Sri Mulyani Siapkan Jangkar, Payung, sampai Stagen
Resesi global mengancam tahun 2023 sebagaimana diprediksi IMF. Kebijakan fiskal yang tepat sangat diperlukan. Seperti apa strateginya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun buka-bukaan di awal tahun.
JAKARTA, KOMPAS — Peringatan Direktur Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva bahwa sepertiga perekonomian dunia akan mengalami resesi di tahun 2023 membuat keringat dingin. Agar tidak terimbas resesi global itu, semua negara tentu harus berjaga-jaga.
Menghadapi ancaman resesi tersebut, kebijakan fiskal yang tepat menjadi sangat penting karena dapat menstimulasi pertumbuhan ekonomi. Sejauh mana strategi Kementerian Keuangan selaku bendahara negara untuk mengantisipasinya, dalam acara Apresiasi Media Nagara Dana Rakca dan silaturahmi dengan pimpinan media massa, Jumat (6/1/2023), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara pun buka-bukaan menyampaikan sejumlah jurus yang telah disiapkan pemerintah.
Meski diadakan di akhir pekan dan pekan pertama awal tahun, keduanya pun langsung tancap gas. Lebih dari 20 pertanyaan dijawab tuntas hingga larut malam oleh keduanya di Gedung Paleis van Daendels, bangunan bersejarah peninggalan Belanda yang didirikan 1809 dan baru saja selesai direnovasi dan dinamai Gedung Maramis.
”Tahun 2023 ini tahun yang sangat menarik,” kata Sri Mulyani membuka penjelasannya. Sebab, akan ada banyak tantangan yang extraordinary. Di dalam negeri, karena mendekati agenda pemilu, suhu politik akan sedikit menghangat. Sementara itu, tantangan ekonomi global pun akan luar biasa. Sri Mulyani pun menyitir peringatan IMF bahwa sepertiga kekuatan ekonomi dunia kemungkinan akan terkena resesi. Namun, dia langsung menegaskan bahwa Indonesia tidak termasuk yang sepertiga itu.
”Ekonomi kita kuat sampai kuartal III dan kemungkinan sampai kuartal IV pun masih akan bisa bertahan sekitar 5 persen sehingga total 2022 kita bisa tumbuh di atas 5 persen. Tahun 2023 kita terus jaga. Ada optimisme tetapi tentu dalam kewaspadaan,” ujarnya.
Modal keberhasilan 2022
Argumentasi optimisme dalam mode kewaspadaan itu pun dijelaskan detail oleh Sri Mulyani dan Suahasil. Menurut Sri Mulyani, Indonesia telah menutup tahun 2022 dengan baik dan ini perlu dan patut disyukuri. Penanganan Covid-19, pemulihan ekonomi, dan keuangan negara yang relatif baik ini menjadi modal bagi Indonesia menghadapi tantangan di 2023.
”Pertumbuhan penerimaan pajak pun mencapai 31 persen, penerimaan bea cukai 18 persen, penerimaan Penerimaan Negara Bukan Pajak di atas 30 persen. Semuanya menembus terbaik dalam 20 tahun terakhir. PNBP kita tidak pernah tembus Rp 520 triliun. Jadi, saya tidak boleh mengatakan ekonomi kita jelek. Namun, saya harus juga warning bahwa awan sudah mulai muncul,” ujarnya.
Penanganan Covid, pemulihan ekonomi, dan keuangan negara yang relatif baik ini menjadi modal bagi Indonesia menghadapi tantangan di 2023.
Suahasil menjelaskan, narasi yang diangkat memang optimistis dan waspada. Proyeksi IMF bahwa sepertiga dari dunia akan menghadap resesi merupakan alarm meningkatkan kewaspadaan. Resesi di negara maju tersebut pasti akan berdampak ke Indonesia. Dunia usaha yang melakukan ekspor akan terkena imbasnya. Namun, apakah itu menjadi satu-satunya pemikiran, menurut dia, tidak serta-merta.
Pandangan optimisme pun terlihat dari adanya geliat ekonomi, antara lain di Bali atau Jakarta. Berakhirnya pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) pun merupakan hal positif. ”Kita bisa begerak bebas. Kita pun percaya diri untuk liburan, melakukan aktivitas eknomi,” kata Suahasil.
Pembiayaan APBN 2022 yang bisa mencapai defisit di bawah 3 persen, menurut Suahasil, membuat kaki perekonomian Indonesia menjadi kuat menghadapi tantangan 2023. ”Ini yang jadi modal kita untuk optimis,” ujarnya.
Menyiapkan banyak jurus
Strategi kebijakan fiskal apa yang akan diambil pemerintah menghadapi tahun 2023 yang penuh gelombang terduga tersebut, Sri Mulyani pun mengungkapkan sejumlah jurusnya.
Menurut Sri Mulyani, setelah belajar tiga tahun mengelola keuangan negara di era pandemi Covid-19 dan situasi geopolitik yang tidak bisa diprediksi, pihaknya dan DPR telah mendesain APBN 2023 yang memungkinkan fleksibilitas.
