Colliers Indonesia memproyeksikan, dari 465.465 meter persegi pasokan mal baru di Jabodetabek pada tahun 2023-2025, sebanyak 70 persen di antaranya ada di Bodetabek. Hal itu sejalan dengan perkembangan permukiman.
Oleh
BM LUKITA GRAHADYARINI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pembangunan pusat-pusat perbelanjaan baru makin mengarah ke luar Jakarta. Selain harga lahan dan konsentrasi mal yang sudah makin tinggi di Jakarta, perkembangan itu sejalan dengan pertumbuhan populasi serta kawasan permukiman baru di pinggiran Jakarta. Sektor ritel diperkirakan terus pulih seiring pelonggaran mobilitas masyarakat dan berkembangnya pusat perbelanjaan.
Menurut Head of Research Colliers Indonesia Ferry Salanto, kebijakan pemerintah mencabut pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) akan mendorong pertumbuhan pusat belanja serta pemulihan sektor ritel. Pada tahun 2022, saat PPKM dilonggarkan, tingkat kunjungan mal sangat tinggi terutama di mal menengah atas dan mal favorit.
Tingkat kunjungan ke pusat-pusat perbelanjaan yang terus membaik akan memicu kenaikan tingkat okupansi mal serta ekspansi sektor ritel. Prospek ini diperkirakan bakal lebih baik lagi di tahun 2023.
”Bisnis ritel sangat terpengaruh oleh tingkat kunjungan mal. Tingkat kunjungan ke mal yang sudah tidak dibatasi akan menjadi katalis bagi performa ritel yang lebih baik lagi di tahun ini,” kata Ferry.
Secara terpisah, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N Mandey mengemukakan, pencabutan PPKM diyakini mendorong pemulihan industri ritel tahun ini. Meski demikian, pertumbuhan sektor ritel tidak terlepas dari pertumbuhan ekonomi, kebijakan fiskal dan moneter yang kondusif, serta ketahanan dan stabilitas harga pangan.
Jika seluruh faktor pendukung berjalan kondusif, sektor ritel diprediksi akan pulih hingga 80-90 persen tahun ini dibandingkan sebelum pandemi Covid-19.
Ia menambahkan, pertumbuhan industri ritel tecermin dari ekspansi. Sejak tahun lalu, industri ritel mulai kembali melakukan ekspansi, yakni dengan tingkat pemulihan sektor ritel mencapai 60-70 persen jika dibandingkan masa sebelum pandemi.
”Kuncinya ketika mobilitas sudah lancar dan daya beli terjaga, maka sektor ritel bisa kembali lagi seperti sebelum pandemi,” ujarnya, saat dihubungi, Kamis (5/1/2023).
Di sisi lain, pemulihan sektor ritel menghadapi tantangan dari situasi tahun politik menjelang Pemilu 2024. Ia berharap tahun politik tidak membawa kegaduhan yang dapat menimbulkan suasana tidak kondusif, rasa tidak aman, dan menghambat mobilitas sehingga membuat masyarakat kembali menahan belanja.
”Semangat ekspansi ritel terus meningkat. Namun, perlu dijaga ketahanan pangan dan stabilitas harga, fiskal dan moneter, serta situasi politik yang kondusif,” kata Roy.
Ferry menambahkan, muncul tren pembangunan mal-mal baru yang semakin mengarah ke wilayah di luar Jakarta. Pada tahun 2023-2025, dari proyeksi pasok baru mal seluas 465.465 meter persegi yang siap masuk ke Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Banten, sebanyak 70 persen di antaranya dibangun di Bodetabek.
Dari catatan Colliers Indonesia, pasokan mal baru di Jakarta yang akan rampung yakni Lippo Mall East Side di Cempaka Putih seluas 44.000 meter persegi pada tahun 2023 dan Menara Jakarta Shopping Mall di Kemayoran seluas 90.360 meter persegi yang akan selesai pada tahun 2024.
Adapun untuk wilayah Bodetabek, pasokan baru mal yang siap masuk pada tahun 2023 yakni Omotesando Lifestyle Mall (Embarcadero) Bintaro seluas 7.605 meter persegi, Bintaro Exchange 2 seluas 51.000 meter persegi, dan Pakuwon Mall Bekasi seluas 40.000 meter persegi.
Pada tahun 2024, pasokan baru mal yang siap adalah Aeon Mall Deltamas seluas 90.000 meter persegi dan Cibinong City Mall 2 seluas 32.500 meter persegi diproyeksikan mulai beroperasi. Sementara pada tahun 2025, ada Metrostater Depok dengan luas mencapai 30.000 meter persegi dan Living World Kota Wisata seluas 80.000 meter persegi.
Tren bergesernya mal-mal baru di luar Jakarta antara lain didorong harga lahan di Jakarta yang semakin tinggi dan konsentrasi mal di Jakarta yang sudah tergolong padat.
Ia menambahkan, tren bergesernya mal-mal baru di luar Jakarta antara lain didorong harga lahan di Jakarta yang semakin tinggi dan konsentrasi mal di Jakarta yang sudah tergolong padat. Selain itu, pertumbuhan pusat permukiman baru untuk segmen menengah ke atas di pinggiran Jakarta juga memantik berkembangnya pusat-pusat perbelanjaan baru di luar Jakarta, termasuk mal kelas menengah atas.
”Pertumbuhan mal-mal baru yang menyasar luar Jakarta menjadi tren positif karena mal semakin menyebar dan tidak terkonsentrasi di wilayah tertentu,” katanya.