Selain saham Hatten Bali yang melonjak hingga 34,88 persen menjadi Rp 174 per saham, saham emiten yang baru tercatat di bursa pada awal pekan lalu, PT Cakra Buana Resources Energi Tbk, juga menguat 34,48 persen.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Saham emiten pendatang baru di Bursa Efek Indonesia PT Hatten Bali Tbk ditutup menguat pada hari pertama perdagangan. Sementara Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG ditutup melemah 0,98 poin menjadi 6.6200.
Selain saham Hatten Bali yang melonjak hingga 34,88 persen menjadi Rp 174 per saham, saham emiten yang baru tercatat di bursa pada awal pekan lalu, PT Cakra Buana Resources Energi Tbk, juga menguat 34,48 persen.
Hatten Bali yang bergerak dalam bidang distribusi minuman beralkohol khususnya wine melepaskan 25,02 persen saham kepada publik. Presiden Direktur Hatten Bali, Ida Bagus Rai Budarsa, mengatakan, “Dengan berkembangnya produk dan minat atas industri ini di Indonesia, langkah perusahaan untuk masuk ke Bursa Efek Indonesia melalui initial publicoffering merupakan bagian dari strategi meningkatkan kapasitas pendanaan perusahaan dan tata kelola untuk lebih baik lagi,” kata Gus Rai, Selasa (10/1/2023).
Dari aksi korporasi ini, Hatten Bali menadapatkan dana publik sebanyak Rp 87,46 miliar. Dana yang didapatkan akan digunakan untuk modal kerja. Hatten Bali memiliki usaha terintegrasi mulai dari budidaya buah anggur di kebun, pengolahan, sampai distribusi.
Manfaatkan koreksi
Sementara itu, CEO Yugen Bertumbuh Sekuritas William Surya mengatakan, saat ini pola gerak indeks sideways, dan potensi koreksi masih terlihat lebih besar dibandingkan dengan potensi kenaikan. “Di sisi lain, para investor asing masih mencatatkan capital outflow secara dari awal tahun. Hal ini akan membayangi pergerakan indeks dalam beberapa waktu mendatang,” lanjut William.
Dia melanjutkan peluang koreksi ini dapat dimanfaatkan untuk mengakumulasi saham mengingat dalam jangka panjang IHSG masih berada dalam pola naik.
Secara umum di kawasan Asia memang terjadi perpindahan dana asing keluar dari kawasan. ANZ Bank mencatat, ada penarikan dana sebesar 64,9 miliar dollar AS dari pasar saham dan obligasi di negara Asia, kecuali China, pada tahun 2022 lalu. Jumlah ini lebih besar ketimbang perpindahan dana pada tahun 2008 ketika terjadi krisis finansial global. Baik pasar saham maupun obligasi sama-sama ditinggalkan investor asing.
Penyebab perpindahan dana ini antara lain adalah kebijakan moneter Amerika Serikat yang mulai mengetat. Situasi ini ditambah dengan kekhawatiran terjadi resesi global di banyak negara. Selain itu, tensi geoplitik yang memanas juga merupakan salah satu alasan terjadinya arus keluar dana dari kawasan Asia.
Namun demikian, para analis di ANZ Bank optimistis, tampaknya dana akan kembali pada tahun ini. Bank sentral AS Federal Reserve atau The Fed hampir mencapai puncak kenaikan tingkat suku bunga, demikian pula penguatan kurs dollar AS serta hal lainnya yang sangat berdampak pada kawasan adalah rencana China untuk kembali membuka diri setelah pandemi Covid-19.