Dua Blok Migas di Barat Aceh Dikelola Conrad Asia Energy
Potensi sumber daya minyak di Blok ONWA sebesar 800 juta barel (MMBO) dan gas 4,8 triliun kaki kubik (TCF). Di Blok OSWA, potensi minyak 1,4 miliar barel (BBO) dan gas 8,6 TCF. Ekonomi pun diharapkan tumbuh.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif (kiri) berbincang dengan CEO Conrad Asia Energy Ltd Miltos Xynogalas setelah penandatanganan kontrak kerja sama (KKS) Wilayah Kerja (WK) Offshore North West Aceh (Meulaboh) dan WK Offshore South West Aceh (Singkil), di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (5/1/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Dua blok minyak dan gas bumi yang terletak di lepas pantai bagian barat Aceh, dengan total potensi gas 13,4 triliun kaki kubik, resmi dikelola Conrad Asia Energy Ltd. Ini menjadi wilayah kerja migas pertama di barat Aceh setelah selama ini lebih banyak di sebelah timur dan utara. Ke depan, perekonomian daerah diharapkan terungkit.
Pada Kamis (5/1/2023) di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jakarta, dilakukan penandatanganan kontrak kerja sama (KKS) dengan Conrad Asia Energy Ltd untuk Wilayah Kerja (WK) Offshore North West Aceh (ONWA di lepas pantai Meulaboh) dan WK Offshore South West Aceh (OSWA di lepas pantai Singkil). Sebelumnya, awal November 2022, Conrad ditetapkan sebagai pemenang lelang.
Hadir dalam acara tersebut, antara lain, Menteri ESDM Arifin Tasrif, Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Rida Mulyana, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji, Penjabat Gubernur Aceh Achmad Marzuki, Kepala Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA) Teuku Mohamad Faisal, dan CEO Conrad Asia Energy Ltd Miltos Xynogalas.
Adapun potensi sumber daya minyak di ONWA 800 juta barel (MMBO) dan gas 4,8 triliun kaki kubik (TCF). Sementara di OSWA, potensi sumber daya minyak 1,4 miliar barel (BBO) dan gas 8,6 TCF.
Kedua kontrak bagi hasil yang ditandatangani itu menggunakan skema cost recovery (biaya operasi yang dipulihkan) dengan split minyak 60 persen (pemerintah) dan 40 persen (kontraktor kontrak kerja sama/KKKS) serta gas 55 persen (pemerintah) dan 45 persen (KKKS). Komitmen pasti tiga tahun pertama eksplorasi, masing-masing senilai 15 juta dollar AS dan bonus tanda tangan masing-masing 50.000 dollar AS.
Dengan demikian, total investasi komitmen pasti senilai 30 juta dolar AS dengan bonus tanda tangan 100.000 dollar AS. ”Sebelum penandatangan hari ini, kontraktor telah menyelesaikan seluruh kewajiban administrasi dan finansial, yaitu pemberian bonus tanda tangan. Juga menyerahkan jaminan pelaksanaan yang sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku,” ujar Tutuka.
Miltos menuturkan pihaknya antusias dengan penandatanganan kontrak tersebut karena menambah portofolio mereka. Sebelumnya, Conrad memang telah mengelola blok migas di Indonesia dan aset utama mereka di Lapangan Gas Mako, Blok Duyung PSC, Natuna.
”Sekarang kami memperluasnya. (Di Aceh), pada tahun pertama, kami akan fokus pada studi geologi. Tahun depan kami akan melakukan 3D seismic acquisition (akuisi data seismik 3D) dan tahun terakhir shallow water drilling (pengeboran air dangkal). Kami akan mengakselerasi program yang juga akan bergantung dengan hasil studi geologi kami,” lanjutnya.
Ia menambahkan, salah satu hal terpenting yang akan dilakukan adalah Conrad akan bekerja dengan komunitas lokal serta bekerja sama dengan Pemerintah Aceh dan BPMA. Juga tentu nantinya akan komersialisasi gas yang kami punya untuk dijual ke local market (pasar domestik). Perekonomian di Aceh pun ke depan diharapkan ikut tumbuh.
Terkait target mulai berproduksi, ia menilai prematur untuk membicarakan itu sekarang. ”Namun, yang pasti akan lebih dari 3-4 tahun dari sekarang. Jadi, tidak dalam waktu dekat karena masih ada proses dan butuh waktu untuk on stream. Hal-hal itu juga bergantung pada bagaimana kami bekerja bersama komunitas lokal. Kami perlu memastikan itu,” ucap Miltos.
ADITYA PUTRA PERDANA
Petugas berdiri di sekitar Onshore Receiving Facilities (ORF )Tambak Lorok, yang dikelola PT Kalimantan Jawa Gas (KJG) bersama PT Pertamina Gas (Pertagas), di Kota Semarang, Jawa Tengah, Rabu (9/6/2021).
Potensi besar
Sekretaris BPMA Muchsin mengemukakan, di tengah industri hulu migas yang sedang menurun, adanya dua KKS baru diharapkan membangkitkan lagi produksi migas. Hasil studi kontraktor memang menunjukkan adanya potensi besar di Blok ONWA dan OSWA, yang nantinya diharapkan meningkatkan pendapatan daerah dan sumber devisa baru bagi Indonesia.
Muchsin menambahkan, kedua blok tersebut merupakan yang pertama di bagian barat Aceh. Selama ini, WK migas di Aceh lebih banyak di sisi timur dan utara. Ia pun berharap nantinya akan ada lagi WK-WK lain.
WK migas di barat Aceh dirasa penting guna meningkatkan perekonomian di wilayah sekitarnya. ”Jika dibandingkan, perkembangan (ekonomi) di timur dan utara memang sedikit lebih besar. Sebab, beberapa tahun lalu ada Arun yang sekarang dikenal Blok B, yang memberi dampak luar biasa signifikan bagi pertumbuhan ekonomi di wilayah pantai timur. Ke depan, mudah-mudahan yang di barat setidaknya bisa menyamai,” ucapnya.
Menurut Muchsin, saat ini, Blok Migas Sigli Bireun, di bagian timur Aceh, sedang dalam pembahasan terkait kontrak yang harus disesuaikan, menyesuaikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Bersama Sumber Daya Alam Minyak dan Gas Bumi di Aceh. Dalam waktu dekat diharapkan juga ada penandatanganan kontrak di blok itu.
Menurut PP No 23/2015, BPMA ialah badan pemerintah yang dibentuk untuk melakukan pengelolaan dan pengendalian bersama kegiatan usaha hulu di bidang migas yang berada di darat dan laut di wilayah kewenangan Aceh (0 hingga 12 mil laut). ”Jadi, BPMA menjadi pengganti SKK Migas (Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi) khusus untuk wilayah Aceh. Penyerahannya sudah mulai sejak 2018,” kata Muchsin.