Kendati demikian, APBN harus benar-benar menjadi jangkar. Dengan memastikan APBN stabil, berarti mengurangi adanya ketidakpastian ganda. ”Naik turunnya gelombang tidak bisa kita kendalikan. Namun, ke mana kita berlayar, kapan kita berlabuh, ini yang bisa kita kendalikan. Agar Indonesia bisa berlayar terus dan suatu waktu kita berlabuh di pulau, jangkarnya harus bisa,” ujar Sri Mulyani.
Untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan, strategi sedia payung sebelum hujan pun diambil. Karena itu, di akhir tahun 2022, dirinya sudah mengirimkan automatic adjustments ke kementerian/lembaga untuk penyesuaian anggaran belanja. Setiap kementerian/lembaga diminta menunda program yang tidak terlalu penting dan menyiapkan bantalan jika resesi terjadi.
”Kenapa APBN (2022) bagus kok, ada penyesuaian? Karena, sedia payung sebelum hujan. Kalau sudah hujan baru buka payung, terlambat, sudah telanjur basah,” ujarnya.
Berbagai simulasi pun telah dilakukan untuk menstabilkan APBN. Terkait penerimaan negara, pemerintah telah memperhitungkan skenario terjadinya penurunan harga komoditas yang di tahun 2022 tumbuh melejit.
”Kami sebagai pengelola keuangan negara, melihat tren 30 tahun terakhir. Mana yang paling konservatif? Lalu kalau itu terjadi harus bagaimana karena itu akan berpengaruh pada penerimaan. Oleh karena itu, penerimaan dibersihkan dari pajak, bea cukai, dan PNBP yang berasal dari shock komoditas. Kalau itu terjadi, penerimaan kita akan bolong berapa ratus triliun,” kata Sri Mulyani.
Terkait ekspor, India akan menjadi pusat pertumbuhan karena menjadi satu-satunya negara yang tumbuh di atas 6 persen. Namun, karena pendapatan per kapitanya tidak jauh berbeda dengan Indonesia, kebutuhannya menjadi mirip. Karena itu, Indonesia tetap perlu diversifikasi pasar. Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan bisa menjadi penyangga. China yang telah membuka lagi isolasi pandemi juga memberi harapan.
Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan bisa menjadi penyangga. China yang telah membuka lagi isolasi pandemi juga memberi harapan.
Pada sisi lain, agar tidak terombang-ambing, pemerintah akan fokus menguatkan perekonomian dalam negeri. ”Keingingan Bapak Presiden melakukan hilirisasi, manufakturasasi, itulah jawaban,” tegasnya. Hilirisasi dan manufakturisasi ini membutuhkan insentif dan investor. Karena itu, UU Cipta Kerja menjadi sangat penting untuk memberi kepastian iklim usaha dan iklim investasi.
Suahasil pun menegaskan pentingnya Indonesia harus mencari sumber pertumbuhan baru. Sumber pertumbuhan ekonomi itu, pertama adalah mendorong kekuatan pasar dalam negeri. Kedua, mengembangkan kekuatan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Ketiga, hilirisasi sumber daya alam di dalam negeri. Keempat, transisi energi hijau.
Namun, Kementerian Keuangan juga tidak menutup mata kemungkinan terjadinya durian runtuh, windfall. Dicontohkan, jika saat ini subsidi BBM mencapai Rp 550 triliun, jika harga minyak turun ke 60 dollar AS atau 40 dollar AS, subisidinya pun menjadi sangat turun, yaitu kembali ke Rp 150 triliun.
”Oleh karena itu, kalau di menteri keuangan, saya suruh semua pakai stagen terus karena situasinya naik turun, naik turun terus, kayak roller coaster,” kata Sri Mulyani.
Dengan APBN yang stabil, Sri Mulyani yakin, bangsa ini bisa mengatasi kondisi 2023 dengan baik, termasuk generasi Z yang sudah terbiasa dengan perubahan terus-menerus, terbiasa hidup dengan banyak alternatif, dan beradaptasi. ”Saya opitmistis, mereka adalah generasi yang akan adaptasi. Mereka melihat masalah ini sebagai opportunity,” ujarnya.
Bangsa ini bisa mengatasi kondisi 2023 dengan baik, termasuk generasi Z yang sudah terbiasa dengan perubahan terus-menerus, terbiasa hidup dengan banyak alternatif dan beradaptasi.
Sri Mulyani yakin jika APBN kuat, stabilitas ekonomi terjaga. ”Konsumsi bisa terjadi kalau ada income. Pendapatan terjadi kalau ada nilai tambah. Nilai tambah terjadi kalau ada investasi. Investasi terjadi kalau ada convidence. Kami dari pemerintah menjadikan ABPN sebagai jangkar yang bisa diandalkan sehingga menciptakan kepastian,” ujarnya.
Ditanya seperti apa gelombang yang akan datang, Sri Mulyani menegaskan, dirinya tidak tahu seberapa tinggi gelombang yang akan terjadi karena itu semua tidak bisa sepenuhnya dikontrol. Namun, dia memastikan kapal terjaga. ”Bukan berarti kapal tidak bergoyang. Di dalamnya masih bisa kejedot-jedot, tetapi kapal masih tetap bisa sailing,” ujarnya. Kita diajak untuk optimistis menghadapi tantangan di 2023 meski dengan meningkatkan kewaspadaan. Menyiapkan jangkar yang kuat, payung, atau jas hujan, juga stagen agar tidak mual mengarungi laut penuh gelombang sebelum menuju pulau harapan.