaksi mega itu. Artinya, dunia finansial AS itu sejatinya juga sudah mengendus ketidakwajaran yang dilakukan Madoff. Namun mereka diam saja, karena sebagian dari mereka ikut menikmati penipuan itu.
Masyarakat AS juga sejatiya sudah sangat mumpuni dalam literasi keuangan. Semestinya mereka bisa membedakan praktik investasi ilegal dengan yang legal. Namun, lagi-lagi mereka dibutakan oleh keserakahan sehingga tak lagi peduli investasi itu legal atau ilegal.
Pada akhirnya keserakahan ini membawa mereka pada kesengsaraan. Agaknya kita perlu mengingat wejangan Mahatma Gandhi, ”Earth is enough to satisfy every man’s need, but no every man’s greed”, Dunia ini cukup untuk memenuhi kebutuhan setiap orang, tapi tidak keserakahannya.